Perusahaan di Swedia Menuntut Kompetensi OHS yang Lebih Luas dan Praktis

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

15 Mei 2025, 11.57

pixabay.com

Pendahuluan

Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kini bukan hanya soal memastikan karyawan memakai helm atau masker. Dalam dunia kerja modern, khususnya di Swedia, profesi ini membutuhkan keahlian teknis, komunikasi, serta pemahaman regulasi yang mendalam. Artikel ini merangkum temuan utama dari penelitian berbasis analisis lowongan kerja dan wawancara profesional OHS (Occupational Health and Safety) di Swedia. Penelitian ini menggali kompetensi apa yang dibutuhkan oleh pasar, bagaimana profesional meresponsnya, dan apa saja tantangan dan solusinya bagi masa depan profesi K3.

Pemetaan Kompetensi Melalui Lowongan Kerja

Studi ini menganalisis 50 lowongan kerja dari dua platform utama: LinkedIn dan Glassdoor, dengan fokus khusus pada jabatan di bidang K3 seperti Work Environment Engineer, Health and Safety Engineer, dan HSE Manager.

Temuan Utama:

  • Sektor Teratas:
    • Manufaktur (20%)
    • Konstruksi (16%)
    • Energi terbarukan (10%)
    • Konsultasi teknik dan kebijakan (14%)
    • Pemerintahan lokal & layanan masyarakat (4%)
    • Kesehatan (2%)
  • Ukuran Perusahaan:
    • Perusahaan dengan lebih dari 10.000 karyawan mencakup 42% lowongan
    • 34% berasal dari perusahaan berukuran menengah (501–5000 pegawai)
  • Jabatan Populer:
    • Health and Safety Engineer (20%)
    • HSE Manager (12%)
    • HSE Specialist (14%)
  • Persyaratan Kompetensi Umum:
    • Sertifikasi internasional seperti NEBOSH dan IOSH sangat dihargai
    • 26% lowongan menyebutkan pengalaman kerja bisa menggantikan gelar formal
    • Pengetahuan standar ISO, terutama ISO 45001, menjadi syarat umum

Suara Profesional K3: Wawancara Semi-Terstruktur

Penelitian ini melibatkan 13 profesional K3 dengan pengalaman kerja antara 3 hingga 40 tahun dari berbagai sektor (energi, manufaktur, konsultasi, akademisi, dan pemerintah lokal).

Tiga Tema Utama Hasil Wawancara:

1. Kesenjangan Kompetensi dan Pendidikan K3

  • Banyak lulusan baru merasakan “shock” saat memasuki dunia kerja karena kurikulum tidak sesuai dengan kebutuhan industri.
  • Seorang profesional menyatakan, "Saya bekerja dan kuliah bersamaan, tapi saat lulus, saya tetap terkejut karena apa yang saya pelajari tidak cukup untuk menghadapi realita kerja."
  • Overconfidence dianggap sebagai risiko besar: “Orang dengan kepercayaan diri tinggi tapi kompetensi rendah bisa membahayakan keselamatan kerja.

2. Kebutuhan Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan

  • Sertifikasi profesional seperti Industrial Hygienist yang diakui internasional sangat penting untuk validasi kompetensi.
  • Salah satu peserta menyebut, "Sertifikat saya berlaku di AS, Inggris, Australia, dan Eropa... dan diperbaharui setiap empat tahun."
  • Kegiatan seperti kursus kimia 7.5 kredit di KTH Sweden menunjukkan model lifelong learning yang menjadi tren

3. Komunikasi Risiko dan Manajemen Stakeholder

  • Profesional K3 harus mampu menyesuaikan komunikasi dengan CEO, manajer menengah, dan operator lapangan.
  • Multibahasa dan pendekatan visual (gambar/poster) disarankan untuk pekerja dari latar budaya berbeda.
  • Keterlibatan dalam standarisasi internasional juga dibahas, termasuk upaya mengganti standar generik dengan standar berbasis konteks

Sintesis dan Kritik terhadap Temuan

Koherensi antara Job Posting dan Wawancara:

Keduanya menegaskan pentingnya pendidikan formal, pengalaman kerja, dan sertifikasi. Namun, wawancara memperlihatkan nuansa praktikal seperti kebutuhan komunikasi interpersonal, keterampilan adaptif, dan pembelajaran seumur hidup—yang sering tak tertulis di lowongan kerja.

Kritik terhadap Job Posting:

  • Hanya menganalisis 50 lowongan dari dua platform dalam waktu tiga bulan; terlalu sempit untuk generalisasi kuat.
  • Banyak iklan pekerjaan ambigu, seperti “gelar di bidang terkait” tanpa detail keahlian yang jelas

Rekomendasi:

  • Perlu standardisasi peran dan kompetensi OHS, baik di tingkat nasional maupun industri.
  • Kolaborasi antara universitas, industri, dan regulator untuk menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan nyata.
  • Promosi kesetaraan gender dalam pelatihan dan keselamatan, khususnya di sektor dengan dominasi pekerja perempuan seperti perawatan lansia

Kesimpulan

Profesi K3 kini berkembang menjadi peran multidisipliner yang membutuhkan pemahaman tentang teknologi, organisasi, hingga politik tempat kerja. Mereka harus menjadi komunikator andal, pemikir strategis, dan pelaku perubahan. Ke depan, profesional K3 harus terus memperbarui kompetensinya, mendapatkan sertifikasi internasional, dan menyesuaikan diri dengan dinamika global. Pendidikan formal saja tidak cukup—pengalaman, pembelajaran berkelanjutan, dan adaptabilitas adalah kunci sukses di bidang ini.

Sumber:
Khan, A. (2024). Exploring the Role and Competency Requirements of Occupational Health and Safety Professionals in Sweden: A Mixed-Method Approach. Umeå University.