Pemaparan Mengenai Tanaman Kelapa Sawit

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana

23 April 2024, 08.40

Sumber: id.wikipedia.org

Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tumbuhan yang termasuk dalam famili Elaeis dan famili Arecaceae. Tanaman ini digunakan di pertanian komersial untuk menghasilkan minyak sawit. Keluarga ini mencakup dua anggota. Kelapa sawit Elaeis guineensis merupakan spesies kelapa sawit yang paling banyak dibudidayakan di dunia, khususnya di Indonesia, dan merupakan sumber minyak kelapa sawit terpenting di dunia. Kelapa sawit Elaeis oleifera berasal dari daerah tropis Amerika Selatan dan Tengah dan digunakan secara lokal untuk produksi minyak.

Kelapa sawit merupakan tanaman industri yang digunakan sebagai bahan baku produksi minyak nabati, minyak industri dan bahan bakar. Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia. Di Indonesia mencapai wilayah Aceh, pantai timur Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Terdapat beberapa spesies tanaman kelapa sawit yaitu E. guineensis Jacq., E. oleifera dan E. odora. Kultivar atau jenis kelapa sawit diklasifikasikan berdasarkan dua cirinya, yaitu ketebalan endokarp dan warna buah.

Menurut ketebalan endokarpnya, tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi tiga varietas yaitu Dura, Pisifera dan Tenera, sedangkan menurut warna buahnya dibedakan menjadi tiga: Nigrescens, Virescens dan Albescens. Secara umum tanaman kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu akar, batang, daun, bunga dan buah. Bagian minyak sawit yang disuling menjadi minyak adalah buahnya.

Ciri ciri:

Tanaman dewasa dari Arecaceae bertangkai tunggal dan dapat tumbuh setinggi lebih dari 20 meter. Daunnya menyirip dan panjang 3–5 m (10–16 kaki). Bunga diproduksi dalam bentuk padat; setiap bunga berukuran kecil, dengan tiga sepal dan tiga kelopak. Buahnya berwarna kemerahan, seukuran buah plum besar, dan tumbuh dalam tandan besar. Setiap buah terdiri dari lapisan luar yang kaya minyak (pericarp) dengan satu biji (inti sawit) yang juga kaya akan minyak.

Kelapa sawit bentuknya seperti pohon. Tingginya bisa mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan ke samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar pernapasan yang tumbuh ke atas agar aerasi lebih banyak. Seperti spesies palem lainnya, daunnya berbulu. Daunnya berwarna hijau tua dan garis tengahnya sedikit lebih terang. Penampilannya agak mirip dengan tanaman asin, hanya saja durinya tidak begitu keras dan tajam. Batang tanaman ditutupi duri tengah hingga berumur 12 tahun. Setelah berumur 12 tahun, daun yang kering rontok dan terlihat seperti kelapa.

Bunga jantan dan betina terpisah, tetapi pada pohon yang sama (monoecious diclin) dan waktu masaknya berbeda, sehingga penyerbukan sendiri sangat jarang terjadi. Bunga jantan berbentuk runcing dan panjang, sedangkan bunga betina lebih besar dan berbunga-bunga. Tanaman kelapa sawit cangkang pisifera bersifat betina mandul sehingga jarang menghasilkan buah tandan dan digunakan sebagai induk jantan untuk produksi benih yang lebih baik.

Warna buah palem bervariasi, ada yang hitam, ungu, hingga merah, tergantung biji yang digunakan. Buah-buahan dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang muncul dari masing-masing media. Buahnya menghasilkan minyak. Kandungan minyak meningkat seiring dengan matangnya buah. Setelah matang, konsentrasi asam lemak bebas (FFA) meningkat dan buah turun dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan:

  • Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
  • Mesoskarp, serabut buah
  • Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS).

Budi daya

Karena minyak kelapa sawit mengandung lebih banyak lemak jenuh daripada minyak yang terbuat dari kanola, jagung, biji rami, kacang kedelai, safflower, dan bunga matahari, minyak kelapa sawit dapat tahan terhadap panas yang ekstrem dan tahan terhadap oksidasi. Ini tidak mengandung lemak trans, dan penggunaannya dalam makanan telah meningkat sebagai hukum pelabelan makanan dan telah mengubah dalam penentuan kandungan lemak trans. Minyak dari Elaeis guineensis juga digunakan sebagai biofuel.

Penggunaan minyak kelapa sawit telah dilakukan sekitar 5.000 tahun yang lalu di pesisir barat Afrika. Minyak kelapa sawit juga ditemukan pada akhir abad ke-19 oleh para arkeolog di sebuah makam di Abydos yang berasal dari 3000 SM. Diperkirakan pedagang Arab membawa kelapa sawit ke Mesir. Elaeis guineensis sekarang banyak dibudidayakan di negara-negara tropis di luar Afrika, khususnya Malaysia dan Indonesia yang bersama-sama menghasilkan minyak kelapa sawit dan menjadi pemasok besar dunia.

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua spesies: E. guineensis dan E. oleifera. Spesies pertama yang terluas dibudidayakan orang. Dari kedua spesies kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. Banyak orang sedang menyilangkan kedua spesies ini untuk mendapatkan spesies yang tinggi produksi dan mudah dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.

Penangkar sering kali melihat spesies kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari:

  • Dura;
  • Pisifera; dan
  • Tenera

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya, tandan buahnya berukuran besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.

  • Syarat hidup

Kelapa sawit biasa ditemukan di daerah semak belukar dengan berbagai jenis tipe tanah seperti podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Jenis tanah tersebut memengaruhi tingkat produksi kelapa sawit, di mana produktivitas kelapa sawit yang ditumbuhkan di tanah podzolik lebih tinggi dibandingkan ditumbuhkan di tanah berpasir dan gambut. Kelapa sawit kurang optimal jika ditumbuhkan di Pulau Jawa karena jenis tanahnya yang kurang sesuai dengan jenis tanah yang mendukung pertumbuhan kelapa sawit.

Temperatur optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24-28 °C dengan ketinggian 1-500 mdpl dan tingkat kelembapan 80-90%. Kecepatan angin yang optimal adalah 5–6 km/jam, di mana kecepatan angin akan membantu proses penyerbukan bunga kelapa sawit. Kelapa sawit membutuhkan curah hujan yang sangat tinggi yaitu sekitar 1500–4000 mm per tahun. Tingkat curah hujan memengaruhi jumlah pelepah yang dihasilkan oleh kelapa sawit. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Kebutuhan penyinaran kelapa sawit berada pada rentang normal yaitu 5-7 jam/hari, sehingga dalam perkebunan kelapa sawit jarak tanam dibuat dengan ukuran 9x9 meter agar setiap tumbuhan mendapatkan cukup cahaya.

Inovasi Dalam Produksi 

Biji kelapa sawit tidak berkecambah secara cepat karena adanya sifat dormansi. Batang kelapa sawit memiliki kecepatan tumbuh sekitar 35–75 cm per tahunnya. Untuk meningkatkan kecepatan produksi, maka dilakukan beberapa inovasi. Metode pertama yang dilakukan adalah pengecambahan biji kelapa sawit. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan dormansi benih dan meningkatkan persentasi daya kecambah. Metode kedua adalah pemupukan. Pupuk yang dapat ditambahkan dapat berupa pupuk organik maupun anorganik. Pupuk organik dimanfaatkan dalam memperbaiki struktur tanah dan memberikan pasokan zat hara bagi tanaman. Pupuk anorganik yang biasa ditambahkan adalah pupuk NPK. Efektivitas pemupukan akan tinggi jika pupuk diberikan dalam dosis yang rendah secara kontinu.

Metode ketiga adalah pengendalian gulma. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual, kimiawi, dan biologis. Secara manual dapat dilakukan melalui penyiangan piringan kelapa sawit dengan memotong rerumputan. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan pemberian herbisida dengan memperhatikan beberapa faktor yaitu mekanisme kerja herbisida, cara pemberian dan sifat gulma. Herbisida memiliki berbagai macam mekanisme kerja seperti mempengaruhi respirasi dan fotosintesis gulma, serta menghambat perkecambahan gulma, menghambat sintesis asam amino dan metabolisme lipid. Metode keempat adalah pengendalian hama. Hama yang umum menyerang kelapa sawit antara lain ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, kumbang bahkan babi hutan. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan pemberian insektisida atau menggunakan predator alaminya.

Pengembangan

Metabolomik merupakan strategi penting dalam meningkatkan kualitas minyak kelapa sawit. Melalui analisis metabolit dengan UHPLC-MS, kita dapat memahami komposisi minyak dan menentukan varian kualitas terbaik. Salah satu tantangan serius dalam budidaya kelapa sawit adalah penyakit BSR yang disebabkan oleh Ganoderma boninense. Penyakit ini merusak pertumbuhan dan hasil panen, sehingga diperlukan strategi pengendalian yang efektif. Salah satunya adalah dengan pendekatan metabolomik untuk mengidentifikasi biomarker resistensi terhadap G. boninense.

Pendekatan ini telah berhasil mengidentifikasi tujuh metabolit yang berkontribusi terhadap kerentanan kelapa sawit terhadap G. boninense. Hasil ini membantu kita memahami mekanisme pertahanan kelapa sawit dan dapat digunakan dalam pemilihan bibit unggul dan tahan BSR.

Selain itu, peningkatan kualitas dan keberlanjutan kelapa sawit juga dapat dicapai melalui pendekatan proteomik dan metabolomik, atau PROMET. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi sifat-sifat yang penting secara ekonomi dalam budidaya tanaman, seperti kandungan asam lemak yang tinggi dan hasil kelapa sawit yang tinggi. Dengan demikian, melalui penelitian dan inovasi ini, kita dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan kelapa sawit dalam jangka panjang.

 

Sumber: id.wikipedia.org