Produktivitas Excavator PC-300 dan PC-400 dalam Proyek Tambang Emas: Analisis Lapangan, Simulasi, dan Implikasi Praktis

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

23 Mei 2025, 09.33

Freepik.com

Mengungkap Efisiensi Alat Berat di Industri Tambang Indonesia

 

Dalam industri pertambangan, pergerakan material (earthmoving) merupakan bagian paling krusial dan menyerap biaya besar. Dengan dominasi penggunaan alat berat seperti excavator dan dump truck, efektivitas alat-alat ini berperan langsung terhadap keberhasilan proyek. Artikel penelitian berjudul Productivity Analysis PC-300 and PC-400 in Earthworks at a Gold Mining Project in Indonesia oleh Muhammad Fahmi dan Toriq Arif Ghuzdewan membahas perbandingan produktivitas teoritis dan aktual dari dua jenis excavator populer, yaitu Komatsu PC-300 dan PC-400.

 

Penelitian ini berbasis data lapangan dari proyek tambang emas di Indonesia selama satu tahun penuh. Tujuannya: menganalisis efisiensi kerja alat berat dan mengevaluasi penyebab perbedaan antara estimasi awal dan kondisi nyata.

 

Studi Kasus Nyata: Tambang Emas dan Dua Excavator Unggulan

 

Penelitian ini dilakukan di salah satu tambang emas terbuka di Indonesia, dengan dua unit utama excavator: PC-300 (1,8 m3 kapasitas bucket) dan PC-400 (2,8 m3). Selama periode Juli 2021 hingga Juni 2022, produktivitas keduanya dihitung dan dibandingkan.

 

Temuan kunci:

 

  • Produktivitas teoritis PC-400: 121,4 m3/jam | Aktual: 114,4 m3/jam (Match factor: 0,94)
  • Produktivitas teoritis PC-300: 99,5 m3/jam | Aktual: 63,3 m3/jam (Match factor: 0,64)
  • Selisih total produksi aktual vs target tahunan: -31.921 m3 atau -2,5%

 

Performa PC-400 hampir mendekati estimasi, sementara PC-300 memiliki deviasi cukup besar. Kenapa?

 

Penyebab Kesenjangan Produktivitas: Dukungan Proyek dan Kegagalan Konstruksi

 

1. PC-300: Multifungsi tapi Kurang Efektif?

 

PC-300 banyak dialihfungsikan untuk mendukung kegiatan proyek lain seperti membuka akses kerja dan penanganan kegagalan konstruksi. Hal ini menyebabkan alokasi waktu kerja tidak sepenuhnya untuk pemindahan material, yang menjelaskan mengapa produktivitasnya rendah.

 

2. PC-400: Stabil tapi Terbatas Aksesibilitas

 

Meski lebih unggul secara produktivitas, PC-400 juga sempat mengalami downtime karena demobilisasi alat dan masalah fisik yang menyebabkan availability-nya di bawah 85%.

 

Simulasi Prediktif: Bagaimana Jika Proyek Ditambah 1 Bulan?

 

Simulasi berbasis data aktual menunjukkan bahwa target produksi sebesar 1.277.325 m3 bisa dicapai jika durasi proyek diperpanjang satu bulan:

  • Produksi aktual (12 bulan): 1.245.404 m3
  • Produksi setelah simulasi 13 bulan: 1.283.856 m3 (+0,51%)

 

Makna praktis: Proyek pertambangan sebaiknya menyisakan buffer waktu guna mengantisipasi gangguan tak terduga.

 

Perbandingan dengan Studi Lain

 

Temuan ini sejalan dengan studi dari Hidayat et al. (2019) dan Sable & Waysal (2020) yang menunjukkan bahwa efisiensi alat berat dipengaruhi oleh:

  • Fleksibilitas penggunaan alat
  • Faktor operator
  • Kesiapan fisik alat
  • Kondisi geografis dan aksesibilitas lokasi

 

Selain itu, pendekatan dengan simulasi seperti Monte Carlo (Arash et al., 2020) terbukti membantu dalam membuat estimasi realistis.

 

Rekomendasi Implementatif bagi Manajer Proyek Tambang

 

1. Pisahkan alat utama dan alat pendukung: Agar excavator utama fokus hanya pada hauling.

2. Gunakan simulasi produktivitas sejak awal proyek: Untuk perencanaan kapasitas alat berat.

3. Pantau availability dan efisiensi operator: Gunakan sistem monitoring otomatis.

4. Terapkan buffer waktu dalam jadwal proyek.

 

Kelebihan dan Keterbatasan Studi

 

Kelebihan:

  • Studi berbasis data lapangan nyata selama 12 bulan.
  • Evaluasi menyeluruh antara data teoritis dan aktual.
  • Adanya simulasi perpanjangan waktu proyek.

 

Keterbatasan:

  • Hanya membahas dua jenis excavator.
  • Fokus pada satu lokasi tambang.
  • Ketergantungan pada akurasi laporan manual dari supervisor lapangan.

 

Kesimpulan

 

Produktivitas alat berat di lapangan sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan waktu, faktor manusia, dan kondisi proyek. PC-400 menunjukkan performa yang lebih stabil dan efisien dibanding PC-300 yang sering dipakai untuk pekerjaan tambahan. Dengan manajemen yang lebih terstruktur, potensi pencapaian target produksi dapat dioptimalkan.

 

Penelitian ini menegaskan pentingnya data riil dalam evaluasi proyek tambang serta perlunya strategi adaptif untuk mengelola deviasi antara rencana dan realisasi.

 

 

Sumber:

 

Fahmi, M., & Ghuzdewan, T. A. (2023). Productivity Analysis PC-300 and PC-400 in Earthworks at a Gold Mining Project in Indonesia. Journal of the Civil Engineering Forum, 9(3), 343–356. https://doi.org/10.22146/jcef.6600