JAKARTA, KOMPAS.com – Pernahkah Anda bertanya bagaimana media sosial merekomendasikan artikel, web page, atau user lain untuk diikuti? Atau, barangkali Anda pernah mendapati iklan tentang barang yang secara kebetulan dibutuhkan muncul tiba-tiba saat sedang asyik mengulik foto maupun video di media sosial Instagram? Jika iya, berarti Anda sedang merasakan sendiri bagaimana teknologi digital mengubah pola advertising saat ini. Hal-hal tersebut bisa terjadi berkat fenomena big data yang saat ini digunakan oleh perusahaan digital. Seiring kemunculan berbagai platform tempat berbagi konten foto, teks, video, dan data diri, data pribadi pun sudah tak menjadi hal yang sifatnya privasi di era ini.
Jumlah data ini luar biasa banyak sehingga dapat dikelola dengan baik untuk berbagai kepentingan, termasuk dalam bidang bisnis. Head of Data Science Program Bina Nusantara (Binus University) Alexander Gunawan mengatakan, perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat hampir semua perusahaan memiliki dan dapat memanfaatkan big data, baik yang bersifat publik maupun privat. “Di Indonesia, semakin banyak perusahaan berbasis teknologi informasi (TI) seperti start-up yang berjalan secara online menggunakan data digital,” kata Alexander saat diwawancara Kompas.com, Kamis (26/11/2020). Alex juga mengatakan, big data tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis perusahaan teknologi, tetapi juga bidang lain mulai dari pemerintahan, perbankan, aktuaria (asuransi), konsultan jasa statistik, telekomunikasi, industri pabrik, pemasaran, industri kimia dan farmasi, hingga riset kesehatan.
Gunanya bermacam-macam. Di bidang pemerintahan misalnya, big data digunakan untuk mempercepat pengambilan keputusan, monitoring, dan evaluasi. Sementara di perbankan, big data dapat digunakan untuk meminimalisasi terjadinya kredit bermasalah dan kerugian bank, serta sebagai basis informasi mengenai rekam jejak debitur dalam aktivitas bisnis sehari-hari. Alexander menjelaskan, untuk mengambil, menyimpan, dan menganalisis data-data digital, diperlukan keilmuan data science dengan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dalam bidang ini. Dengan mengoptimalisasi data-data tersebut, lanjut Alexander, perusahaan dapat memperbaiki sekaligus meningkatkan layanan kepada konsumen.
“Jika (perusahaan) tidak mengacu pada data dan melihat perkembangan tren selera customer, mereka tidak dapat mengembangkan aplikasi maupun layanan yang relevan dengan kebutuhan konsumen,” jelasnya. Karenanya, lanjut dia, perusahaan perlu melakukan upgrading skill data analis SDM sehingga karyawan mahir sebagai data scientist.
Kebutuhan vital SDM data science
Di Indonesia, SDM dengan kompetensi data science masih kurang. Untuk mengisi kesenjangan (gap) terhadap kebutuhan tersebut, kata Alex, perusahaan melakukan upgrading SDM yang sudah ada lewat training (pelatihan) dari pihak ketiga. "Dengan begitu, SDM yang sudah ada bisa dimanfaatkan untuk mengolah data," kata Alex.
Meski demikian, menurutnya, akan lebih efektif jika perusahaan tetap memiliki karyawan yang memiliki disiplin ilmu data science. Hal ini memudahkan mereka jika ingin mengolah data, membaca proyeksi bisnis, dan mengambil keputusan. "Makanya, kalau misal di perusahaan ada yang berlatar belakang pendidikan data science, orang-orang ini biasanya yang dijadikan pimpinan divisi," tambahnya.
Sebagai pimpinan divisi, kata Alex, SDM potensial tersebut berperan untuk menyeragamkan kompetensi data science anggota divisi yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, seperti ekonomi, informatika, maupun matematika. Kebutuhan akan SDM dengan disiplin ilmu data science juga diungkap Alex lewat publikasi World Economic Forum 2020 berdasarkan survei "Future of Job Report 2018". Di situ disebut bahwa data analyst dan data scientist menjadi peringkat pertama dari 10 pekerjaan paling bertumbuh pada 2022.
Alex memaparkan, keahlian dari disiplin ilmu ini memang akan terus dibutuhkan. Apalagi, imbuh Alex, di masa mendatang, ilmu data science semakin berkembang diikuti dengan jumlah data yang lebih besar. Keilmuan data science yang bersifat dinamis menurut Alexander juga menjadi tantangan tersendiri.
Seiring laju teknologi yang semakin cepat, keahlian SDM harus diperbaharui setiap tahun. “Tahun ini pakai program apa, tahun depan (sudah) ganti program lain yang lebih relevan,” urainya. Di sisi lain, ilmu data science membutuhkan pengetahuan dasar yang kuat dalam bidang matematika dan statistik sebagai dasar kemampuan analis. Ia menilai, dua hal tersebut menjadi salah satu tantangan dalam menyiapkan SDM yang relevan.
Mempersiapkan SDM Kompeten
Merespons kebutuhan industri terhadap SDM dengan kompetensi data science, Bina Nusantara (Binus) University menyediakan program studi strata 1 (S1) Data Science. Program Data Science merupakan bagian dari School of Computer Science yang terakreditasi A. Program studi ini mempelajari semua jenis data yang dihasilkan oleh proses bisnis dan operasional perusahaan.
Kemudian, dianalisis menggunakan teknik mining data (penambangan data) untuk memahami bagaimana kinerja suatu bisnis dan untuk mengidentifikasi peluang yang baru. Adapun program ini dirancang untuk memberikan mahasiswa keterampilan programming software development, machine learning, proses riset, dan domain knowledge berdasarkan kasus dari berbagai bidang.
“(Seorang) data scientist sebenarnya seperti ‘detektif’. Mereka harus punya kemampuan untuk memecahkan persoalan dan memberikan solusi. Skill utama ‘detektif’ adalah mengumpulkan data, kemudian menganalisis data, mencari hubungan antara setiap fakta sehingga menghasilkan suatu insight atau solusi. Itu skill utamanya,” papar Alexander.
Dalam proses belajar, lanjut dia, kalkulus dan statistik menjadi pelajaran fundamental untuk melakukan interpretasi data. Ketika berhadapan dengan data, terutama data yang detail dan ingin melakukan interpretasi hubungan variabel, ilmu statistik menjadi kunci. “Ketika jumlah data (yang dianalisis) sangat besar atau disebut big data atau mahadata, program studi Data Science mempelajari machine learning untuk mengolah data atau mencari pola data sehingga modelnya bisa digunakan untuk melakukan prediksi,” jelasnya.
Kemampuan lain yang juga harus dimiliki seorang lulusan Program Data Science adalah komunikasi. Kata Alex, solusi atau data yang telah diolah pada akhirnya akan disajikan dalam bentuk presentasi pada stakeholder. Di bagian ini, mereka harus cakap berkomunikasi, bahkan harus pintar storytelling. Alex menyebut, khusus di Binus, lulusan Program Data Science dipersiapkan untuk mampu bekerja di dunia industri.
Karenanya, mahasiswa program tersebut dibekali portofolio sejumlah kasus untuk dipecahkan. “Bila mahasiswa yang punya minat pada teknologi, mereka bisa mengambil data-data maupun kasus yang berkaitan dengan teknologi. Bila tertarik pada bidang bisnis, (mereka) bisa mengambil data-data yang berkaitan dengan bisnis seperti data transaksi,” imbuhnya. Dengan portofolio tersebut, perkembangan skill mahasiswa bisa diketahui berdasarkan studi kasus yang telah dikerjakan.
Persiapan lain yang dilakukan agar mahasiswa siap berhadapan langsung dengan pelaku industri atau masyarakat adalah 3+1 Enrichment Program. Program ini berlangsung selama 2 semester atau sebanyak 32 SKS yang dimulai dari semester 5 atau 6 sampai semester 7. Selama setahun, mahasiswa akan belajar di luar lingkungan kampus dan menimba ilmu dari perusahaan-perusahaan multinasional atau global.
Tujuan program ini adalah memberi kesempatan pada mahasiswa untuk terjun lebih awal ke dunia kerja. Dengan cara itulah, mahasiswa lebih siap bersaing. “Dalam 3+1 Enrichment Program, ada 5 jalur yang dapat dipilih mahasiswa, antara lain magang di industri, proyek riset, magang di luar negeri, entrepreneurship, dan kuliah kerja nyata (KKN),” terangnya.
Sumber: kompas.com