Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah berupaya mendorong pengembangan hilirisasi aluminium yang dinilai memiliki potensi menjanjikan, kendati minat investasi dan ekspansi produksi dari smelter existing masih minim.
Berdasarkan data Kemenperin, hingga saat ini, hanya terdapat dua industri smelter aluminium di Indonesia dengan kapasitas input sebanyak 1 juta ton. Sementara itu, Kemenperin menargetkan 1,5 juta-2 juta ton produksi aluminium pada 2025.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan, potensi nilai tambah yang dihasilkan dari proses bauksit ke alumina hingga aluminium sangat tinggi sehingga investasi perlu digenjot.
“Kita setahun hampir 1 juta ton produksi aluminium itu yang kita butuhkan. Jadi kita tentunya harus memperkuat semacam Inalum itu 3-4 kali lipat lagi kapasitasnya,” kata Taufiek dalam RDP di Komisi VII, Selasa (19/3/2024).
Dalam hal ini, Taufiek menerangkan bahwa hilirisasi aluminium juga penting untuk menyongsong energi terbarukan dan produk-produk aluminium yang banyak diserap untuk proyek panel sel surya dengan potensi peningkatan nilai tambah hingga 23,4 kali lipat.
Terlebih, aluminium juga penting untuk produk hilir, terutama untuk kemasan makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
“Mohon dukungan supaya BKPM [Badan Koordinasi Penanaman Modal] juga meng-guidance, artinya dari pohon industri inilah sebagai bagian daripada meng-guidance investasi supaya hilirisasinya betul-betul komplet,” tuturnya.
Berdasarkan data Kemenperin, industri smelter aluminium dalam negeri memiliki kapasitas input 1 juta ton per tahun. Adapun, 500.000 ton hasil produksi PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan 500.000 ton lainnya diimpor oleh PT Hua Chin Aluminium Industry.
PT Inalum tercatat akan menambah kapasitas produksi hingga 2,45 juta ton aluminium hingga 2030. Sementara, PT Hua Chin Aluminium Industry tengah melakukan konstruksi dengan kapasitas 500.000 ton. Pada 2027, PT Bintan Alumina Indonesia dan PT Kalimantan Aluminium Industri disebut akan membangun smelter aluminium berkapasitas masing-masing 2 juta ton. Saat ini, keduanya masih melakukan studi kelayakan atau feasibility study.
Sumber: ekonomi.bisnis.com