Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja telah menjadi perhatian global karena dampaknya yang signifikan terhadap produktivitas, kesejahteraan karyawan, dan ekonomi nasional.
Menurut WHO (1999), kesehatan adalah "keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap, bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan." Sementara itu, International Labour Organization (ILO) mendefinisikan K3 sebagai disiplin dengan ruang lingkup luas yang mencakup promosi, pencegahan, perlindungan, dan adaptasi lingkungan kerja terhadap kebutuhan fisik dan mental pekerja.
Beberapa tantangan dalam penerapan K3 di negara-negara berkembang, termasuk Ghana, antara lain:
- Kurangnya kebijakan K3 yang komprehensif
- Infrastruktur dan pendanaan yang minim
- Kurangnya tenaga ahli K3
- Kesadaran yang rendah di kalangan pekerja dan manajemen
Namun, berbagai penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang aman dan sehat berdampak positif pada produktivitas, mengurangi biaya kecelakaan kerja, dan meningkatkan kepuasan serta loyalitas pekerja.
Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara terhadap 120 pegawai administrasi di UDS Tamale. Wawancara ini bertujuan untuk mengeksplorasi:
- Pemahaman karyawan tentang K3
- Dampak kondisi kerja terhadap produktivitas
- Pendapat manajemen tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Pemahaman Karyawan tentang K3
Mayoritas responden (95,8%) memahami bahwa lingkungan kerja yang sehat dan aman berkontribusi pada kesejahteraan mereka. Namun, beberapa responden mengeluhkan kurangnya kebijakan formal K3 di UDS. Salah satu temuan menarik adalah bahwa pekerja hanya mengasosiasikan K3 dengan layanan medis, seperti fasilitas pengobatan yang disediakan universitas, tanpa mempertimbangkan aspek preventif lainnya.
Dampak Lingkungan Kerja terhadap Produktivitas
Semua responden (100%) sepakat bahwa kondisi kerja yang buruk berdampak negatif pada produktivitas. Beberapa contoh kasus yang diangkat dalam penelitian ini meliputi:
- Kecelakaan kerja: Beberapa pegawai mengalami cedera akibat tergelincir atau jatuh di tempat kerja, yang menyebabkan ketidakhadiran kerja dalam jangka waktu lama.
- Ergonomi yang buruk: Duduk dalam waktu lama tanpa peregangan menyebabkan nyeri punggung dan menurunkan produktivitas.
- Kualitas udara dan lingkungan: Bau tak sedap dari selokan serta ventilasi yang buruk berkontribusi pada ketidaknyamanan pekerja.
- Masalah listrik: Beberapa kantor mengalami gangguan listrik yang menghambat pekerjaan administratif.
Perspektif Manajemen tentang K3
Sebagian besar manajemen mengakui bahwa UDS belum memiliki kebijakan K3 yang komprehensif. Saat terjadi kecelakaan, biasanya dibentuk tim ad hoc untuk menyelidiki insiden tersebut, namun tidak ada upaya preventif yang sistematis. Beberapa rekomendasi dari manajemen termasuk penyediaan fasilitas kesehatan di dalam kampus dan peningkatan kesadaran tentang pentingnya keselamatan kerja.
Kurangnya Implementasi Kebijakan K3 yang Sistematis
Walaupun studi ini menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai memahami pentingnya K3, tidak adanya kebijakan yang sistematis menjadi tantangan utama. Dalam konteks global, banyak institusi pendidikan tinggi telah menerapkan kebijakan K3 yang mencakup pelatihan keselamatan, audit lingkungan kerja, serta program kesehatan dan kesejahteraan bagi staf.
Dampak Ekonomi dari Kecelakaan Kerja
WHO (2004) memperkirakan bahwa kurangnya perhatian terhadap K3 dapat menyebabkan kerugian ekonomi hingga 20% dari PDB nasional. Di UDS, pengeluaran untuk biaya pengobatan pegawai yang mengalami kecelakaan kerja cukup tinggi, yang seharusnya bisa diminimalisir dengan langkah-langkah preventif.
Dibutuhkan Pendekatan Holistik
Keselamatan kerja bukan hanya tanggung jawab manajemen, tetapi juga karyawan. Oleh karena itu, perlu ada sinergi antara pihak universitas dan pegawai dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman. Pelatihan rutin, inspeksi keselamatan, serta pemberian insentif bagi pegawai yang menerapkan protokol keselamatan dengan baik dapat menjadi solusi.
Rekomendasi yang dapat diimplementasikan oleh UDS untuk meningkatkan K3 meliputi:
-
Penyusunan Kebijakan K3 yang Komprehensif
- Membentuk komite khusus K3 untuk merancang dan mengawasi implementasi kebijakan keselamatan.
- Menyediakan panduan keselamatan bagi pegawai dan mahasiswa.
-
Peningkatan Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung
- Membangun klinik atau infirmary di kampus untuk memberikan layanan medis darurat.
- Memastikan fasilitas kerja seperti AC, pencahayaan, dan sistem listrik dalam kondisi baik.
-
Pelatihan dan Kesadaran K3
- Mengadakan pelatihan keselamatan kerja secara berkala.
- Memasukkan aspek K3 dalam orientasi pegawai baru.
-
Evaluasi dan Pengawasan Rutin
- Melakukan audit K3 secara berkala.
- Mengembangkan sistem pelaporan kecelakaan kerja yang transparan dan responsif.
Pentingnya penerapan K3 di lingkungan akademik seperti UDS Tamale. Meski pegawai memiliki pemahaman yang cukup baik tentang pentingnya K3, universitas masih menghadapi tantangan besar dalam implementasi kebijakan yang sistematis dan efektif. Investasi dalam kebijakan K3 tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan pekerja tetapi juga berdampak positif terhadap produktivitas dan efisiensi institusi secara keseluruhan.
Sumber Artikel
Kuranchie-Mensah, E. B., & Mahama, V. A. (2021). Occupational Health and Safety in the Workplace: A Case of the Central Administration of the University for Development Studies, Tamale, Ghana. The International Journal of Business & Management, 9(7).