BANDUNG, itb.ac.id—Bagi masyarakat Indonesia, beras memiliki peranan yang tinggi sebagai makanan pokok. Akibatnya, komoditas tersebut turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian nasional sehingga dibutuhkan adanya upaya diversifikasi pangan.
Salah satu alternatif yang patut dipertimbangkan adalah talas (Colocasia esculenta (L) Schott). Tanaman palawija ini memiliki nilai gizi dan nutrisi yang lengkap apabila dibandingkan dengan jenis umbi lainnya.
Selama ini, talas telah banyak dibudidayakan di wilayah Papua dan Jawa sebagai sumber makanan dan bahan baku industri. Masyarakat Desa Tanjunghurip, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat menjadikan talas sebagai komoditas pertanian hortikultura unggulan mereka. Talas yang ditanam di sana disebut talas pratama, diambil dari singkatan nama tiga peneliti LIPI yang mengembangkannya, yaitu Made Sri Prana, Tatang Kuswara, dan Maria Imelda.
Talas pratama merupakan hasil persilangan antara talas semir asal Sumedang dengan talas sutra asal Thailand. Umbi tersebut memiliki dua varietas, yakni Sumedang Simpati 1 (SS 1) dan Sumedang Simpati 2 (SS 2), yang telah terdaftar sebagai varietas lokal di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Berdasarkan cirinya, kedua varietas talas pratama memiliki keunikan masing-masing. Talas SS 1 memiliki pohon yang berwarna kekuningan dengan umbi yang putih mulus dan lonjong, serta jumlah anakan yang banyak. Sementara itu, talas SS 2 berwarna hijau dan saat membesar, batangnya menjadi keunguan. Umbinya berwarna putih dengan serat ungu dan jumlah anakannya lebih sedikit daripada varietas SS 1.
Sayang, banyaknya keunggulan yang dimiliki talas pratama belum dibarengi dengan pemanfaatannya secara optimal. Berdasarkan hasil survei di lapangan, umbi tersebut hanya dijual secara utuh dan dikonsumsi dengan cara direbus. Padahal, ada metode-metode lain yang dapat diterapkan untuk mengolah dan meningkatkan nilai ekonomi talas pratama. Selain itu, sebagai produk pertanian, umur simpan talas juga sangat pendek apabila tidak diberikan perlakuan yang sesuai.
Program Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan oleh SITH ITB bertujuan membantu petani Desa Tanjunghurip untuk mengembangkan rantai pasok dan produk turunan talas pratama. Kegiatan ini dilaksanakan pada 5-6 Agustus 2022 bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang di Gedung Serbaguna Kecamatan Ganeas.
Masyarakat setempat diajak untuk mengikuti praktik olahan produk talas dan Focus Group Discussion (FGD) dengan kelompok tani Tanjunghurip serta pihak desa. Mereka didampingi untuk mencoba membuat tepung talas, susu talas, stik talas, dan keripik kaca talas.
Tepung memiliki kadar air yang rendah sehingga mampu membuat bahan pangan menjadi lebih tahan lama. Menurut Ir. Agustania, MP., dosen SITH ITB yang turut bergabung dalam tim PPM, tepung talas mempunyai kapasitas absorpsi air dan lemak yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengental sup atau beberapa produk olahan lainnya. “Tepung itu juga dapat mempertahankan rasa, memperbaiki palatabilitas, serta memperpanjang umur simpan produk olahan daging dan kue,” lanjutnya.
Produk turunan lain yang dapat dibuat dari talas ialah susu. Susu talas kaya akan protein nabati, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, vitamin C, dan vitamin A. Karbohidrat di dalamnya memiliki manfaat utama yang tidak dapat digantikan oleh zat lain, yaitu sebagai bahan dasar penghasil energi utama bagi tubuh. Ditambah lagi, karbohidrat dapat menyeimbangkan asam dan basa dalam tubuh, meregenerasi jaringan yang rusak, serta mengatur metabolisme.
*Infografis fakta tentang Talas Pratama. Ilustrasi diolah oleh tim litbang Media Indonesia.
Stik talas dibuat dari talas yang dipotong memanjang, berwarna kuning, dan sekilas mirip dengan jajanan kentang goreng. Makanan ini memiliki rasa yang gurih dan teksturnya renyah. Tujuan utama pembuatan talas menjadi stik ialah memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengoptimalisasi pemanfaatan hasil panen. Harapannya, peluang-peluang kerja baru akan tercipta untuk menambah pendapatan masyarakat dan desa.
Terakhir, keripik kaca talas merupakan sejenis makanan ringan yang menyehatkan. Selain itu, keripik tersebut memiliki umur simpan yang cukup lama, bahkan hingga berbulan-bulan, sehingga mempunyai nilai ekonomi yang bagus. Masyarakat juga menggemari jenis snack ini sehingga prospek pengembangan keripik kaca talas sangat menjanjikan.
*Produk turunan dari Talas Pratama berupa stik dan susu. (Foto dok Tim PPH SITH ITB)
Selain melakukan program pendampingan pembuatan produk dari talas, tim PPM SITH ITB juga memberikan pelatihan desain pembuatan kemasan dan branding. Mereka juga berencana membantu pemasaran produk-produk tersebut secara daring dan luring oleh petani dan pelaku usaha Desa Tanjunghurip melalui sosialisasi digital marketing.
Sumber: itb.ac.id