JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pengelolaan dan pemurnian mineral kritis harus dilakukan di dalam negeri untuk pengembangan hilirisasi di masa mendatang.
Menurutnya, peran komoditas mineral kritis sangat strategis dan vital dalam mendukung transisi energi, antara lain sebagai bahan baku pembuatan panel surya, turbin angin dan industri baterai yang digunakan untuk kendaraan listrik dan storage pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Mineral kritis juga memiliki harga yang tinggi karena termasuk dalam kategori sulit ditemukan, sulit diekstraksi dalam jumlah yang ekonomis dan sulit disubstitusi dengan logam atau bahan lain, dan mineral tersebut juga merupakan mineral ikutan dari pertambangan timah, bauksit, nikel dan pasir besi.
“Wajib hukumnya untuk meningkatkan nilai tambah mineral-mineral tersebut melalui pengolahan dan pemurnian di dalam negeri. Industri hilirisasi diharapkan dapat terus dibangun dan dikembangkan untuk mengoptimalkan manfaat pengusahaan mineral,” kata Arifin dalam keterangannya kepada media, Kamis, 18 Agustus.
Dalam rangka mendukung hilirisasi mineral di dalam negeri, lanjut Arifin, penguasaan teknologi mineral di dalam negeri harus terus diupayakan untuk mendukung pengembangan industri hilir di masa mendatang. Kerja sama dan kolaborasi dengan industri atau institusi mineral luar negeri yang telah memiliki teknologi maju terus dilakukan sebagai bagian dari upaya penguasaan teknologi.
Seperti diketahui, sumber daya mineral merupakan salah satu komoditas paling strategis di Indonesia.
Potensinya yang sangat besar membuat sumber daya mineral memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Industri pertambangan mineral yang sebagian besar berada di daerah terpencil juga telah mendorong pertumbuhan beberapa daerah sehingga dapat berkembang pesat menjadi pusat-pusat pertumbuhan baru.
Pemerintah juga terus mendorong eksplorasi yang lebih masif untuk mendapatkan sumber bahan baku yang lebih baik.
“Tantangannya adalah bagaimana kita bisa mengeksplorasi sumber-sumber mineral, terutama mineral-mineral kritis, dengan konfigurasi geologi yang ada di Indonesia,” tambah Arifin.
Untuk itu, ketersediaan bahan baku mineral khususnya mineral kritis secara berkelanjutan perlu didukung dengan berbagai upaya lain, seperti meningkatkan kegiatan eksplorasi dan menerapkan tenaga yang kompeten dalam mengestimasi sumber daya dan cadangan, melakukan inventarisasi mineral yang mengandung logam tanah jarang dan melakukan pengawasan terhadap pengelolaan mineral.
Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral, Batubara dan Panas Bumi serta Peta Potensi Mineral, Batubara dan Panas Bumi terbaru yang dikeluarkan oleh Badan Geologi dapat menjadi acuan bagi semua pihak.
“Data-data tersebut harus ditindaklanjuti dengan melakukan kajian khusus untuk mengungkap lebih detail potensi mineral kritis di beberapa lokasi di Indonesia,” ujar Arifin.
Senada dengan Menteri Arifin, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono, mengatakan bahwa mineral kritis memiliki peran penting dalam transisi energi Indonesia dari energi fosil ke energi terbarukan.
“Mineral mempengaruhi suksesi dan transisi energi di Indonesia. Mineral sangat berpengaruh terhadap suksesi hilir dan transisi energi di Indonesia. Mineral-mineral kritis memiliki peran penting dalam rencana transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan,” ujar Eko.
Logam tanah jarang dan logam kritis lainnya, lanjut Eko, merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai listrik, komponen sel surya, dan teknologi tenaga angin, di mana kedua teknologi terbarukan tersebut merupakan yang paling banyak diadopsi.
Disadur dari: voi.id