Penelitian Ini Mengungkap Rahasia di Balik Logistik Konstruksi Inggris — dan Ini yang Harus Anda Ketahui!

Dipublikasikan oleh Hansel

13 September 2025, 14.29

unsplash.com

Menjelajahi Jantung Industri yang Kurang Dipahami

Logistik dalam industri konstruksi di Inggris, sektor yang secara fundamental membentuk lingkungan binaan kita, sering kali luput dari perhatian. Namun, sebuah laporan mendalam dari Heriot-Watt University, University of Westminster, dan University of Cambridge, membuka tabir kompleksitas dan tantangan yang dihadapi sektor ini. Laporan setebal 172 halaman ini bukanlah sekadar tumpukan data, melainkan sebuah narasi komprehensif yang mengungkapkan bagaimana rantai pasokan, transportasi, dan praktik kerja di industri ini memiliki dampak sosial dan lingkungan yang signifikan. Laporan ini memberikan analisis mendalam tentang struktur industri, masalah produktivitas yang berlarut-larut, dan dampak negatif yang ditimbulkannya, sekaligus menawarkan serangkaian solusi inovatif yang bisa mengubah wajah industri ini di masa depan.

Laporan ini menunjukkan bahwa meskipun industri konstruksi menyumbang sekitar 6,5% dari output ekonomi Inggris, jejak karbonnya jauh lebih besar, menyumbang 10-11% dari total emisi gas rumah kaca (GRK) negara tersebut. Hal ini mengejutkan para peneliti, sebab ini menempatkan sektor konstruksi sejajar dengan industri-industri berat lain yang sering menjadi sorotan. Terlebih lagi, 86% dari emisi CO2 dalam rantai pasokan konstruksi berasal dari manufaktur material dan produk, menunjukkan bahwa upaya dekarbonisasi tidak bisa hanya berfokus pada lokasi proyek saja. Di sini, peran inovasi dalam material, seperti semen rendah karbon, menjadi krusial.

Siapa yang paling terdampak oleh temuan ini? Pertama, adalah masyarakat umum. Kemacetan, polusi udara, kebisingan, dan risiko keselamatan jalan yang meningkat akibat lalu lintas truk konstruksi adalah realitas sehari-hari, terutama di area perkotaan. Kemudian, ada para pekerja konstruksi sendiri. Industri ini, yang memiliki tingkat fatalitas tertinggi kedua setelah pertanian, dihadapkan pada masalah fragmentasi tenaga kerja, upah rendah untuk pekerja manual, dan kondisi kerja yang tidak aman. Penelitian ini juga menyoroti bagaimana keterlambatan pembayaran dan sengketa kontrak merugikan kontraktor kecil, yang pada gilirannya mengancam stabilitas seluruh rantai pasokan.

Mengapa temuan ini penting hari ini? Karena Inggris sedang dalam mode "Build Back Better" dengan rencana investasi besar-besaran untuk infrastruktur dan perumahan. Tanpa reformasi mendalam, proyek-proyek ini tidak hanya akan gagal memenuhi target keberlanjutan pemerintah, tetapi juga dapat memperburuk masalah-masalah sosial dan lingkungan yang sudah ada. Laporan ini berfungsi sebagai panggilan untuk bertindak, mendesak semua pemangku kepentingan—dari pemerintah hingga kontraktor dan pemasok—untuk berpikir ulang tentang cara mereka bekerja.

Problematika Logistik yang Terfragmentasi

Salah satu temuan paling menonjol dari laporan ini adalah sifat industri yang sangat terfragmentasi. Bayangkan sebuah piramida yang terdiri dari ribuan perusahaan kecil dan pekerja mandiri. Di puncaknya, ada kontraktor utama (Tier One) yang menjalin kontrak langsung dengan klien, tetapi sebagian besar pekerjaan—mencakup 75-90% kebutuhan tenaga kerja—disubkontrakkan ke kontraktor lapis kedua dan ketiga. Kondisi ini menciptakan celah informasi, kurangnya koordinasi, dan hubungan yang sering kali bersifat antagonis alih-alih kolaboratif. Ini adalah kondisi yang disukai para peneliti: setiap proyek unik, yang berarti setiap pelajaran dari proyek sebelumnya hampir mustahil untuk diterapkan pada proyek berikutnya.

Data kuantitatif mendukung argumen ini. Pada tahun 2019, 91% perusahaan konstruksi di Inggris memiliki 7 karyawan atau kurang. Sebesar 40% tenaga kerja adalah pekerja mandiri, tiga kali lipat rata-rata nasional. Laporan ini juga mengilustrasikan fragmen industri dari perspektif keluaran nilai (GVA), di mana kontraktor aktivitas khusus menyumbang hampir separuh (48%) dari total output industri. Angka-angka ini tidak hanya menjelaskan mengapa inovasi dan produktivitas stagnan, tetapi juga mengapa insiden keselamatan kerja dan keterlambatan proyek sering terjadi.

Rantai pasokan material dan produk juga menghadapi masalah serupa. Pemasok agregat, semen, dan beton di Inggris didominasi oleh lima perusahaan besar yang secara vertikal terintegrasi, yang menyumbang 70-90% pasar. Namun, dalam rantai pasokan produk-produk lain seperti kayu, kaca, atau plastik, ada ribuan pemain yang berbeda. Kurangnya koordinasi antara produsen, pemasok, dan kontraktor di lokasi proyek menyebabkan inefisiensi, pemborosan material, dan waktu tunggu yang tidak perlu.

Mengapa Produktivitas Menjadi Mitos dan Sengketa Kontrak Jadi Tren?

Laporan ini menggambarkan bagaimana produktivitas di industri konstruksi Inggris, yang diukur dari output per unit input, praktis tidak berubah sejak tahun 1994. Sebaliknya, industri manufaktur dan jasa telah mengalami peningkatan produktivitas lebih dari 50% dalam periode yang sama. Kesenjangan ini mencolok, dan alasannya kembali pada struktur industri yang terfragmentasi.

  • Fase Proyek yang Terpisah: Desain, penawaran, dan konstruksi seringkali dijalankan oleh tim dan perusahaan yang berbeda. Hal ini menciptakan ketidaksesuaian antara apa yang dirancang dan apa yang bisa dibangun secara efisien.
  • Kurangnya Kolaborasi: Hubungan kontraktual yang berorientasi pada persaingan harga terendah menghambat kolaborasi dan transfer risiko yang sehat. Masing-masing pihak cenderung menyalahkan pihak lain ketika terjadi masalah.
  • Perubahan Persyaratan Klien: Klien sering kali mengubah persyaratan di tengah jalan, memaksa perombakan yang mahal dan memakan waktu.

Data lain yang tak kalah suram menunjukkan bahwa rata-rata sengketa kontrak di Inggris antara tahun 2015-2019 menelan biaya $25,7 juta dan berlangsung selama 11 bulan. Angka ini luar biasa, dan legalitas untuk menyelesaikan sengketa ini menghabiskan 1,6% dari total pengeluaran industri untuk barang dan jasa. Sebagai perbandingan, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan (R&D) di sektor ini hanya 1,6% dari total investasi R&D swasta, padahal konstruksi menyumbang 6,5% dari ekonomi Inggris. Prioritas yang salah ini secara efektif menghambat pertumbuhan dan inovasi.

Solusi Jangka Panjang: Mengubah Paradigma

Laporan ini tidak hanya mengkritik, tetapi juga menawarkan jalan ke depan. Solusi-solusi yang diusulkan berpusat pada kolaborasi, inovasi, dan keberlanjutan. Beberapa rekomendasi paling menarik meliputi:

  • Manufaktur di Luar Lokasi (Off-site Manufacturing): Memproduksi komponen bangunan di pabrik, kemudian mengirimkannya ke lokasi proyek untuk dirakit. Pendekatan ini dapat mengurangi waktu konstruksi hingga 20-60%, mengurangi kebutuhan tenaga kerja di lokasi hingga 70%, dan secara drastis mengurangi limbah dan polusi. Sebagai contoh, Bandara Heathrow Terminal 5 menggunakan metode ini untuk beberapa komponen, yang menghasilkan penghematan waktu empat bulan per unit.
  • Sistem Manajemen Logistik dan Transportasi Terpusat: Alih-alih setiap subkontraktor mengelola pengirimannya sendiri, sebuah konsolidasi center (CC) dapat digunakan. Di sini, material dari berbagai pemasok dikumpulkan dan dikirim ke lokasi proyek menggunakan kendaraan yang terisi penuh, tepat waktu. Sebuah uji coba di London menunjukkan bahwa penggunaan CC mengurangi jumlah pengiriman kendaraan ke lokasi hingga 68%. Bayangkan dampaknya jika sistem ini diterapkan di seluruh proyek konstruksi perkotaan.
  • Transportasi Non-Jalan Raya: Untuk material berat seperti agregat dan semen, laporan ini menyoroti penggunaan kereta api dan jalur air. Transportasi rel telah terbukti mengurangi emisi CO2 hingga 85% dibandingkan transportasi jalan raya. Proyek-proyek besar seperti London 2012 Olympics, Crossrail, dan HS2 telah berhasil menggunakan moda transportasi ini.
  • Inovasi Kendaraan dan Pelatihan Pengemudi: Laporan ini menggarisbawahi pentingnya desain kendaraan yang lebih aman, seperti truk dengan visibilitas langsung yang lebih baik (Direct Vision Standard) untuk melindungi pengendara sepeda dan pejalan kaki. Pelatihan pengemudi yang berfokus pada risiko jalan raya juga menjadi kunci. Implementasi telematika untuk memantau perilaku mengemudi tidak hanya meningkatkan keselamatan tetapi juga menghemat bahan bakar dan mengurangi emisi.

Kesimpulan: Jalan Menuju Industri yang Lebih Cerdas dan Bertanggung Jawab

Laporan ini adalah dokumen yang penting bagi masa depan industri konstruksi di Inggris. Dengan analisis yang detail, penelitian ini dengan tegas menunjukkan bahwa masalah-masalah yang ada—mulai dari stagnasi produktivitas, sengketa, hingga dampak lingkungan—berakar pada struktur industri yang kuno dan terfragmentasi.

Namun, laporan ini juga menyediakan peta jalan yang jelas untuk perubahan. Dengan berinvestasi pada teknologi dan praktik kerja yang lebih cerdas, seperti off-site manufacturing dan manajemen logistik yang terpusat, industri dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampaknya. Jika semua pihak—pemerintah, klien, kontraktor, dan pemasok—bekerja sama, mereka dapat mengubah citra industri ini dari "industri yang keras dan kotor" menjadi pemimpin dalam inovasi, keselamatan, dan keberlanjutan. Ini bukan hanya tentang membangun lebih banyak; ini tentang membangun lebih baik.

Jika diterapkan, temuan ini bisa mengurangi biaya proyek hingga 8% dan emisi CO2 dari lalu lintas konstruksi hingga 10% dalam waktu lima tahun. Ini akan menjadi lompatan besar yang tidak hanya menguntungkan industri, tetapi juga masyarakat dan lingkungan.

Sumber Artikel:

Piecyk, M., Allen, J., & Woodburn, A. (2021). Construction Logistics.