Pemilahan sampah
Pemilahan sampah merupakan suatu proses di mana sampah dipisahkan menjadi beberapa jenis. Ini dapat dilakukan secara manual di rumah tangga, dikumpulkan melalui skema pengumpulan di tepi jalan, atau bahkan dipisahkan secara otomatis di fasilitas pemulihan bahan atau sistem pengolahan biologis mekanis. Metode manual adalah yang pertama kali digunakan dalam sejarah pengelolaan sampah. Sampah juga bisa dipilah di tempat fasilitas umum.
Dalam proses pemilahan sampah, sampah dibagi menjadi dua jenis utama: kering dan basah. Sampah kering mencakup bahan seperti kayu, logam, dan kaca, sementara sampah basah biasanya adalah sampah organik yang sering kali dihasilkan dari tempat makan dan memiliki berat yang lebih berat karena kelembapan. Meskipun setiap jenis sampah dimasukkan ke dalam kategori mereka saat pembuangan atau pengumpulan, pemisahan sebenarnya terjadi setelah itu. Hal ini penting untuk memastikan bahwa bahan yang dihasilkan berkualitas tinggi dan murni. Sebaliknya, jika proses pemisahan tidak dilakukan dengan baik, maka bahan yang dihasilkan akan cenderung tidak murni dan memiliki kualitas yang rendah.
Saat ini, teknologi pemilahan sampah otomatis semakin populer dan telah diterapkan di banyak negara, termasuk Australia. Ini menandakan bahwa kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang efisien semakin meningkat di berbagai belahan dunia.
Metode
Sampah dikumpulkan di sumbernya di setiap area dan kemudian dipisahkan sesuai dengan kategorinya. Cara pemilahan sampah harus sesuai dengan sistem pembuangan yang berlaku di tempat tersebut. Beberapa kategori umum dalam pemilahan sampah meliputi kertas, karton (termasuk kemasan untuk dikembalikan ke pemasok), kaca (baik yang bening maupun berwarna, kecuali bola lampu atau kaca jendela yang merupakan sisa limbah), plastik, tekstil, kayu, kulit, dan karet, besi tua, kompos, limbah khusus/berbahaya, serta limbah sisa.
Selain itu, sampah organik juga dapat dipilah untuk dibuang secara terpisah. Misalnya, sisa makanan yang pernah bersentuhan dengan daging bisa dikumpulkan secara terpisah untuk mencegah penyebaran bakteri. Daging dan tulang dapat diambil oleh badan yang bertanggung jawab atas kotoran hewan. Jika sisa makanan lainnya dikirim, seperti ke peternak setempat, maka makanan tersebut dapat disterilkan sebelum diberikan kepada hewan. Kulit, sisa buah, dan sayuran dapat dijadikan kompos bersama dengan bahan lain yang mudah terurai. Sampah lainnya juga dapat dimasukkan untuk pengomposan, seperti bunga potong, gabus, ampas kopi, buah busuk, kantong teh, kulit telur, kulit kacang, dan tisu.
Mekanisme penyortiran otomatis
Otomatisasi dalam proses pemilahan sampah kota menjadi fokus penelitian yang aktif. Beberapa mekanisme penting dalam penyortiran otomatis meliputi standarisasi produk, terutama kemasan, yang sering kali terdiri dari bahan yang berbeda, terutama bahan keras yang sulit atau bahkan tidak mungkin dipisahkan atau didaur ulang secara otomatis. Undang-undang terkait daur ulang, pengelolaan limbah, fasilitas pemulihan bahan domestik, komposisi produk, kemampuan terurai secara hayati, dan pencegahan impor/ekspor limbah tertentu juga menjadi faktor penting dalam mekanisme ini.
Sejak sekitar tahun 2017, beberapa negara seperti Tiongkok, Turki, Malaysia, Kamboja, dan Thailand telah menerapkan larangan impor terhadap limbah tertentu. Ada pandangan bahwa larangan ini dapat mendorong peningkatan otomatisasi dan daur ulang, yang pada gilirannya dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Beberapa teknologi yang digunakan dalam penyortiran otomatis antara lain penyortiran optik, penyortiran berbasis pencitraan spektral, sistem yang menggunakan pencitraan hiperspektral dan algoritma yang dikembangkan melalui pembelajaran mesin, spektroskopi inframerah dekat, penyortiran berbasis sinar-X, spektroskopi kerusakan yang diinduksi laser, dan penyortiran berbasis arus Eddy. Semua ini merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi dalam pemilahan sampah dan mengurangi dampak lingkungan negatif.
Berdasarkan Negara
Di berbagai negara di seluruh dunia, berbagai inisiatif telah diambil untuk meningkatkan pemilahan sampah dan pengelolaan limbah secara lebih efektif. Di Jerman, misalnya, terdapat peraturan yang mengamanatkan kuota wajib untuk pemilahan sampah kemasan dan bahan daur ulang seperti botol kaca.
Di Denpasar, Bali, Indonesia, sebuah proyek percontohan telah diluncurkan menggunakan mesin pengumpul otomatis untuk botol plastik atau kaleng aluminium, dengan hadiah voucher sebagai insentif, yang diterapkan di sebuah pasar.
Di India, pemerintah telah meresmikan Misi Swachh Bharat ("Misi India Bersih") pada tahun 2014, sebagai bagian dari upaya pembersihan nasional. Berbagai kota di India juga telah meluncurkan inisiatif individu untuk pengelolaan sampah yang lebih sistematis, baik melalui aktivisme warga maupun upaya pemerintah setempat untuk membangun sistem keberlanjutan.
Di Ukraina, masyarakat belajar untuk memilah sampah, dengan program pemilahan sampah di sekolah dan taman kanak-kanak di Khmelnitsky.
Di Amerika Serikat, Badan Perlindungan Lingkungan melaporkan bahwa infrastruktur untuk mendaur ulang sampah masih belum mencukupi untuk mengimbangi laju produksi sampah.
Di Australia, solusi inovatif seperti Smart Bins telah diperkenalkan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan pengelolaan sampah. Tempat sampah pintar yang ditenagai oleh kecerdasan buatan (AI) dipasang untuk memisahkan barang-barang daur ulang secara otomatis. Ahli juga menyatakan bahwa teknologi seperti ini dapat meningkatkan tingkat pemulihan sampah di negara tersebut dan berpotensi meningkatkan kualitas produk daur ulang serta memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Disadur dari: en.wikipedia.org