Masyarakat pemburu dan peramu (atau pemburu-peramu) adalah suatu masyarakat yang metode bertahan hidup utamanya ialah memburu atau meramu secara langsung binatang dan tumbuh-tumbuhan liar yang dapat dimakan, tanpa usaha-usaha yang nyata untuk membudidayakannya (domestikasi) terlebih dahulu. Umumnya masyarakat pemburu dan peramu memperoleh sebagian besar makanan dan keperluan lainnya dari hasil meramu dibandingkan dengan berburu. Sekitar 80% makanan yang diperoleh merupakan hasil meramu. Garis batas antara masyarakat pemburu-peramu dengan jenis masyarakat lainnya yang lebih mengandalkan makanannya pada kegiatan domestikasi (pertanian dan peternakan) kadang-kadang tidak terlalu jelas mengingat masih terdapat bentuk-bentuk masyarakat yang menggunakan gabungan kedua cara tersebut untuk mendapatkan bahan makanan yang diperlukan dalam usaha mereka untuk mempertahankan hidupnya.
Karakteristik umum
Struktur sosial
Masyarakat pemburu-peramu secara tradisional hidup dengan cara berpindah-pindah tempat, dan cenderung memiliki prinsip egaliter dari setiap anggota kelompoknya. Umumnya meraka hidup di suatu wilayah dengan tingkat kepadatan populasi yang rendah dalam kelompok-kelompok kecil atau yang disebut sebagai kawanan (band). Jumlah anggota yang cukup sedikit dalam setiap kelompok tersebut membantu mereka saling mengenal setiap orang dengan baik, tidak ada kepemimpinan politik formal ataupun spesialisasi ekonomi yang membatasi mereka. Anggota-anggota di setiap kawanan tidak memperlihatkan perbedaan besar dalam hal kepemilikan harta, tetapi mereka memiliki perbedaan secara individual dalam hal kemampuan dan kepribadian. Contoh masyarakat dalam bentuk kawanan ialah !Kung dari Gurun Kalahari Afrika, Indian Ache dan Sirionó di Amerika Selatan, penduduk Kepulauan Andaman di Teluk Benggala, kelompok Pigmi di hutan-hutan khatulistiwa Afrika, dan Indian Machiguengan dari Peru.
Kehidupan
Banyak dari para kelompok pemburu-peramu melakukan perdagangan berbagai jenis bahan mentah kepada masyarakat yang telah menetap di dekat wilayah mereka untuk mendapatkan bahan-bahan yang berbeda dan sebagai strategi untuk bertahan hidup. Para pemburu-peramu menawarkan, daging, madu, resin dan hasil hutan lainnya yang mereka buru dan kumpulkan kepada para petani di desa-desa dekat mereka untuk ditukar dengan bahan pangan yang dibudi daya oleh penduduk desa. Contoh-contoh interaksi ini diantaranya dilakukan oleh para pemburu bison di padang rumput dengan para petani Pueblo di Amerika Serikat Barat Daya, para pemburu Semang dan petani Melayu di Semenanjung Malaysia, Suku Pigmi di Afrika dengan petani Bantu, orang-orang Agta dan kelompok petani di Filipina.
Bagi sebagian kelompok kecil pemburu-peramu dalam mengatasi kekurangan makanan musiman salah satunya ialah dengan mengumpulkan makanan dalam jumlah besar. Metode ini dilakukan oleh beberapa kelompok pemburu-peramu seperti Suku Ainu di Jepang, Suku Indian di pesisir barat laut pasifik, Shoshoni di Great Basin, dan sejumlah masyarakat Arktika. Di masa musim paceklik tersebut, terkadang mereka berkumpul dengan anggota kelompok lain dan menjadikanya sebagai sarana untuk mengadakan pesta atau ritual tahunan, pernikahan, maupun peristiwa lain dalam kehidupan sosial berkelompok.
Beberapa masyarakat tradisional yang merupakan pemburu peramu maupun petani dengan skala kecil yang tersebar di seluruh dunia, diantaranya adalah:
- Papua dan pulau-pulau sekitarnya; Dani, fayu, Daribi, Enga, Fore, Tsembaga Maring, Hinihon, Kepulauan Mailu, Kepulauan Trobriand, dan Kaulong.
- Australia; Ngarinyin, Yolngu, Sandbeach, Yuwaaliyaay, Kunai, Pitjantjatjara, Wiil dan Minong.
- Eurasia; Agta, Ainu, Kepulauan Andaman, Kirghiz, Nganasan,
- Afrika; Hadza, !Kung, Nuer, Pigmi Afrika (Mbuti, Aka), Turkana.
- Amerika Utara; Calusa, Chumash daratan, Chumash pulau, Iñupiat, Inuit North Slope Alaska, Shoshone Great Basin, dan Indian Pantai Barat Laut.
- Amerika Selatan; Ache, Machiguenga, Piraha, Siriono, dan Yanomamo.
Penyakit
Berbagai kategori penyakit bagi masyarakat tradisional seperti kelompok pemburu peramu sangat bervariasi, bergantung pada gaya hidup, lokasi geografi, serta usia. Gaya hidup masyarakat tradisional yang jauh lebih mengutamakan ketangguhan fisik menjadikan masyarakat tradisional lebih rentan terhadap penyakit-penyakit degeneratif pada usia berapa pun. Penyakit-penyakit yang langka atau tidak pernah terjadi pada masyarakat tradisional adalah penyakit-penyakit yang saat ini sering menyerang masyarakat modern dan menyebabkan kematian seperti penyakit jantung koroner, aterosklerosis, strok, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kanker.
Penyakit-penyakit khas masyarakat tradisional seperti pada masyarakat pemburu-peramu biasanya adalah malaria, demam yang disebabkan oleh sengatan hewan artropoda, disentri dan penyakit-penyakit pada pencernaan, penyakit-penyakit yang menggangu pernafasan, serta infeksi kulit.
Selang penjelajahan yang dilakukan oleh para penjelajah barat ke wilayah pedalaman masyarakat tradisional, mulai menimbulkan penyakit baru yang menyerang masyarakat tradisional yaitu penyakit menular seperti; difteri, campak, flu, gondongan, batuk rejan, rubela atau campak jerman, herpes zoster (cacar api), dan tifoid. Penyakit-penyakit menular tersebut merupakan epidemi akut, banyak orang di satu wilayah jatuh sakit dalam waktu yang singkat dan dengan cepat pulih atau mati, kemudian penyakit tersebut menghilang di daerah tersebut selama setahun atau lebih.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org