Pendahuluan: Mengapa Produktivitas Adalah Isu Kritis?
Dalam dunia konstruksi, produktivitas tenaga kerja telah menjadi perhatian utama bagi kontraktor, pemilik proyek, hingga pemerintah. Masalah klasik seperti keterlambatan proyek, pembengkakan biaya, dan penurunan kualitas sering kali berakar dari produktivitas kerja yang rendah. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian David Trisno dan timnya yang fokus pada dua kota besar: Surabaya dan Samarinda.
Artikel ini bukan hanya sekadar mencatat data, tetapi mencoba mengungkap hubungan sebab-akibat antara berbagai faktor—baik internal maupun eksternal—dengan hasil kerja aktual di lapangan, khususnya pada pekerjaan dinding. Penelitian ini membawa pendekatan realistis melalui observasi langsung dan analisis kuantitatif yang menyentuh level operasional proyek.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
-
Mengidentifikasi faktor-faktor utama yang memengaruhi produktivitas pekerjaan dinding.
-
Menganalisis faktor dominan melalui pendekatan studi lapangan pada dua kota dengan iklim dan kondisi proyek yang berbeda.
-
Memberikan data produktivitas aktual sebagai tolok ukur praktis bagi proyek serupa.
Metodologi: Studi Lapangan dan Kuantifikasi
Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode kuantitatif. Data dikumpulkan melalui:
-
Observasi langsung di lapangan.
-
Pengambilan data produktivitas pekerjaan dinding (pasangan bata, plesteran, dan acian).
-
Penggunaan rumus produktivitas:
P=VT×nP = \frac{V}{T \times n}
Di mana:-
PP: Produktivitas (m²/orang/hari)
-
VV: Volume pekerjaan
-
TT: Durasi pekerjaan (hari)
-
nn: Jumlah pekerja
-
Temuan Kunci: Produktivitas dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Lokasi Surabaya
Data produktivitas diperoleh dari pekerjaan lantai 4 gedung di Surabaya. Hasil perhitungan menunjukkan variasi yang cukup mencolok:
-
Pemasangan Bata: Produktivitas tertinggi mencapai 1,32 m²/jam, terendah 0,19 m²/jam.
-
Plesteran: Rata-rata produktivitas berada di kisaran 0,29 – 0,49 m²/orang/jam.
-
Acian: Produktivitas harian tertinggi tercatat 2,32 m²/orang/jam.
Lokasi Samarinda
Data dari lantai 3 gedung di Samarinda memperlihatkan pola yang berbeda:
-
Pasangan Bata: Tertinggi di angka 0,45 m²/orang/jam, dengan fluktuasi lebih rendah dibandingkan Surabaya.
-
Plesteran: Fluktuasi rendah, rata-rata antara 0,3–0,38 m²/orang/jam.
-
Acian: Produktivitas puncak hingga 2,55 m²/orang/jam, cukup tinggi untuk skala proyek serupa.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Penelitian ini mengidentifikasi dua kategori besar faktor:
1. Faktor Internal
-
Jumlah pekerja: Terbukti sebagai faktor paling dominan. Tim dengan komposisi ideal (misal 2 tukang + 2 pembantu) menunjukkan efisiensi kerja yang lebih stabil.
-
Pekerjaan pengecoran dan pemasangan scaffolding: Memberi pengaruh langsung pada jeda kerja dan distribusi tenaga.
-
Kualitas mortar: Pengadukan yang tidak konsisten memperlambat proses plesteran.
-
Rotasi tugas pekerja: Mengurangi spesialisasi dan berdampak pada waktu penyelesaian.
2. Faktor Eksternal
-
Cuaca: Di Samarinda, hujan berkala menjadi penyebab keterlambatan kerja, terutama pada pekerjaan luar bangunan.
-
Ketersediaan material: Beberapa hari dalam data menunjukkan nihilnya produktivitas karena ketiadaan bahan bangunan.
Studi Kasus & Refleksi Lapangan
Salah satu hari di Surabaya (20 Maret 2021) menunjukkan produktivitas nol akibat ketidakhadiran pekerja dan material. Ini menunjukkan pentingnya sinkronisasi antarbagian dalam proyek. Dalam proyek swasta di Jakarta (2020), penambahan sistem ERP proyek berbasis mobile berhasil mengurangi “downtime” hingga 20%, dan produktivitas meningkat 12%.
Opini dan Komentar Kritis
Kelebihan Studi:
-
Penyajian data harian menjadikan hasil penelitian sangat aplikatif.
-
Peneliti melakukan verifikasi langsung di lapangan, meningkatkan validitas hasil.
Kelemahan yang Perlu Dikritisi:
-
Tidak disertakan data cuaca harian untuk korelasi lebih kuat terhadap produktivitas.
-
Hanya fokus pada pekerjaan dinding; padahal pekerjaan lain seperti instalasi dan finishing juga memberi pengaruh terhadap ritme proyek.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Penelitian ini memperkuat hasil studi oleh Hutasoit & Sibi (2017) yang menyatakan bahwa jumlah pekerja dan metode kerja adalah faktor utama dalam produktivitas kerja dinding. Namun, David dkk. juga menambahkan dimensi lain: pengaruh teknis operasional seperti pengadukan mortar dan pemasangan scaffolding, yang sering kali luput diperhatikan dalam studi teoritis.
Implikasi Praktis bagi Dunia Konstruksi
Berikut beberapa rekomendasi berbasis temuan:
-
Atur komposisi tim kerja secara cermat: Komposisi 2 tukang + 2 pembantu tukang terbukti ideal dalam banyak kasus.
-
Optimalkan logistik mortar: Gunakan sistem batching onsite untuk menjaga kualitas adukan.
-
Buat checklist cuaca dan pasokan harian untuk menghindari hari-hari nihil produktivitas.
-
Digitalisasi dokumentasi produktivitas harian agar dapat dilakukan evaluasi mingguan berbasis data.
Kaitan dengan Tren Global
Produktivitas tenaga kerja konstruksi di Indonesia masih berada di bawah rata-rata Asia Tenggara. Negara seperti Vietnam dan Thailand telah menerapkan sistem reward produktivitas harian yang terbukti mendorong pekerja untuk lebih efisien. Temuan dari studi ini bisa menjadi masukan bagi kontraktor dalam negeri yang ingin mengejar ketertinggalan tersebut.
Kesimpulan: Kuantitas Pekerja Masih Jadi Kunci
Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa jumlah pekerja merupakan faktor dominan yang memengaruhi produktivitas pekerjaan dinding di proyek konstruksi di Indonesia. Selain itu, faktor-faktor seperti durasi pengecoran, kualitas mortar, serta kehadiran perancah (scaffolding) juga memiliki dampak nyata terhadap output harian.
Sumber Referensi
Penelitian ini dapat diakses secara lengkap di:
David Trisno, Emmanuel Wendy Secio, Sentosa Limanto. (2022). "Studi Awal pada Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerjaan Konstruksi pada Bangunan di Surabaya dan Samarinda". Journal of Applied Civil and Environmental Engineering, Vol. 2, No. 1, pp. 33–39.
eISSN: 2775-0213 – Link Jurnal Resmi