Pengaruh Budaya terhadap Manajemen Proyek: Pelajaran Kebijakan Publik dari Studi Perbandingan UK dan Nigeria

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana

15 September 2025, 09.48

Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?

Budaya nasional terbukti memiliki pengaruh yang signifikan dalam praktik manajemen proyek. Studi perbandingan antara Inggris (UK) dan Nigeria memberikan gambaran yang jelas mengenai bagaimana budaya membentuk cara suatu proyek dikelola. Di Inggris, praktik manajemen proyek dilaksanakan secara formal, sistematis, dengan mengacu pada standar internasional seperti PMBOK dan PRINCE2. Orientasi yang diutamakan adalah hasil yang terukur dan penyelesaian tepat waktu. Sebaliknya, di Nigeria, praktik manajemen proyek lebih menekankan fleksibilitas dan hubungan sosial antarindividu. Relasi personal menjadi dasar kepercayaan, meskipun konsekuensinya adalah meningkatnya risiko keterlambatan serta variasi kualitas pekerjaan.

Bagi Indonesia, yang memiliki keragaman budaya luar biasa, temuan ini menegaskan bahwa kebijakan publik di bidang pembangunan tidak bisa sekadar menyalin praktik dari Barat. Model manajemen proyek harus diadaptasi agar sesuai dengan konteks budaya nasional. Tanpa adaptasi tersebut, kebijakan dan implementasi proyek justru berpotensi berbenturan dengan nilai-nilai lokal.

Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang

Penerapan pendekatan berbasis budaya dalam manajemen proyek dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Kesadaran para pemangku kepentingan akan pentingnya faktor budaya meningkat, sehingga standar internasional dapat disesuaikan dengan praktik lokal. Hal ini juga membuka ruang kolaborasi multipihak yang lebih harmonis dan inklusif.

Namun, ada hambatan yang perlu diantisipasi. Perubahan pola pikir dari manajemen yang kaku dengan standar global menuju model yang lebih lentur tidak mudah dilakukan. Keterbatasan riset dan data lokal mengenai manajemen proyek berbasis budaya juga menjadi kendala. Bahkan, terkadang efisiensi proyek yang dikejar bisa berbenturan dengan praktik sosial-budaya yang berlaku, menimbulkan konflik antara kepentingan teknis dan kepentingan komunitas.

Meski demikian, peluang strategis tetap terbuka. Perspektif budaya dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan manajemen proyek agar para calon manajer tidak hanya menguasai metodologi teknis, tetapi juga memiliki cultural intelligence. Dengan begitu, mereka mampu mengelola perbedaan dalam tim lintas daerah. Upaya ini relevan dengan Penjadwalan sebagai Pengendali Proyek Konstruksi, yang menekankan efektivitas manajemen proyek sekaligus mengajarkan pentingnya memahami konteks sosial dan budaya.

Kritik: Risiko Jika Tanpa Kebijakan Serius

Jika kebijakan publik tidak mengintegrasikan aspek budaya, proyek nasional berisiko mengalami keterlambatan akibat miskomunikasi lintas budaya. Masyarakat lokal bisa menolak proyek infrastruktur yang dianggap tidak sesuai dengan nilai mereka. Lebih jauh lagi, kegagalan beradaptasi dapat menurunkan kualitas hasil pembangunan dan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Penutup: Relevansi Strategis untuk Indonesia

Indonesia, dengan segala keragaman budayanya, perlu memandang faktor budaya sebagai bagian integral dari manajemen proyek. Temuan dari studi Harrison menjadi pengingat bahwa proyek bukan hanya tentang aspek teknis, melainkan juga tentang manusia yang terlibat dan budaya yang mereka anut. Dengan kebijakan publik yang menyeimbangkan standar global dan kearifan lokal, Indonesia dapat memperkuat keberhasilan proyek pembangunan sekaligus menjaga harmoni sosial. Pendekatan ini bukan hanya membuat proyek lebih efektif, tetapi juga memastikan hasilnya diterima dengan baik oleh masyarakat.

Sumber