Optimalisasi Alokasi Air di DAS Cicatih: Strategi Linier Hadapi Krisis Air 2025

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda

16 Mei 2025, 10.14

pixabay.com

Latar Belakang Krisis Air di DAS Cicatih

Air adalah sumber daya yang makin langka dan kompetitif penggunaannya. Di Indonesia, ancaman krisis air diprediksi terjadi pada tahun 2025, sebagaimana diungkapkan oleh WWF II dan diperkuat oleh banyak studi nasional. Salah satu penyebab utama krisis ini adalah pengelolaan sumber daya air yang belum efisien dan tidak proporsional antar sektor.

Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cicatih, yang berada di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menjadi contoh nyata kompleksitas tantangan pengelolaan air. Sub DAS Cicatih Hulu misalnya, melayani kebutuhan 18 industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), lahan pertanian yang luas, serta penduduk yang terus bertambah. Persaingan antar sektor, khususnya antara industri, pertanian, dan rumah tangga, menjadi semakin tajam karena perubahan iklim dan konversi lahan pertanian ke non-pertanian.

Metodologi Linear Programming dalam Alokasi Air

Penelitian yang dilakukan oleh Waspodo et al. (2019) mengusulkan pendekatan pemrograman linier (linear programming/LP) untuk mengatasi tantangan ini. Metode LP digunakan untuk mengalokasikan sumber daya air yang terbatas agar kebutuhan sektor domestik, industri kecil, dan pertanian dapat dipenuhi secara optimal.

Tahap pertama melibatkan pengumpulan data: mulai dari debit sungai, debit mata air, curah hujan, data demografi, hingga harga dasar air untuk masing-masing sektor. Selanjutnya, proyeksi kebutuhan air dilakukan menggunakan model eksponensial untuk populasi, dan regresi linier untuk industri serta luas sawah beririgasi.

Dengan bantuan perangkat lunak Lingo 8.0, dibuatlah model fungsi tujuan dan fungsi kendala yang mempertimbangkan variabel harga air (Rp/liter), jumlah pengguna air, serta total debit dari sumber air permukaan dan mata air. Fungsi tujuannya adalah memaksimalkan profit dari distribusi air, sementara fungsi pembatasnya adalah keterbatasan debit.

Temuan Kunci dan Implikasi

Hasil proyeksi menunjukkan bahwa:

  • Kebutuhan air domestik tahun 2025 diperkirakan mencapai 274.717 m3/detik untuk melayani 1.083.817 jiwa.
  • Kebutuhan air industri kecil (sebanyak 123 unit) akan mencapai 259,39 m3/detik.
  • Kebutuhan air pertanian untuk mengairi lahan 13.037 ha diprediksi membutuhkan 452,33 m3/detik.

Adapun ketersediaan air:

  • Mata air: 5.624 liter/detik (diasumsikan konstan sepanjang tahun).
  • Air permukaan: berfluktuasi tergantung musim, namun cukup melimpah menurut simulasi.

Strategi Alokasi Air:

  • Domestik: diprioritaskan dari mata air, karena kualitasnya lebih baik dan kontinuitasnya terjaga.
  • Industri kecil: dipasok dari air permukaan karena mampu menanggung biaya lebih tinggi.
  • Pertanian: bisa menggunakan kombinasi mata air dan air permukaan.

Hasil simulasi LP menunjukkan bahwa ketersediaan air di DAS Cicatih mampu mencukupi seluruh kebutuhan tersebut hingga tahun 2025, dengan profit optimal mencapai Rp158.402.000, berdasarkan fungsi tujuan dari Lingo 8.0.

Kritik, Opini, dan Relevansi Praktis

Kekuatan Penelitian:

  • Pendekatan LP menawarkan solusi yang efisien dan berbasis data.
  • Model ini fleksibel untuk skenario perencanaan jangka panjang dan evaluasi multi-sektor.

Catatan Kritis:

  1. Asumsi Konstan: Ketersediaan debit dan harga air diasumsikan tetap, padahal realitasnya sangat fluktuatif karena iklim dan dinamika pasar.
  2. Tidak Memasukkan Urbanisasi: Kebutuhan air kota dan perubahan tata ruang (misalnya real estate) tidak dipertimbangkan.
  3. Konservasi Tidak Dibahas: Strategi untuk efisiensi air dan konservasi sumber daya belum disorot cukup dalam.

Komparasi dan Pengembangan:

Pendekatan LP ini bisa dibandingkan dengan sistem berbasis Decision Support System (DSS) atau integrasi dengan Internet of Things (IoT) untuk monitoring debit secara real-time. Bahkan, dengan kemajuan AI, model prediksi berbasis machine learning seperti Random Forest atau Long Short-Term Memory (LSTM) bisa dimanfaatkan untuk mengantisipasi anomali cuaca.

Kesimpulan: Strategi Linier untuk Ketahanan Air

Penelitian Waspodo dkk. memberikan kontribusi penting dalam merancang sistem alokasi air yang adil dan optimal di DAS Cicatih. Melalui pendekatan linear programming, ditemukan bahwa distribusi air bisa dilakukan secara efisien dengan tetap mempertimbangkan keperluan tiap sektor secara proporsional.

Namun, keberhasilan implementasi strategi ini di lapangan akan sangat bergantung pada pemutakhiran data secara berkala, pengawasan terhadap industri, serta penguatan kebijakan tata guna lahan dan konservasi air. Di tengah ancaman krisis air nasional, model seperti ini bisa menjadi blueprint manajemen sumber daya air terpadu di wilayah lain di Indonesia

Sumber:
Waspodo, R. S. B., Komariah, S., & Kusuma Dewi, V. A. (2019). Optimisasi alokasi sumberdaya air di DAS Cicatih, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Keteknikan Pertanian, 7(3), 179–184.