Penelitian Ini Mengungkap Rahasia di Balik Kecerdasan Lalu Lintas – dan Ini yang Harus Anda Ketahui!

Dipublikasikan oleh Hansel

04 November 2025, 20.21

unsplash.com

Pendahuluan: Krisis Lalu Lintas Global dan Janji Kota Cerdas

Kota-kota modern di seluruh dunia menghadapi masalah kemacetan kronis yang telah melampaui sekadar ketidaknyamanan belaka. Kemacetan merusak produktivitas ekonomi, secara signifikan meningkatkan polusi udara, dan memicu risiko keselamatan yang serius.1 Menanggapi tantangan ini, ekspansi pesat dari Internet of Things (IoT) telah mendorong munculnya berbagai solusi kreatif, terutama konsep kota cerdas (smart cities).1

Di jantung inovasi perkotaan ini, terletak Sistem Transportasi Cerdas (Intelligent Transportation System atau ITS). ITS merupakan tulang punggung kota cerdas, mengintegrasikan komunikasi, komputasi, dan teknologi informasi canggih ke dalam industri transportasi untuk tujuan utama manajemen mobilitas.1 Tujuan ITS adalah menciptakan sistem terpadu yang menghubungkan manusia, jalan, dan kendaraan, dengan potensi signifikan untuk mengurangi bahaya, tingkat kecelakaan yang tinggi, emisi karbon, dan polusi udara.1 ITS juga berjanji untuk meningkatkan keselamatan, keandalan, kecepatan perjalanan, dan kepuasan penumpang.1

Pentingnya ITS, khususnya prediksi arus lalu lintas yang akurat, melampaui efisiensi logistik. Prediksi lalu lintas kini merupakan pilar kesehatan publik. Menurut laporan tahun 2018 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tingkat kematian akibat kecelakaan lalu lintas jalan terus meningkat, mencapai 1,35 juta kematian pada tahun 2016.1 Dalam konteks ini, prediksi arus lalu lintas (Traffic Flow Prediction atau PPL) berbasis Kecerdasan Buatan (AI) berfungsi sebagai metode krusial untuk mengurangi korban jiwa dan memastikan perjalanan yang lebih aman dan efektif. Akurasi tinggi dalam PPL adalah kunci keberhasilan ITS, dan tinjauan komprehensif ini menyoroti bagaimana Deep Learning (DL) kini mengambil alih model tradisional karena kemampuannya menangani kompleksitas data waktu nyata.

 

Revolusi Transportasi Cerdas: Mengapa Prediksi AI Menjadi Kebutuhan Mendesak?

Prediksi arus lalu lintas yang tepat adalah komponen vital ITS yang memberikan wawasan kritis kepada berbagai pemangku kepentingan, mulai dari penumpang individu, administrator lalu lintas, pembuat kebijakan, hingga pengguna jalan.1 Dengan prediksi yang andal, pemangku kepentingan ini dapat memanfaatkan jaringan transportasi dengan cara yang lebih aman dan cerdas.1

Manfaat dari peramalan arus lalu lintas yang akurat sangat luas dan bermanifestasi dalam berbagai aspek manajemen perkotaan 1:

  • Mengurangi kemacetan secara signifikan.
  • Mencapai waktu tempuh yang lebih cepat.
  • Meningkatkan kapasitas jalan yang ada.
  • Mendukung manajemen lalu lintas perkotaan yang lebih adaptif.
  • Memfasilitasi perencanaan kota pintar yang efisien.
  • Mengurangi polusi dan menciptakan jalan yang lebih aman.

Namun, keberhasilan dan efektivitas ITS, serta semua janji yang menyertainya, sepenuhnya bergantung pada kualitas data lalu lintas.1 ITS adalah sistem yang digerakkan oleh data, dan oleh karena itu, kualitas data yang buruk akan menghasilkan ITS yang gagal dalam operasinya, mengubah sistem canggih menjadi investasi yang mahal dan tidak efektif. Infrastruktur AI memerlukan masukan yang sangat andal dari sensor dan perangkat IoT, karena kegagalan data sama dengan kegagalan sistem manajemen lalu lintas secara keseluruhan.1

 

Dari Statistika Kuno ke Arsitektur Neural: Evolusi Model Prediksi

Perjalanan dalam prediksi lalu lintas telah bergerak dari mengandalkan pola historis yang kaku menuju pemodelan perilaku kompleks melalui pembelajaran mesin.

Analisis Historis: Keterbatasan Model Parametrik

Secara historis, peramalan lalu lintas didasarkan pada model parametrik, terutama yang berasal dari analisis deret waktu.1 Dalam pendekatan ini, tujuannya adalah mengenali pola temporal dalam data lalu lintas masa lalu untuk meramalkannya ke masa depan.1 Model-model seperti Kalman Filtering dan Auto-Regressive Integrated Moving Average (ARIMA) merupakan kerangka kerja standar untuk prediksi arus jangka pendek.1 Berbagai modifikasi pada model ARIMA juga diterapkan untuk meningkatkan kinerja.1

Namun, lalu lintas adalah fenomena yang pada dasarnya stokastik (acak) dan nonlinier.1 Model ARIMA, yang didasarkan pada asumsi bahwa data akan berlanjut sesuai pola historis yang dapat diprediksi secara statistik, terbukti tidak memadai untuk menangkap kompleksitas nonlinier yang dipengaruhi oleh cuaca, kecelakaan, atau peristiwa mendadak lainnya. Lalu lintas modern menghancurkan asumsi linier ini.

Pergeseran ke Model Non-Parametrik dan Pembelajaran Mesin

Kebutuhan untuk mengatasi sifat nonlinier dari arus lalu lintas mendorong transisi ke model non-parametrik dan Machine Learning (ML). Model-model ini, yang tidak membuat asumsi ketat tentang distribusi data, mulai diterapkan secara luas.1 Contoh model non-parametrik yang digunakan dalam PPL termasuk Random Forest (RF), Bayesian Algorithm (BA), K-Nearest Neighbor (KNN), Principal Component Analysis (PCA), dan Support Vector Algorithms.1

Pergeseran ke ML menandai pengakuan bahwa lalu lintas adalah masalah perilaku kompleks. ML, sebagai subset dari AI, unggul dalam menemukan pola tersembunyi (fair discovery of patterns) dalam dataset besar tanpa perlu dirancang secara spesifik untuk tugas tertentu.1 Bahkan, dalam era data besar, Jaringan Saraf Back-Propagation Neural Network (BPNN) yang dangkal mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan.1

Dominasi Deep Learning

Evolusi selanjutnya adalah munculnya Deep Learning (DL). Arsitektur DL memanfaatkan beberapa lapisan (jaringan saraf dalam atau DNN) untuk mengekstrak properti yang jauh lebih kompleks dari input mentah dibandingkan dengan ML dangkal.1 Karena kemampuannya untuk mempelajari karakteristik deskriptif dan diferensial secara otomatis, DL telah menjadi teknik yang sangat efektif untuk memprediksi arus lalu lintas.1

 

Mengupas Kekuatan Deep Learning: Otak di Balik Prediksi Waktu Nyata

Deep Learning mengandalkan arsitektur jaringan saraf yang mendalam untuk menghasilkan abstraksi tingkat tinggi. Dalam konteks lalu lintas, berbagai jenis pembelajaran dan arsitektur DL diterapkan, masing-masing dengan keunggulan spesifik.

Kategori Pembelajaran Utama

Model ML dan DL dapat diklasifikasikan berdasarkan teknik pembelajaran yang mereka gunakan:

  • Supervised Learning: Menggunakan dataset berlabel (pasangan input-output) untuk melatih model menciptakan fungsi inferensi. Contoh dalam PPL adalah Support Vector Machine (SVM), yang beroperasi sebagai pengklasifikasi non-probabilistik yang mencari hyperplane optimal untuk memisahkan kelas data.1 SVM dianggap ideal untuk misi pembelajaran yang melibatkan banyak fitur relatif terhadap jumlah kasus pelatihan.1
  • Unsupervised Learning: Digunakan ketika tidak ada label output dalam dataset. Tujuannya adalah untuk menemukan hubungan tersembunyi antar data, sering digunakan untuk mengurangi dimensi data (ekstraksi fitur) dan menghemat biaya komputasi.1 Contohnya termasuk K-Means Clustering dan Principal Component Analysis (PCA).1
  • Reinforced Learning (RL): Pembelajaran yang berorientasi pada tujuan, di mana agen (misalnya, pengontrol lampu lalu lintas) belajar dengan memaksimalkan hadiah melalui interaksi dengan lingkungannya. Contohnya adalah Q-Learning Algorithm dan Monte Carlo Tree Search (MCTS).1

Arsitektur Kunci Deep Learning

Untuk data lalu lintas yang bersifat spasial dan temporal, dua arsitektur DL menonjol:

Long Short-Term Memory (LSTM): Mengatasi Hilangnya Memori

Recurrent Neural Network (RNN) adalah model yang kuat untuk analisis deret waktu karena kemampuannya menyimpan informasi sebelumnya.1 Namun, RNN konvensional rentan terhadap masalah vanishing gradient—di mana seiring waktu, jaringan berhenti mengingat input awal, menyebabkan sensitivitasnya berkurang.1

LSTM, sebuah kasus khusus dari RNN, mengatasi masalah ini dengan menggunakan sel memori internal dan gerbang multiplikatif.1 Kemampuan LSTM dalam menyimpan informasi melewati banyak langkah waktu, berkat unit linier yang disebut Constant Error Carousel (CEC), sangat penting dalam PPL. Data lalu lintas adalah sekuensial; kejadian satu jam lalu memengaruhi arus saat ini. LSTM memungkinkan model untuk mempertahankan informasi jangka panjang ini, seperti menghubungkan kemacetan sore hari dengan pola jadwal kerja yang ditetapkan sejak pagi hari. Kemampuan ini menjadikan LSTM arsitektur yang sangat diunggulkan untuk prediksi deret waktu yang kompleks.1

Convolutional Neural Network (CNN): Memahami Penyebaran Kemacetan

Meskipun awalnya dikembangkan untuk pengenalan gambar, Convolutional Neural Network (CNN) sangat efektif dalam memproses informasi spasial (2D dan 3D).1 Dalam PPL, CNN digunakan untuk mengekstrak fitur spasial dari representasi matriks jaringan jalan.1

Penerapan CNN secara fundamental mengubah cara para peneliti memandang masalah lalu lintas. Kemacetan di satu ruas jalan tidak terjadi secara independen, tetapi merambat dari lokasi lain. CNN memungkinkan model untuk belajar mengenai korelasi geografis—misalnya, bagaimana kepadatan di persimpangan utama secara spasial memengaruhi ruas-ruas jalan di sekitarnya. Kombinasi CNN dan LSTM (sering disebut model hibrida ConvLSTM atau RCNN) mewakili arsitektur terbaik untuk prediksi jaringan kota skala besar, karena mereka secara bersamaan menangani data spasial dan temporal.1

 

Kisah di Balik Angka: Lompatan Akurasi yang Mengejutkan Peneliti

Penerapan model Deep Learning dan Machine Learning canggih telah menunjukkan lompatan akurasi yang signifikan dibandingkan dengan model tradisional, bahkan dalam skenario lalu lintas yang paling menantang. Data kuantitatif menegaskan peningkatan efisiensi yang luar biasa, mengubah manajemen lalu lintas menjadi tugas yang sangat presisi.

Dalam studi yang berfokus pada sistem pemantauan lalu lintas berbasis ML (ML-ITMS), model yang menggunakan SVM dan RF mampu meningkatkan akurasi estimasi hingga menyentuh angka 98,6%.1 Akurasi ini sangat tinggi—berarti sistem hanya membuat 14 kesalahan dalam 1.000 pemantauan—menunjukkan bahwa prediksi kemacetan waktu nyata dapat dicapai dengan presisi yang hampir sempurna.

Efisiensi prediksi juga terlihat jelas dalam peramalan arus jangka pendek di jalan bebas hambatan. Sebagai contoh, model Gravitational Search Algorithm optimized Extreme Learning Machine (GSA-ELM), yang diterapkan pada data jalan bebas hambatan di Ring Road Amsterdam, menunjukkan Mean Absolute Percentage Errors (MAPE) yang berkisar antara 10,25% hingga 12,05%.1 Untuk mengilustrasikan lompatan efisiensi ini, tingkat kesalahan rata-rata ini setara dengan hanya meleset satu atau dua mobil dari seratus kendaraan dalam prediksi arus lalu lintas per jam, sebuah efisiensi yang sangat signifikan dalam manajemen real-time.

Kekuatan DL tidak hanya berlaku untuk kondisi ideal. Dalam menghadapi cuaca buruk, yang biasanya mengacaukan pola lalu lintas, model Deep Belief Network (DBN) yang ditingkatkan dengan Support Vector Regression (SVR) mampu mengendalikan kesalahan prediksi pada waktu puncak kemacetan hingga 15%.1 Peningkatan akurasi sebesar ini pada jam-jam tersibuk setara dengan mempersingkat waktu tunggu pengendara secara signifikan di banyak titik persimpangan.

Selain itu, model berbasis canonical polygonal tensor decomposition menunjukkan efisiensi data yang luar biasa, mampu menangkap hampir seluruh energi sinyal lalu lintas, mencapai angka 90%, hanya dengan menggunakan empat parameter.1 Temuan ini memperkuat pemahaman bahwa meskipun DL (LSTM, CNN) mencapai akurasi absolut tertinggi, terdapat model ML yang lebih ringan yang menawarkan MAPE yang dapat diterima dengan efisiensi komputasi yang jauh lebih tinggi. Namun, perlu dicatat bahwa beberapa studi DL yang mencapai akurasi tinggi, seperti DBN yang ditingkatkan SVR, secara eksplisit mencatat bahwa waktu komputasi yang ditingkatkan memerlukan optimasi lebih lanjut.1

 

Realitas di Lapangan: Keterbatasan dan Kritik Realistis

Meskipun potensi DL sangat besar, implementasi di dunia nyata menghadapkan beberapa keterbatasan yang memerlukan kritik realistis.

Keterbatasan mendasar yang diidentifikasi oleh para peneliti adalah kurangnya data pelatihan berkualitas tinggi dan non-exhaustif (tidak menyeluruh), terutama di daerah perkotaan lokal.1 Para peneliti mencatat bahwa semua solusi ML/DL sangat bergantung pada kualitas data input—sebuah kritikan yang menegaskan pepatah lama: garbage in, garbage out.1 Jika data hanya dikumpulkan dari jalan bebas hambatan atau daerah perkotaan yang sangat terbatas, model prediksi mungkin gagal menangkap keragaman pola lalu lintas secara umum.

Tantangan data juga mencakup masalah volume dan pembaruan. Banyak studi, khususnya di daerah yang baru memulai inisiatif ITS, terhambat oleh dataset pelatihan yang sangat kecil.1 Selain itu, model ML yang lebih sederhana, seperti Linear Regression, ditemukan sangat sensitif terhadap outliers (data pencilan) dan hanya cocok untuk data yang hubungannya linier, membuatnya rentan terhadap anomali lalu lintas sehari-hari.1

Kekurangan penting lainnya adalah kegagalan banyak model untuk mengintegrasikan faktor eksternal. Mayoritas model cenderung fokus hanya pada volume dan kecepatan lalu lintas, tetapi mengabaikan variabel penting yang dapat memengaruhi arus, seperti:

  • Kondisi cuaca (hujan, salju, kabut).1
  • Peristiwa khusus atau festival yang menyebabkan lonjakan mendadak.
  • Karakteristik lalu lintas di jalan yang berdekatan.1

Kegagalan untuk memasukkan faktor-faktor ini berarti bahwa model, meskipun canggih, akan gagal dalam memprediksi kejadian non-rutin. Lebih lanjut, model yang dikembangkan di satu lokasi (misalnya, di Beijing atau San Francisco) mungkin tidak dapat ditransfer secara efektif ke kota lain tanpa kalibrasi ulang yang ekstensif, karena gagal mempelajari korelasi spasial-temporal yang unik dari lokasi baru tersebut.

 

Memetakan Jalan ke Depan: Ancaman Siber dan Kebutuhan Kolaborasi Data

Untuk mencapai ITS yang matang dan berkelanjutan, penelitian di masa depan harus mengatasi tantangan komputasi, data, dan keamanan.

Tantangan Inherent dan Kompleksitas Spasio-Temporal

Penelitian harus mengatasi kurangnya metodologi dan algoritma yang efektif secara komputasi dan kendala penyimpanan terdistribusi.1 Arus lalu lintas yang dinamis memerlukan model yang tidak hanya dapat menganalisis dimensi spasial (lokasi) dan temporal (waktu), tetapi juga hubungan fitur yang rumit antara ruas-ruas jalan dan pola kemacetan yang menyebar.1 Ada kebutuhan yang jelas untuk penelitian di masa depan yang berfokus pada teknik DL yang umum digunakan (seperti CNN dan LSTM) dan mengaplikasikannya pada data lalu lintas yang dikumpulkan di berbagai wilayah perkotaan lokal untuk menghasilkan pola data yang lebih luas.1 Hal ini sangat penting untuk meningkatkan akurasi PPL di kota-kota kecil.

Dilema Keamanan Siber Kota Cerdas

Pendorong utama keberhasilan ITS adalah data besar yang dikumpulkan melalui jaringan sensor dan pengaturan IoT yang terhubung. Namun, perluasan instalasi sensor ini secara inheren meningkatkan risiko keamanan siber.1

Sistem transportasi yang bergantung pada konektivitas real-time memiliki permukaan serangan siber yang besar. Jika jaringan ini diretas, potensi manipulasi kontrol lalu lintas (sinyal, rute, kecepatan) dapat mengubah solusi AI menjadi senjata destabilisasi. Konsekuensinya, keberhasilan ITS menciptakan kerentanan baru yang harus diatasi. Hal ini menimbulkan kebutuhan mendesak untuk mengembangkan kerangka kerja yang secara eksplisit mengatasi masalah keamanan siber ITS di kota pintar.1

Hambatan Kebijakan dan Regulasi

Tantangan terbesar yang dihadapi para peneliti di masa depan telah beralih dari masalah algoritmik murni menjadi masalah kebijakan dan regulasi data. Para peneliti menyoroti perlunya berkolaborasi dengan otoritas perkotaan lokal untuk mendapatkan volume data besar yang sangat penting.1

Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan AI dalam PPL kini bergantung pada izin dan regulasi. Regulasi untuk berbagi data lalu lintas dengan pemerintah kota adalah hambatan administrasi yang sama pentingnya dengan tantangan algoritmik. Kemajuan di masa depan membutuhkan kolaborasi data yang cerdas, mengatasi tantangan untuk mendapatkan akses terhadap data lokal yang komprehensif.

 

Dampak Nyata dan Penutup

Tinjauan ini menegaskan peran krusial Kecerdasan Buatan dalam memajukan prediksi arus lalu lintas, mengubahnya dari praktik statistik historis menjadi ilmu spasial dan temporal yang canggih. Model Deep Learning menawarkan akurasi yang lebih tinggi dengan kemampuan untuk menangani sifat nonlinier dari lalu lintas perkotaan modern.

Jika tantangan data—termasuk kurangnya data non-exhaustif, integrasi faktor eksternal, dan kendala komputasi—dapat diatasi, penerapan luas model Deep Learning yang disempurnakan ini dapat memberikan dampak nyata yang besar pada masyarakat. Mengingat ITS bertujuan untuk secara signifikan mengurangi bahaya dan tingkat kecelakaan, potensi prediksi yang akurat adalah menyelamatkan jiwa. Jika diterapkan secara luas, temuan ini bisa mengurangi biaya operasional kemacetan, meningkatkan efisiensi transportasi, dan yang terpenting, mengurangi risiko kecelakaan jalan hingga 25% dalam waktu lima tahun.1

Keberhasilan ITS tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan algoritma, tetapi oleh kemauan pemangku kepentingan untuk mendukung kolaborasi data yang cerdas.

 

Sumber Artikel:

Sayed, S. A., Abdel-Hamid, Y., & Hefny, H. A. (2023). Artificial intelligence-based traffic flow prediction: a comprehensive review. Journal of Electrical Systems and Information Technology, 10(1), 13.