Perubahan global
Perubahan global merujuk pada transformasi skala planet dalam sistem bumi. Istilah ini sering digunakan untuk merangkul berbagai perubahan yang terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia, yang dimulai sekitar pertengahan abad ke-20, yang dikenal sebagai Akselerasi Besar. Meskipun awalnya berkaitan dengan penelitian tentang perubahan iklim, konsep ini kini digunakan untuk menggambarkan gambaran yang lebih menyeluruh tentang perubahan yang diamati di seluruh planet. Perubahan global melibatkan transformasi dalam sistem bumi secara keseluruhan, mempertimbangkan interaksi kompleks antara komponen fisikokimia dan biologi serta dampak yang dihasilkan oleh interaksi manusia dengan komponen tersebut, dan sebaliknya. Oleh karena itu, perubahan global dipelajari melalui ilmu sistem kebumian, yang memperhatikan berbagai aspek yang saling terkait dari planet kita.
Sejarah penelitian perubahan global
Sebelum konsep perubahan global diperkenalkan, upaya global pertama untuk mengatasi dampak lingkungan dari aktivitas manusia di seluruh dunia telah dimulai. Salah satu momen penting adalah Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia pada tahun 1972 di Stockholm, yang menghasilkan Program Lingkungan Hidup PBB. Meskipun upaya tersebut bersifat global dan mempertimbangkan dampaknya terhadap seluruh dunia, pendekatan sistem Bumi belum dikembangkan pada waktu itu. Namun, acara-acara seperti itu menjadi cikal bakal bagi perkembangan bidang penelitian tentang perubahan global.
Konsep perubahan global mulai terbentuk ketika para peneliti yang mempelajari perubahan iklim menyadari bahwa tidak hanya iklim yang mengalami perubahan cepat, tetapi juga komponen lain dari sistem bumi yang berubah dengan cepat. Perubahan ini dapat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan mengikuti pola dinamika yang serupa dengan banyak perubahan sosial. Awalnya, konsep ini muncul dari Program Penelitian Iklim Dunia (WCRP) yang didirikan pada tahun 1980 di bawah kepemimpinan Peter Bolin. WCRP berfokus pada pertanyaan apakah iklim berubah, dapat diprediksi, dan apakah manusia bertanggung jawab atas perubahan tersebut. Hasil penelitian WCRP tidak hanya mengkonfirmasi dampak manusia terhadap perubahan iklim, tetapi juga mengarah pada pemahaman fenomena perubahan global yang lebih luas.
Selanjutnya, Peter Bolin bersama dengan James McCarthy, Paul Crutzen, Hans Oeschger, dan lainnya mendirikan Program Geosfer-Biosfer Internasional (IGBP) di bawah Dewan Sains Internasional. Pada tahun 2001, di Amsterdam, sebuah konferensi diadakan untuk membahas empat program penelitian perubahan global utama pada saat itu: WCRP, IGBP, International Human Dimensions Program (IHDP), dan Diversitas (sekarang dikenal sebagai Future Earth). Konferensi ini bertajuk "Tantangan Bumi yang Berubah: Konferensi Sains Terbuka Perubahan Global" dan diakhiri dengan Deklarasi Amsterdam tentang Perubahan Global, yang merangkum tujuan dan komitmen dalam bidang tersebut.
Penyebab
Di masa lalu, perubahan besar dalam skala planet disebabkan oleh berbagai faktor seperti variasi dalam tata surya, aktivitas lempeng tektonik, vulkanisme, peristiwa proliferasi dan pengurangan kehidupan, dampak meteorit, penipisan sumber daya alam, perubahan orbit Bumi sekitar Matahari, dan perubahan kemiringan poros Bumi terhadap Matahari. Namun, saat ini, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa penyebab utama perubahan global adalah peningkatan kebutuhan manusia akan sumber daya alam; fenomena ini sering disebut sebagai zaman Antroposen. Dalam 250 tahun terakhir, aktivitas manusia telah menghasilkan perubahan yang cepat, termasuk perubahan iklim, kepunahan massal spesies, penurunan stok ikan, penggurunan, pengasaman laut, penipisan lapisan ozon, polusi, dan perubahan besar lainnya.
Para ilmuwan yang terlibat dalam Program Geosfer-Biosfer Internasional telah menyatakan bahwa kondisi Bumi saat ini tidak memiliki analogi dalam sejarah. Pengamatan terhadap proses-proses sistem Bumi, baik yang terjadi di masa lalu maupun saat ini, menunjukkan bahwa planet ini telah mengalami perubahan jauh di luar rentang variasi alami, setidaknya dalam setengah juta tahun terakhir. Homo sapiens, manusia modern, telah ada di Bumi selama sekitar 300.000 tahun.
Bukti fisik
Manusia selalu berperan dalam mengubah lingkungannya. Perkembangan pertanian sekitar 10.000 tahun yang lalu membawa perubahan besar dalam penggunaan lahan, yang terus berlanjut hingga saat ini. Namun, dampaknya pada skala global relatif kecil hingga dimulainya revolusi industri pada tahun 1750. Revolusi industri ini, yang dibarengi dengan penemuan proses Haber-Bosch pada tahun 1909 yang memungkinkan produksi pupuk dalam skala besar, secara langsung mengakibatkan perubahan cepat dalam banyak proses fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting bagi planet ini.
Pada tahun 1950-an, perubahan global mulai berlangsung dengan cepat. Antara tahun 1950 dan 2010, populasi manusia meningkat lebih dari dua kali lipat. Selama periode ini, ekspansi perdagangan internasional yang pesat, bersama dengan arus modal dan teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi, menyebabkan ekonomi nasional menjadi lebih terintegrasi. Aktivitas ekonomi meningkat sepuluh kali lipat, dan populasi manusia di dunia menjadi lebih terhubung daripada sebelumnya. Penggunaan air meningkat enam kali lipat, dengan sekitar 70 persen sumber daya air tawar dunia digunakan untuk pertanian, mencapai 90 persen di India dan Tiongkok. Separuh dari permukaan bumi kini telah dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Pada tahun 2010, jumlah penduduk perkotaan pertama kali melebihi jumlah penduduk pedesaan, sementara penggunaan pupuk meningkat lima kali lipat.
Perubahan besar dalam subsistem manusia ini memiliki dampak langsung pada seluruh komponen sistem Bumi. Komposisi kimia atmosfer telah berubah secara signifikan, dengan peningkatan cepat konsentrasi gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida. Lubang besar dalam lapisan ozon muncul di Antartika. Banyak perikanan mengalami keruntuhan, dengan sebagian besar perikanan dunia dieksploitasi secara penuh atau berlebihan. Tiga puluh persen hutan hujan tropis telah hilang.
Pada tahun 2000, ilmuwan Nobel Paul Crutzen mengumumkan bahwa dampak perubahan yang begitu besar ini telah mendorong planet ke era geologi baru yang disebut Antroposen, yang menandai pengaruh dominan manusia terhadap Bumi. Seruan untuk secara resmi mengadopsi istilah Antroposen pun muncul. Namun, bukti menunjukkan bahwa jika aktivitas manusia terus mengubah komponen-komponen sistem Bumi, maka ini dapat mengubah Bumi dari satu kondisi ke kondisi baru dengan dampak yang signifikan.
Masyarakat
Perubahan global tidak hanya mempengaruhi lingkungan fisik, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam konteks kemasyarakatan, termasuk aspek sosial, budaya, teknologi, politik, ekonomi, dan hukum. Salah satu istilah yang terkait erat dengan perubahan global adalah globalisasi, yang mengacu pada peningkatan integrasi ekonomi, politik, dan sosial di seluruh dunia. Globalisasi dimulai dengan perdagangan jarak jauh dan perkembangan kota pada milenium ketiga SM, dan mengalami percepatan yang signifikan sejak abad ke-18 dan terutama sejak tahun 1950-an.
Era ini ditandai oleh kemajuan yang luar biasa dalam bidang komunikasi, transportasi, dan teknologi komputer, yang memungkinkan ide, budaya, manusia, barang, jasa, dan uang untuk bergerak dengan mudah di seluruh dunia. Integrasi global yang semakin kuat telah mengubah cara kita memandang budaya, konflik, agama, dan norma-norma sosial. Gerakan sosial pun kini dapat terbentuk dan beroperasi dalam skala global.
Contoh nyata tentang hubungan antara perubahan sosial dan lingkungan global dapat dilihat pada krisis keuangan global tahun 2008–2009. Krisis ini menyebabkan resesi ekonomi di berbagai negara, yang berdampak pada penurunan emisi karbon dioksida global ke atmosfer. Ini menunjukkan bahwa perubahan dalam aspek sosial dan ekonomi juga dapat memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan.
Perubahan global yang cepat membawa tantangan baru bagi masyarakat di seluruh dunia, termasuk tantangan terkait perubahan iklim. Oleh karena itu, sangat penting untuk membangun sistem pembelajaran sosial yang transformatif dan mengembangkan keterampilan yang ramah lingkungan. Melalui upaya ini, kita dapat meningkatkan kapasitas pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan sosial di berbagai wilayah, termasuk Afrika Selatan dan Afrika secara lebih luas.
Pengelolaan planet
Manusia telah mengubah siklus biogeokimia Bumi secara signifikan tanpa adanya pengaturan yang memadai dan pengetahuan yang cukup tentang konsekuensinya. Tanpa langkah-langkah efektif dalam mengelola sistem Bumi secara menyeluruh, baik dari segi fisik, kimia, biologi, maupun sosial, kemungkinan besar akan timbul dampak buruk terhadap manusia dan ekosistem. Salah satu kekhawatiran utama adalah kemungkinan tercapainya titik kritis dalam komponen sistem Bumi tertentu, seperti sirkulasi lautan, hutan hujan Amazon, atau es laut Arktik, yang dapat menyebabkan perubahan drastis dalam waktu singkat, seperti hutan hujan berubah menjadi sabana atau es laut menghilang.
Penelitian intensif selama dua dekade terakhir telah mengidentifikasi potensi titik kritis dalam sistem Bumi, di mana perubahan besar dapat terjadi dalam hitungan dekade. Namun, masih sulit untuk secara tepat menentukan lokasi dan batas pasti dari titik-titik kritis ini.
Karena itu, ada seruan untuk mengembangkan pendekatan yang lebih baik dalam mengelola lingkungan Bumi secara keseluruhan, yang kadang-kadang disebut sebagai pengelolaan "sistem pendukung kehidupan Bumi". Beberapa konvensi lingkungan internasional di bawah naungan PBB telah dibentuk untuk mengatasi tantangan lingkungan global, seperti Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim, Protokol Montreal, Konvensi Pemberantasan Desertifikasi, dan Konvensi Keanekaragaman Hayati. Selain itu, PBB memiliki dua badan yang bertugas mengoordinasikan kegiatan lingkungan dan pembangunan, yaitu Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
Pada tahun 2004, IGBP menerbitkan sebuah laporan berjudul "Perubahan Global dan Sistem Bumi: Sebuah Planet di Bawah Tekanan", yang menekankan perlunya strategi yang menyeluruh, komprehensif, dan konsisten dalam pengelolaan sistem Bumi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendefinisikan dan memelihara keseimbangan yang stabil dalam lingkungan global.
Pada tahun 2007, Perancis mengusulkan pembentukan organisasi baru yang lebih kuat daripada UNEP, yang disebut "Organisasi Lingkungan Hidup PBB". Usulan ini didasarkan pada pandangan bahwa status UNEP sebagai program, bukan organisasi, telah melemahkan kemampuannya untuk mengatasi tantangan lingkungan global secara efektif, mengingat kondisi planet yang semakin memburuk.
Disadur dari: en.wikipedia.org