Air bersih merupakan kebutuhan primer yang sangat vital bagi kehidupan manusia, tidak hanya untuk konsumsi langsung seperti minum dan memasak, tetapi juga untuk aktivitas sehari-hari seperti mandi, mencuci, serta untuk kebutuhan pertanian dan industri. Di daerah semi-arid seperti Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), penyediaan air bersih menjadi tantangan besar karena curah hujan yang rendah dan evaporasi yang tinggi. Kelurahan Bakunase II, sebagai bagian dari Kota Kupang, menghadapi masalah ketersediaan air bersih yang semakin meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan aktivitas pembangunan. Paper oleh Lomi, Messakh, dan Tamelan (2021) ini mengkaji potensi sumber mata air Oelnaisanam sebagai solusi penyediaan air bersih bagi masyarakat setempat, termasuk pola konsumsi, proyeksi kebutuhan, dan strategi pemenuhannya12.
Potensi dan Pemanfaatan Mata Air Oelnaisanam
Mata air Oelnaisanam merupakan salah satu sumber air tanah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kelurahan Bakunase II untuk memenuhi kebutuhan domestik dan pertanian. Berdasarkan pengamatan lapangan selama dua hari, kapasitas pemanfaatan air dari mata air ini untuk pengambilan air tangki mencapai 1.195.000 liter (1195 m³) dengan rata-rata pengambilan 6,92 liter/detik. Pengambilan langsung oleh masyarakat dengan ember dan jerigen berkapasitas kecil mencapai 785 liter selama dua hari, dengan laju pengambilan rata-rata 0,0045 liter/detik. Selain itu, untuk kebutuhan pertanian, air dipompa dengan kapasitas motor air 450 liter/menit selama 7 jam per hari, menghasilkan konsumsi sekitar 4 liter/detik atau total 378 m³ selama dua hari pengamatan1.
Data ini menunjukkan bahwa mata air Oelnaisanam masih mampu memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat dan pertanian di sekitar wilayah tersebut, dengan total pengambilan air bersih gabungan mencapai 1.574 m³ selama dua hari pengamatan, atau sekitar 18,22 liter/detik secara rata-rata1.
Pola Konsumsi Air Bersih Masyarakat Kelurahan Bakunase II
Hasil survei terhadap 30 responden menunjukkan pola konsumsi air bersih rata-rata per orang per hari sebesar 75 liter, yang masih jauh di bawah standar kebutuhan air bersih untuk kota besar yaitu 150-175 liter/orang/hari. Rincian konsumsi harian meliputi:
- Minum: 5 liter
- Memasak: 6 liter
- Mencuci: 13 liter
- Mandi: 25 liter
- Kebutuhan lain-lain: 25 liter
Pola ini mencerminkan keterbatasan akses dan ketersediaan air bersih yang memaksa masyarakat untuk menghemat penggunaan air, serta masih adanya ketergantungan pada pembelian air tangki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari1.
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih 2020-2030
Pertumbuhan penduduk Kelurahan Bakunase II yang cukup signifikan mempengaruhi kebutuhan air bersih. Berdasarkan metode Least Square, jumlah penduduk diproyeksikan meningkat dari 5.898 jiwa pada tahun 2020 menjadi 6.770 jiwa pada tahun 2030. Dengan asumsi kebutuhan air bersih per kapita meningkat dan pelayanan air bersih mencapai 100%, kebutuhan air bersih domestik diperkirakan naik dari 3,74 liter/detik pada 2020 menjadi 4,84 liter/detik pada 20301.
Proyeksi ini menegaskan perlunya strategi pengelolaan air yang efektif untuk menjamin ketersediaan air bersih yang cukup bagi masyarakat, terutama mengingat kondisi iklim semi-arid yang membatasi sumber air alami.
Strategi Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih
Penelitian ini merekomendasikan beberapa strategi penting untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kelurahan Bakunase II selama dekade mendatang, antara lain:
- Pemanfaatan Sumber Mata Air Lain: Mengoptimalkan potensi mata air lain di wilayah tersebut untuk menambah pasokan air bersih.
- Pelestarian dan Pengelolaan Mata Air Oelnaisanam: Melakukan perawatan rutin, pembersihan, dan reboisasi di sekitar mata air guna menjaga kualitas dan kuantitas air.
- Pengendalian Pemanfaatan untuk Pertanian: Mengatur waktu dan volume pemakaian air untuk pertanian agar tidak mengganggu pasokan air domestik.
- Pembangunan Infrastruktur Distribusi: Menyediakan jaringan perpipaan yang dapat mendistribusikan air bersih langsung ke rumah-rumah warga, mengurangi ketergantungan pada pembelian air tangki.
- Pengembangan Sistem Pemanenan Air Hujan: Membangun waduk atau embung sebagai penampungan air hujan untuk menambah cadangan air selama musim kemarau.
- Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam menjaga dan memelihara sumber mata air serta menghemat penggunaan air1.
Studi Kasus: Pengambilan Air Tangki dan Dampaknya
Pengambilan air tangki dari mata air Oelnaisanam menjadi solusi sementara bagi masyarakat yang jarak rumahnya cukup jauh dari sumber mata air atau yang tidak memiliki akses jaringan perpipaan. Selama dua hari pengamatan, terdapat 10 tangki air berkapasitas 5.000 liter yang melakukan pengambilan sebanyak minimal 10 kali per tangki, menghasilkan total pengambilan sekitar 615.000 liter per hari atau rata-rata 6,92 liter/detik1.
Namun, ketergantungan pada air tangki ini menimbulkan biaya tambahan bagi masyarakat dan tidak menjamin kontinuitas pasokan air bersih. Oleh karena itu, pembangunan jaringan perpipaan menjadi solusi jangka panjang yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Analisis dan Perbandingan dengan Studi Lain
Penelitian ini menonjolkan pentingnya pemanfaatan sumber mata air lokal sebagai solusi penyediaan air bersih di daerah semi-arid yang memiliki keterbatasan sumber air permukaan. Hal ini sejalan dengan studi lain yang menekankan pendekatan berbasis sumber daya lokal dan konservasi air sebagai strategi adaptasi terhadap perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk3.
Namun, dibandingkan dengan penelitian yang mengusulkan teknologi desalinasi atau pengolahan air limbah, pendekatan ini lebih sederhana dan ekonomis, sangat cocok untuk daerah dengan keterbatasan dana dan infrastruktur seperti Kelurahan Bakunase II. Kelemahan utama adalah ketergantungan pada kondisi alam yang dapat berubah dan perlunya pengelolaan yang baik agar sumber mata air tidak cepat habis atau tercemar.
Kesimpulan
Paper ini memberikan gambaran komprehensif mengenai potensi dan pemanfaatan mata air Oelnaisanam sebagai sumber air bersih utama bagi masyarakat Kelurahan Bakunase II, Kota Kupang. Dengan pola konsumsi saat ini yang masih di bawah standar, dan proyeksi kebutuhan yang meningkat, diperlukan strategi terpadu yang meliputi pemanfaatan sumber air alternatif, konservasi sumber mata air, pembangunan infrastruktur distribusi, serta peningkatan kesadaran masyarakat.
Pemanfaatan mata air Oelnaisanam saat ini mampu memenuhi kebutuhan air bersih domestik dan pertanian dengan kapasitas rata-rata 18,22 liter/detik. Namun, untuk menjamin ketersediaan air bersih yang berkelanjutan dan merata, pembangunan jaringan perpipaan dan sistem pemanenan air hujan menjadi langkah strategis yang perlu segera direalisasikan.
Rekomendasi untuk Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini merekomendasikan perlunya studi lanjutan yang lebih mendalam, terutama dalam hal perhitungan debit air secara akurat dan desain jaringan perpipaan yang efektif untuk distribusi air bersih ke seluruh masyarakat. Selain itu, kajian tentang dampak sosial ekonomi dan lingkungan dari pemanfaatan mata air juga penting untuk memastikan keberlanjutan sumber daya air di wilayah ini1.
Sumber Artikel:
Richard Albertho Lomi, Jakobis J. Messakh, dan Paul G. Tamelan, "Pemanfaatan Air Bersih untuk Kebutuhan Rumah Tangga dari Mata Air Oelnaisanam di Kelurahan Bakunase II, Kota Kupang," Jurnal Batakarang, Vol. 2, No. 1, Edisi Juni 2021, ISSN 2747-0512.