Pendahuluan: Bali, Pertumbuhan Ekonomi dan Paradoks Kesenjangan
Provinsi Bali kerap diasosiasikan dengan pertumbuhan ekonomi yang impresif, terutama berkat sektor pariwisata. Namun, di balik pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang pesat dan meningkatnya investasi, terdapat fakta yang mencemaskan: ketimpangan distribusi pendapatan tetap tinggi.
Penelitian skripsi karya Alfiatus Sholihah ini berjudul "Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita dan Investasi terhadap Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Bali Tahun 2010–2014". Studi ini menggali hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan, dengan pendekatan kuantitatif berbasis regresi linier berganda.
Latar Belakang: Kesenjangan dalam Bayang-Bayang Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi Bali selama dekade terakhir banyak disokong oleh geliat pariwisata, perdagangan, dan infrastruktur. Hal ini tercermin dari PDRB per kapita yang terus naik setiap tahun. Begitu pula dengan arus investasi, baik dari dalam maupun luar negeri, yang membanjiri sektor properti, perhotelan, dan UMKM.
Namun, ketika diukur menggunakan indeks Gini, yang menggambarkan ketimpangan pendapatan antarindividu atau wilayah, hasilnya tidak seindah grafik PDRB. Terdapat ketimpangan mencolok antara kawasan pariwisata seperti Badung dan Denpasar, dengan daerah seperti Bangli atau Karangasem.
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Masalah Utama:
-
Apakah PDRB per kapita berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di Bali?
-
Bagaimana pengaruh investasi terhadap distribusi pendapatan?
Tujuan:
-
Menganalisis pengaruh kuantitatif antara PDRB dan investasi terhadap ketimpangan
-
Memberi masukan kebijakan berdasarkan hasil empiris
Metodologi: Analisis Data Panel
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. Rentang waktu adalah tahun 2010–2014, dengan unit observasi seluruh kabupaten/kota di Bali (9 daerah).
Teknik Analisis:
-
Regresi linier berganda
-
Uji asumsi klasik (normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas)
-
Uji t (parsial) dan uji F (simultan)
-
Uji koefisien determinasi (R²)
Variabel:
-
Y (Ketimpangan Pendapatan): Indeks Gini
-
X1: PDRB per kapita (Rp)
-
X2: Investasi (Rp)
Hasil dan Temuan Penelitian
Hasil Uji Regresi:
-
Persamaan regresi: Y = 0,491 + 6,342E-8 X1 + 3,242E-8 X2
-
Nilai R² = 0,798 → Artinya 79,8% variasi ketimpangan pendapatan dijelaskan oleh PDRB per kapita dan investasi.
Uji t (Parsial):
-
PDRB per kapita (X1) memiliki t hitung > t tabel → berpengaruh positif signifikan terhadap ketimpangan.
-
Investasi (X2) juga berpengaruh signifikan secara positif.
Uji F (Simultan):
-
F hitung = 17,778 > F tabel → Kedua variabel berpengaruh bersama terhadap ketimpangan.
Interpretasi:
-
PDRB yang meningkat tidak menjamin pemerataan pendapatan. Ini bisa terjadi karena pertumbuhan ekonomi terpusat di wilayah tertentu (Denpasar–Badung), tidak merata ke daerah lain.
-
Investasi pun cenderung terkonsentrasi, terutama pada infrastruktur wisata, properti, dan bisnis berbasis jasa.
Studi Kasus Lapangan: Ketimpangan Bali Utara vs Selatan
Bali bagian selatan (Denpasar, Badung) menjadi magnet utama pertumbuhan dan investasi. Sementara itu, Bali bagian utara dan timur—seperti Buleleng, Karangasem, dan Bangli—relatif tertinggal.
Contoh Data:
-
Tahun 2014, kontribusi PDRB Badung mencapai lebih dari 40% terhadap PDRB Provinsi Bali.
-
Namun, angka kemiskinan dan pengangguran tertinggi justru ditemukan di kabupaten seperti Bangli dan Karangasem.
Konklusi parsial: pertumbuhan ekonomi tidak menyentuh semua wilayah secara proporsional.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Penelitian ini sejalan dengan studi Nasution (2011) yang menyebutkan bahwa di banyak negara berkembang, pertumbuhan PDRB seringkali disertai ketimpangan yang meningkat. Fenomena ini dikenal sebagai "paradoks pertumbuhan".
Namun, hasil ini berbeda dari temuan Wahyuni (2012) di Jawa Tengah, di mana investasi justru memiliki pengaruh negatif terhadap ketimpangan—menunjukkan bahwa efektivitas investasi sangat bergantung pada sektor dan wilayah tujuan.
Kritik dan Evaluasi Penelitian
Kelebihan:
-
Data panel yang kuat dan komprehensif
-
Pendekatan kuantitatif yang presisi
-
Memberi gambaran nyata kondisi sosial ekonomi Bali
Kekurangan:
-
Tidak memperhitungkan variabel kontrol seperti pendidikan, urbanisasi, atau migrasi
-
Periode data terbatas hanya 5 tahun
Implikasi Kebijakan
-
Distribusi Investasi Lebih Merata: Pemerintah provinsi harus mendorong investor menanamkan modal di luar kawasan pariwisata utama.
-
Diversifikasi Ekonomi Daerah: Daerah seperti Bangli dan Karangasem perlu dorongan di sektor pertanian modern, UMKM, dan pariwisata berbasis komunitas.
-
Intervensi Fiskal Terarah: Alokasi Dana Desa dan Dana Transfer Daerah bisa diprioritaskan untuk wilayah dengan indeks Gini tinggi.
-
Pembangunan Infrastruktur Terpadu: Akses jalan, internet, dan transportasi ke wilayah tertinggal penting untuk memancing aktivitas ekonomi.
Kesimpulan: Pertumbuhan Tak Cukup, Pemerataan Itu Kunci
Penelitian ini mengungkapkan bahwa PDRB per kapita dan investasi memang mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak otomatis menyelesaikan masalah ketimpangan pendapatan. Dalam konteks Bali, kebijakan yang hanya berfokus pada pertumbuhan makro tanpa memperhatikan aspek distribusi akan memperparah ketimpangan regional.
Oleh karena itu, pemerintah daerah, akademisi, dan investor harus mulai memikirkan ulang strategi pembangunan dengan pendekatan inklusif dan merata.
Sumber
Alfiatus Sholihah. (2016). Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita dan Investasi terhadap Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Bali Tahun 2010–2014. Skripsi Sarjana Ekonomi Pembangunan, Universitas Jember. (Tersedia di repositori kampus Universitas Jember).