Pertanian adalah kegiatan manusia yang melibatkan pemanfaatan sumber daya hayati untuk memproduksi pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidup. Hal ini meliputi menanam tanaman, bercocok tanam, beternak, serta penggunaan mikroorganisme dan enzim biologis dalam pengolahan produk lanjutan seperti keju dan tempe.
Selain itu, pertanian juga mencakup perikanan dan eksploitasi hutan. Meskipun sebagian besar penduduk dunia mencari nafkah dari pertanian, kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global hanya sekitar 4%. Kelompok Ilmu Pertanian mempelajari pertanian dengan dukungan ilmu pengetahuan seperti ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistik karena pertanian terkait erat dengan faktor-faktor ruang dan waktu.
Petani adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada orang yang menjalankan pertanian, seperti petani tembakau atau petani ikan. Secara khusus, orang yang memelihara ternak disebut peternak.
Cakupan Pertanian
Pertanian, dalam arti luasnya, mencakup segala kegiatan yang melibatkan penggunaan makhluk hidup seperti tanaman, hewan, dan mikroba untuk kepentingan manusia. Secara khusus, pertanian merujuk pada kegiatan pembudidayaan tanaman.
Terdapat berbagai macam usaha pertanian dengan subjek yang berbeda-beda. Kehutanan, misalnya, melibatkan pohon dan biasanya dilakukan di lahan hutan. Peternakan menggunakan hewan darat dan seringkali melibatkan hewan vertebrata kecuali ikan dan amfibia, sementara perikanan berfokus pada hewan perairan. Namun, banyak usaha pertanian yang melibatkan kombinasi dari subjek-subjek tersebut untuk efisiensi dan peningkatan keuntungan.
Segala usaha pertanian pada dasarnya bersifat ekonomis, melibatkan pengetahuan tentang pengelolaan tempat usaha, pemilihan bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan, pengemasan, dan pemasaran. Pertanian intensif, yang merupakan bagian dari agribisnis, menekankan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal.
Di sisi lain, ada pertanian berkelanjutan yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan memasukkan pengetahuan lokal serta aspek kelestarian daya dukung lahan dan lingkungan sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Namun, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan pertanian industrial.
Pertanian modern biasanya menggabungkan elemen-elemen dari kedua pendekatan tersebut. Selain itu, ada juga pertanian ekstensif yang melibatkan sedikit masukan dan pertanian subsisten yang dilakukan tanpa motif bisnis, hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Pertanian memiliki dua ciri khas utama: melibatkan volume besar barang dan memiliki risiko yang relatif tinggi karena melibatkan makhluk hidup dalam proses produksinya. Beberapa bentuk pertanian modern telah mengurangi ciri-ciri ini, tetapi kebanyakan usaha pertanian di dunia masih menghadapi tantangan tersebut.
Sejarah singkat pertanian dunia
Diperkirakan bahwa manusia pertama menjinakkan anjing sebelum mulai bercocok tanam, menjadikannya sebagai penjinakan hewan pertama. Praktik agroekosistem awal menggunakan hutan sebagai sumber makanan. Hortikultura dimulai dengan memanfaatkan tanaman hutan di sekitar sungai, di mana masyarakat secara bertahap menjadi akrab dengan pohon dan semak yang berguna. Pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu di Timur Dekat, fokus pada budidaya biji-bijian dan kacang-kacangan. Periode Neolitik, Zaman Perunggu, dan Megalitik mengalami perubahan dalam kepercayaan, dari menyembah dewa pemburu menjadi dewa kesuburan dan pangan.
Di Tiongkok, kucing dijinakkan untuk mengendalikan hewan pengerat di ladang. Pertanian dan peternakan menyebar ke Eropa, Afrika Utara, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Hewan peliharaan pertama yang dijinakkan termasuk kambing/domba, babi, kucing, sapi, kuda, kerbau, dan yak. Budidaya ikan air tawar telah dikenal di Tiongkok dan Jepang selama 2000 tahun, sedangkan budidaya ikan laut berkembang pada abad ke-20. Pertanian sayuran dan buah-buahan telah dikenal sejak zaman Mesir Kuno dan Yunani Kuno. Tanaman serat seperti ganja, kapas, dan rami juga ditanam. Pemanfaatan unsur hara tanah, seperti pupuk kandang dan abu, telah dikembangkan di berbagai belahan dunia.
Pertanian Kontemporer
Pertanian di abad ke-20 ditandai dengan peningkatan produktivitas, penggunaan pestisida dan pupuk sintetik, pembiakan selektif, dan mekanisasi. Namun, kekhawatiran akan dampak lingkungan menyebabkan berkembangnya gerakan pertanian organik. Gerakan ini didorong oleh sertifikasi bahan pangan organik pertama di dunia pada tahun 1991 oleh Uni Eropa. Pada tahun 2005, Kebijakan Pertanian Bersama Uni Eropa direformasi untuk mendukung pertanian organik.
Gerakan pertanian berkelanjutan semakin meluas sebagai respons terhadap perhatian terhadap masalah lingkungan. Pada tahun 2007, harga biji-bijian meningkat karena permintaan sebagai pakan ternak di Cina dan India, serta untuk produksi biofuel. Namun, hal ini juga menyebabkan kerusuhan karena harga pangan naik. Peningkatan pertanian skala kecil diusulkan sebagai solusi untuk meningkatkan suplai bahan pangan dan ketahanan pangan. Meskipun demikian, terjadi degradasi lahan yang serius, terutama di Afrika, yang dapat mengancam ketahanan pangan di masa depan.
China menjadi produsen hasil pertanian terbesar di dunia pada tahun 2009, diikuti oleh Uni Eropa, India, dan Amerika Serikat. Amerika Serikat memiliki produktivitas pertanian 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan tahun 1948. Enam negara, termasuk Amerika Serikat dan Kanada, menyumbang 90% biji-bijian bahan pangan yang diperdagangkan di dunia. Defisit air semakin meningkat, meningkatkan impor biji-bijian di negara berkembang, dan potensial terjadi juga di negara besar seperti China dan India.
Tenaga Kerja Pertanian
Pada tahun 2011, ILO menyatakan bahwa lebih dari 1 miliar orang bekerja di sektor pertanian, di mana sekitar 70% di antaranya adalah pekerja anak-anak. Pertanian juga menjadi sektor dengan jumlah pekerja wanita yang signifikan di berbagai negara. Meskipun demikian, sektor jasa menjadi sektor yang mengalahkan pertanian dalam jumlah pekerja pada tahun 2007, dengan tren penurunan jumlah pekerja pertanian yang cenderung berlanjut.
Pekerja pertanian menghadapi risiko tinggi terhadap cedera, penyakit paru-paru, kehilangan pendengaran, penyakit kulit, dan kanker akibat penggunaan bahan kimia dan paparan sinar matahari. Pada pertanian industri, cedera sering terjadi akibat penggunaan alat dan mesin pertanian, serta paparan bahan kimia. ILO mencatat bahwa pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling berbahaya, dengan perkiraan 170 ribu kematian pekerja pertanian setiap tahun.
Sistem pertanian bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti sumber daya, geografi, kebijakan pemerintah, dan budaya petani. Beberapa sistem termasuk pertanian berpindah, pertanian monokultur, tanaman rotasi, dan sistem polikultur. Sementara itu, sistem produksi hewan ternak dapat berdasarkan sumber pakan yang digunakan, dengan beberapa negara industri menggunakan sistem kandang penuh untuk produksi daging dan produk peternakan lainnya. Namun, praktik seperti penggunaan hormon pertumbuhan menjadi kontroversi di berbagai tempat di dunia.
Masalah lingkungan
Transformasi lahan untuk keperluan pertanian dan penggunaan sumber daya air menjadi dua masalah utama yang dihadapi dalam konteks pertanian modern. Transformasi lahan menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, dengan sekitar 39-50% lahan dunia telah diubah oleh manusia. Degradasi lahan, termasuk deforestasi, desertifikasi, erosi, dan salinisasi, menjadi masalah serius yang mempengaruhi produktivitas ekosistem jangka panjang.
Masalah eutrofikasi juga muncul akibat aliran nutrisi dari lahan pertanian ke ekosistem perairan, menyebabkan peningkatan populasi alga dan tumbuhan air yang dapat mengakibatkan kebinasaan ikan dan kehilangan keanekaragaman hayati. Penggunaan air dalam pertanian juga menjadi perhatian, karena pertanian memanfaatkan sekitar 70% air tawar dunia. Terjadi penurunan ketersediaan air di berbagai daerah, yang dapat mengakibatkan kompetisi penggunaan air antara sektor pertanian, industri, dan perkotaan.
Penggunaan pestisida juga menjadi masalah lingkungan, dengan peningkatan penggunaan sejak tahun 1950-an. Pestisida dapat menyebabkan resistensi pada hama dan memicu dampak negatif pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sementara itu, perubahan iklim juga memiliki dampak yang signifikan pada pertanian, termasuk perubahan pola cuaca, kekeringan, dan banjir yang dapat mempengaruhi produksi pangan.
Dalam menghadapi masalah ini, perlu adanya pendekatan yang berkelanjutan dalam manajemen lahan, penggunaan air, dan penggunaan pestisida dalam pertanian. Selain itu, langkah-langkah adaptasi juga perlu diambil untuk mengatasi dampak perubahan iklim pada produksi pangan.
Ekonomi Pertanian
Ekonomi pertanian melibatkan produksi, distribusi, dan konsumsi produk serta jasa pertanian. Sejak akhir abad ke-19, kajian ekonomi pertanian telah berkembang pesat, dipengaruhi oleh berbagai sistem pertanian dari masa lampau seperti sistem bagi hasil dan sistem feodal. Meskipun harga pangan yang dipengaruhi oleh aktivitas pertanian cenderung meningkat, biaya langsung yang dikeluarkan oleh petani telah berkurang karena efisiensi dalam produksi dan peningkatan nilai tambah melalui pemrosesan dan pemasaran.
Digitalisasi menjadi kunci dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas di sektor pertanian. Teknologi digital dapat membantu petani dalam berbagai aspek, mulai dari budidaya hingga pemasaran produk. Namun, masih diperlukan upaya untuk mengintegrasikan teknologi digital secara luas di kalangan petani.
Kebijakan pemerintah juga memiliki dampak signifikan pada pasar produk pertanian melalui berbagai insentif seperti pajak, subsidi, dan tarif. Sejak tahun 1960-an, kebijakan ini telah mempengaruhi pertanian di negara berkembang dan maju. Meskipun beberapa negara telah melakukan kesepakatan untuk membatasi distorsi kebijakan perdagangan pertanian antara tahun 1980-an dan 2000-an, masih terdapat distorsi kebijakan pada tahun 2009 yang mempengaruhi harga beberapa komoditas pertanian seperti gula, susu, dan beras. Subsidi kapas di negara maju, misalnya, telah menekan harga kapas di pasar global dan merugikan petani kapas di negara berkembang.
Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian