Pengolahan Air Hujan sebagai Alternatif Pemenuhan Air Bersih di Perumahan Anging Mammiri Makassar

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

04 Juni 2025, 12.14

pixabay.com

Krisis air bersih di kawasan urban Indonesia semakin nyata, dipicu oleh pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, dan eksploitasi air tanah yang berlebihan. Kota Makassar, khususnya kawasan Perumahan Anging Mammiri di Kelurahan Karunrung, Kecamatan Rappocini, menghadapi masalah klasik: pasokan air bersih yang tidak memadai, terutama saat musim kemarau ketika sumur dangkal mengering. Dalam konteks ini, paper karya Abdul Rahim, Andi Sulfanita, dan Andi Bustan Didi dari Universitas Muhammadiyah Parepare menawarkan solusi konkret melalui pengolahan air hujan sebagai alternatif pemenuhan air bersih di lingkungan perumahan123.

Studi Kasus: Potensi dan Realisasi Pengolahan Air Hujan di Anging Mammiri

Latar Belakang dan Permasalahan

Perumahan Anging Mammiri merupakan kawasan padat penduduk yang terus berkembang. Kebutuhan air bersih meningkat seiring pertumbuhan jumlah rumah dan penghuni. Sumber utama air bersih adalah sumur dangkal dan PDAM, yang keduanya memiliki keterbatasan: sumur dangkal rawan kering saat musim kemarau, sementara PDAM sering tidak mampu memenuhi kebutuhan seluruh warga.

Kondisi geografis Makassar yang berada di wilayah tropis dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.263 mm menjadi peluang besar untuk memanfaatkan air hujan sebagai sumber air alternatif. Namun, pemanfaatan ini belum optimal karena minimnya sistem penampungan dan pengolahan air hujan di tingkat rumah tangga.

Metode Penelitian: Kombinasi Analisis Hidrologi dan Survei Lapangan

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan pendekatan analisis aljabar untuk menghitung potensi air hujan yang dapat dimanfaatkan. Data primer dikumpulkan melalui survei langsung di Perumahan Anging Mammiri, meliputi:

  • Peta perumahan dan tipe bangunan
  • Jenis dan luas atap tiap rumah
  • Jumlah rumah dan anggota keluarga

Data sekunder diperoleh dari BMKG Makassar dan BPS Makassar, terutama data curah hujan dari tiga stasiun (Tamanyelleng, Kampili, dan Panakukang) selama 10 tahun terakhir. Analisis dilakukan pada bulan April–Juni 2023.

Temuan Utama: Kapasitas, Kualitas, dan Efektivitas Air Hujan

Potensi Air Hujan yang Dapat Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata curah hujan harian maksimum adalah 6,19 mm/hari. Dengan luas total atap bangunan sebesar 23.435 m², air hujan yang bisa ditampung dan diolah mencapai 86.993,8 liter per hari12. Angka ini didapat dari perhitungan debit air hujan yang masuk ke sistem penampungan dengan memperhitungkan efisiensi penangkapan dan luas atap.

Kebutuhan Air Bersih Harian Warga

Dengan asumsi satu rumah dihuni oleh lima anggota keluarga dan total terdapat 190 unit rumah, kebutuhan air bersih perumahan ini mencapai 142.500 liter per hari. Rata-rata kebutuhan air per rumah adalah 150 liter per hari, digunakan untuk mandi, mencuci, memasak, dan kebutuhan domestik lainnya12.

Efektivitas Pengolahan Air Hujan

Dari perbandingan antara air hujan yang dapat diolah dan kebutuhan air bersih, sistem pengolahan air hujan mampu memenuhi sekitar 52% kebutuhan air bersih harian warga. Artinya, lebih dari separuh kebutuhan air bersih dapat dipenuhi tanpa bergantung pada PDAM atau sumur dangkal123.

Kualitas Air Hujan: Apakah Layak untuk Kebutuhan Domestik?

Uji laboratorium terhadap sampel air hujan yang ditampung menunjukkan hasil sebagai berikut:

  • pH air hujan: 6,75 (cenderung netral, sesuai standar air bersih)
  • Daya hantar listrik (DHL): 0,69 ms
  • Kekeruhan: 3 NTU (masih dalam batas aman)
  • Kandungan nitrit: 0,04 mg/L
  • Kesadahan total: 15,3 mg/L
  • Kandungan logam (Fe, Mn, Zn, Cr, Cd, Cu): semua masih dalam batas toleransi menurut standar kualitas air bersih nasional

Hasil ini menegaskan bahwa air hujan yang ditampung dan diolah secara sederhana sudah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air bersih domestik, meski belum direkomendasikan langsung sebagai air minum tanpa pengolahan lanjutan12.

Konsep Sistem Pengolahan Air Hujan di Tingkat Rumah Tangga

Sistem pengolahan air hujan yang diusulkan meliputi beberapa komponen utama:

  • Atap rumah sebagai bidang tangkap
  • Talang air untuk mengalirkan air hujan dari atap ke penampungan
  • Pipa distribusi menuju bak penampungan
  • Media filtrasi sederhana (pasir, kerikil) untuk menyaring kotoran
  • Bak penampungan yang disesuaikan dengan volume air hujan yang bisa diolah per rumah

Setiap rumah dianjurkan menyesuaikan ukuran bak penampungan dengan hasil perhitungan potensi air hujan dan kebutuhan harian masing-masing. Penempatan bak penampungan fleksibel, tergantung desain rumah dan preferensi pemilik12.

Analisis Kritis: Kelebihan, Tantangan, dan Potensi Replikasi

Kelebihan Studi

  • Data Lapangan Komprehensif: Penelitian ini menggunakan data curah hujan aktual dan survei langsung di lapangan, sehingga hasilnya sangat relevan dengan kondisi nyata.
  • Solusi Praktis dan Ekonomis: Sistem pengolahan air hujan dapat diadopsi dengan biaya relatif rendah dan teknologi sederhana.
  • Dampak Lingkungan Positif: Mengurangi tekanan pada sumber air tanah dan PDAM, serta membantu konservasi air di kawasan urban.

Tantangan dan Kekurangan

  • Variabilitas Curah Hujan: Ketergantungan pada curah hujan membuat sistem ini kurang optimal saat musim kemarau panjang.
  • Kualitas Air: Untuk konsumsi langsung sebagai air minum, diperlukan pengolahan tambahan seperti filtrasi lanjutan atau desinfeksi.
  • Kesadaran dan Edukasi: Implementasi sistem ini memerlukan edukasi dan perubahan perilaku masyarakat agar sistem berjalan optimal dan terawat.

Potensi Replikasi dan Tren Industri

Studi serupa di Kampung Lakkang Makassar menunjukkan setiap rumah mampu menampung hingga 272,7 liter air hujan per hari, jauh di atas rata-rata kebutuhan domestik 300 liter per rumah per hari1. Di banyak kota besar di Indonesia, sistem panen air hujan mulai dilirik sebagai bagian dari strategi ketahanan air dan urban sustainability, sejalan dengan tren global di negara-negara maju seperti Singapura dan Australia yang mewajibkan rainwater harvesting pada bangunan baru45.

Simulasi Penghematan dan Dampak Sosial Ekonomi

Jika sistem pengolahan air hujan ini diadopsi secara luas di seluruh perumahan Makassar, potensi penghematan air PDAM bisa mencapai jutaan liter per hari. Selain menekan biaya air bagi warga, sistem ini juga mengurangi risiko krisis air bersih saat musim kemarau dan membantu mengatasi masalah banjir dengan mengurangi limpasan air hujan ke saluran kota.

Rekomendasi dan Saran Pengembangan

  • Integrasi dengan Program Pemerintah: Pemerintah daerah dapat mendorong adopsi sistem pengolahan air hujan melalui insentif atau regulasi pada pembangunan rumah baru.
  • Peningkatan Teknologi: Integrasi filter lanjutan dan sistem desinfeksi sederhana agar air hujan dapat digunakan sebagai air minum.
  • Edukasi Masyarakat: Sosialisasi dan pelatihan teknis bagi warga untuk memastikan sistem berjalan optimal dan terawat.

Penutup: Investasi Ramah Lingkungan untuk Masa Depan Kota

Penelitian ini membuktikan bahwa pengolahan air hujan adalah solusi nyata, murah, dan mudah diadopsi untuk mengatasi krisis air bersih di kawasan urban seperti Makassar. Dengan potensi pemenuhan hingga 52% kebutuhan air bersih harian, sistem ini sangat layak direplikasi di kota-kota lain di Indonesia. Selain menghemat biaya, sistem ini juga berkontribusi pada konservasi air dan ketahanan lingkungan perkotaan.

Sumber Artikel (Bahasa Asli)

Abdul Rahim, Andi Sulfanita, Andi Bustan Didi. "Pengolahan Air Hujan Sebagai Alternatif Pemenuhan Air Bersih di Perumahan Anging Mammiri Kota Makassar." Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Parepare, Kota Parepare, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Aurelia: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juli 2024.