Pemahaman Kuantitatif tentang Kondisi dan Faktor Penentu Ketahanan Air-Energi-Pangan di Afrika

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

18 Juni 2025, 05.34

pixabay.com

WEF Nexus, SDGs, dan Tantangan Afrika

Ketahanan air, energi, dan pangan (WEF security) adalah fondasi utama pembangunan berkelanjutan, khususnya di Afrika yang menghadapi pertumbuhan penduduk pesat, perubahan iklim, dan tantangan tata kelola sumber daya. Paper karya Nkiaka et al. (2023) menawarkan analisis kuantitatif komprehensif tentang status, disparitas, dan penentu utama WEF security di seluruh Afrika, dengan membangun indeks komposit dan menguji determinan sosioekonomi secara sistematis. Resensi ini akan membedah temuan utama, menyoroti studi kasus, angka-angka penting, serta memberikan analisis kritis dan relevansi dengan tren global dan industri.

Paradigma WEF Nexus: Mengapa Penting untuk Afrika?

WEF Nexus dan SDGs

Pendekatan WEF nexus menyoroti keterkaitan erat antara air, energi, dan pangan—tiga sektor yang saling mempengaruhi dan menjadi pilar utama SDGs (khususnya SDG 2, 6, dan 7). Di Afrika, satu dari empat orang masih mengalami kekurangan gizi, ratusan juta belum memiliki akses listrik dan air minum layak, sementara tekanan terhadap sumber daya terus meningkat akibat pertumbuhan populasi dan urbanisasi1.

Kesenjangan Pengetahuan dan Implementasi

Penelitian WEF nexus telah berkembang pesat, namun implementasinya di Afrika masih terbatas. Banyak rekomendasi riset belum diterjemahkan menjadi kebijakan konkret, diperparah oleh disparitas spasial, institusional, dan kurangnya data lintas negara. Studi ini mengisi gap dengan analisis kuantitatif lintas sub-wilayah, mengidentifikasi disparitas, dan menawarkan pelajaran untuk strategi terkoordinasi1.

Metodologi: Indeks Komposit dan Analisis Determinan

Pemetaan Sub-Regional dan Data Kunci

Afrika dibagi ke dalam lima blok ekonomi: CEMAC (Afrika Tengah), EAC (Afrika Timur), ECOWAS (Afrika Barat), SADC (Afrika Selatan), dan Afrika Utara. Masing-masing blok memiliki karakteristik ekonomi, demografi, dan sumber daya yang berbeda signifikan—misal, ECOWAS paling padat penduduk, namun GDP per kapita terendah, sementara Afrika Utara unggul dalam GDP per kapita1.

Indeks WEFSI: Menyatukan Tiga Pilar

Penulis membangun Water-Energy-Food Security Index (WEFSI) berbasis 11 indikator utama, meliputi:

  • Air: Ketersediaan air per kapita, akses air minum, sanitasi, dan implementasi IWRM (Integrated Water Resources Management).
  • Energi: Akses listrik, akses bahan bakar bersih, proporsi energi terbarukan, dan efisiensi energi.
  • Pangan: Ketersediaan lahan, kecukupan pangan, dan hasil panen sereal.

Masing-masing indikator dinormalisasi dan diberi bobot proporsional sesuai relevansi terhadap ketahanan sektor terkait1.

Analisis Determinan Sosioekonomi

Tujuh variabel sosioekonomi diuji sebagai penentu WEFSI: GDP per kapita, efektivitas pemerintahan (GEI), urbanisasi, investasi infrastruktur, FDI, ODA (bantuan pembangunan resmi), dan HDI. Analisis regresi dan korelasi digunakan untuk mengidentifikasi hubungan signifikan antara variabel-variabel ini dengan skor WEFSI dan sub-indikatornya1.

Studi Kasus dan Angka-Angka Kunci: Potret Ketahanan WEF Afrika

1. Ketersediaan Sumber Daya: Melimpah tapi Tidak Merata

  • Air: Total sumber daya air terbarukan Afrika mencapai 5.000 km³/tahun, namun distribusinya sangat timpang. CEMAC (Afrika Tengah) paling kaya air, EAC dan Afrika Utara paling miskin air. Ironisnya, CEMAC justru memiliki tingkat pengambilan air terendah, sedangkan Afrika Utara tertinggi, didominasi konsumsi pertanian1.
  • Energi: Potensi energi terbarukan Afrika sangat besar (>1,5 juta TWh/tahun), dengan EAC dan SADC unggul pada solar dan angin, sementara CEMAC dan SADC kaya potensi hidro. Namun, pembangkitan listrik masih didominasi bahan bakar fosil, terutama di Afrika Utara dan SADC1.
  • Pangan: Potensi irigasi relatif merata, namun implementasi sangat timpang. Afrika Utara dan SADC paling maju dalam irigasi, sementara negara-negara lain masih tertinggal. Negara seperti Guinea, Mali, Niger, dan Nigeria unggul dalam ketersediaan lahan arable di ECOWAS1.

2. Skor WEFSI: Siapa Tertinggal, Siapa Melaju?

  • WEFSI Tinggi (>0,61): Hanya 8 negara (15%) yang masuk kategori ini, termasuk Gabon, Ethiopia, Maroko, Afrika Selatan, dan Mauritius.
  • WEFSI Sedang (0,41–0,60): 31 negara (57%), termasuk Ghana, Mesir, Zambia, dan Mozambik.
  • WEFSI Rendah (<0,40): 15 negara (28%), seperti Eritrea (0,20), Somalia (0,26), Chad (0,30), dan Guinea Bissau (0,29)1.

Contoh Spesifik:

  • Gabon: Skor air tertinggi (0,81), didukung ketersediaan air melimpah dan akses sanitasi baik.
  • Eritrea: Skor WEFSI terendah (0,20), mencerminkan krisis multidimensi air, energi, dan pangan.
  • Afrika Utara: Meski sumber daya air terbatas, skor WEFSI relatif tinggi karena investasi infrastruktur dan akses air/energi yang baik.
  • CEMAC: Kaya air, tapi skor WEFSI tidak selalu tinggi karena akses air dan sanitasi masih terbatas di banyak negara1.

3. Radar Sub-Regional: Siapa Unggul di Sektor Apa?

  • Afrika Utara & SADC: Progres di semua sektor WEF, berkat investasi besar dan tata kelola relatif baik.
  • CEMAC & EAC: Stagnan di sektor pangan, meski kaya air dan energi.
  • ECOWAS: Stagnan di sektor energi, meski lahan dan air relatif tersedia1.

Determinasi Sosioekonomi: Siapa Penentu Utama Ketahanan WEF?

GDP per Kapita: Faktor Penentu Terkuat

  • Korelasi terkuat antara GDP per kapita dan semua indikator WEFSI. Negara dengan GDP tinggi mampu berinvestasi pada infrastruktur air, energi, dan pangan, sehingga skor WEFSI lebih baik1.
  • Contoh: Seychelles, meski hampir tidak punya lahan arable, mampu menjamin ketahanan air dan energi lewat impor dan desalinasi, berkat GDP tinggi dan FDI besar.

Efektivitas Pemerintahan (GEI): Kunci Tata Kelola

  • Negara dengan GEI tinggi menunjukkan skor WEFSI lebih baik, menandakan pentingnya kapasitas institusi, kebijakan, dan tata kelola dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada.
  • Contoh: Negara-negara Afrika Utara dan SADC mampu meningkatkan akses air dan energi meski sumber daya terbatas, berkat tata kelola yang lebih efektif1.

ODA dan FDI: Penopang Investasi Infrastruktur

  • ODA (bantuan pembangunan) dan FDI (investasi asing) berkontribusi signifikan terhadap peningkatan WEFSI, khususnya di negara dengan kapasitas fiskal terbatas.
  • Contoh: Seychelles dan beberapa negara kecil sangat bergantung pada FDI dan ODA untuk membiayai infrastruktur air dan energi1.

Urbanisasi dan Infrastruktur: Pengaruh Terbatas

  • Urbanisasi menunjukkan korelasi lemah dengan WEFSI, menandakan bahwa urbanisasi tanpa investasi dan tata kelola baik tidak otomatis meningkatkan ketahanan WEF.
  • Infrastruktur juga penting, namun sering kali tumpang tindih dengan variabel lain seperti GDP dan GEI1.

Diskusi Kritis: Tantangan, Peluang, dan Pelajaran untuk Masa Depan

1. Sumber Daya Melimpah, Ketahanan Tidak Otomatis

Afrika secara agregat kaya sumber daya air, energi terbarukan, dan lahan arable. Namun, melimpahnya sumber daya tidak otomatis menjamin ketahanan WEF. Negara dengan sumber daya melimpah tapi GDP dan tata kelola lemah tetap tertinggal dalam WEFSI—menegaskan pentingnya kapasitas ekonomi dan institusi1.

2. Ketimpangan Sub-Regional dan Negara

Disparitas antar sub-wilayah dan negara sangat tajam. Negara di Afrika Utara dan SADC mampu mengatasi keterbatasan sumber daya lewat investasi dan tata kelola, sementara negara di CEMAC dan EAC masih stagnan, terutama di sektor pangan1.

3. Keterbatasan Indeks Komposit

Indeks WEFSI memberi gambaran umum, namun bisa menyembunyikan ketimpangan sektoral di dalam negara. Misal, skor air tinggi belum tentu diikuti akses energi atau pangan yang memadai. Penulis menyarankan perlunya analisis sektoral lebih dalam dan monitoring dinamis untuk kebijakan yang lebih presisi1.

4. Keterbatasan Data dan Variabel

Studi ini mengakui keterbatasan data (hanya snapshot saat ini, tidak mempertimbangkan dinamika masa depan) dan variabel (masih ada faktor lain yang belum teruji, seperti konflik, perubahan iklim, atau faktor budaya)1.

Perbandingan dengan Studi Lain dan Tren Global

1. Studi Global: WEFSI dan SDGs

Temuan studi ini sejalan dengan riset global yang menegaskan pentingnya GDP, tata kelola, dan investasi sebagai penentu utama pencapaian SDGs, khususnya SDG 2, 6, dan 7. Studi di Asia dan Amerika Latin juga menunjukkan pola serupa: sumber daya melimpah tidak cukup tanpa kapasitas institusi dan ekonomi yang memadai1.

2. Industri dan Kebijakan: Implikasi Praktis

  • Sektor Energi: Potensi energi terbarukan Afrika sangat besar, namun realisasi butuh investasi, transfer teknologi, dan tata kelola lintas negara (misal, sub-regional power pools).
  • Sektor Air: Pengelolaan lintas batas (transboundary water management) dan investasi infrastruktur menjadi kunci, terutama di negara dengan sumber daya terbatas.
  • Sektor Pangan: Diversifikasi produksi, peningkatan irigasi, dan akses pasar menjadi prioritas di negara dengan skor FSI rendah.

3. Digitalisasi dan Inovasi

Tren digitalisasi (IoT, big data, AI) dapat meningkatkan monitoring, transparansi, dan efisiensi pengelolaan WEF. Namun, adopsi teknologi masih terkendala kapasitas fiskal dan SDM di banyak negara Afrika1.

Rekomendasi Strategis: Jalan Menuju Ketahanan WEF Afrika

  1. Prioritaskan Reformasi Tata Kelola dan Kapasitas Institusi
    • Perkuat efektivitas pemerintahan, transparansi, dan akuntabilitas.
    • Bangun sistem monitoring dan evaluasi berbasis data digital.
  2. Dorong Investasi Infrastruktur dan Diversifikasi Sumber Daya
    • Optimalkan pemanfaatan ODA dan FDI untuk infrastruktur air, energi, dan pangan.
    • Kembangkan strategi energi terbarukan lintas negara dan irigasi cerdas.
  3. Kurangi Ketimpangan Sub-Regional dan Negara
    • Fasilitasi transfer pengetahuan dan teknologi antar negara dan sub-wilayah.
    • Bangun kerjasama regional untuk pengelolaan sumber daya lintas batas.
  4. Integrasikan Kebijakan WEF dengan Agenda SDGs dan Adaptasi Iklim
    • Sinkronkan kebijakan nasional dengan target SDGs dan strategi adaptasi perubahan iklim.
    • Libatkan multipihak (pemerintah, swasta, komunitas) dalam perumusan dan implementasi kebijakan.
  5. Fokus pada Inklusivitas dan Kelompok Rentan
    • Pastikan investasi dan kebijakan WEF menjangkau kelompok miskin, perempuan, dan komunitas adat.
    • Kembangkan program pelatihan dan pemberdayaan untuk meningkatkan kapasitas lokal.

Menuju Ketahanan WEF yang Adil dan Berkelanjutan

Studi Nkiaka et al. (2023) menegaskan bahwa ketahanan air, energi, dan pangan di Afrika bukan sekadar soal sumber daya, melainkan soal kapasitas ekonomi, tata kelola, dan investasi. Disparitas antar negara dan sub-wilayah sangat tajam, menuntut reformasi kebijakan, investasi strategis, dan kolaborasi lintas sektor. Masa depan ketahanan WEF Afrika sangat bergantung pada kemampuan negara-negara untuk membangun institusi yang kuat, memperkuat ekonomi, dan mengoptimalkan sumber daya yang ada demi pencapaian SDGs dan kesejahteraan rakyat.

Sumber artikel :
Nkiaka, E., Bryant, R.G., Manda, S., & Okumah, M. (2023). A quantitative understanding of the state and determinants of water-energy-food security in Africa. Environmental Science & Policy, 140, 250-260.