Pendahuluan
Urbanisasi dan perkembangan e-commerce telah meningkatkan kebutuhan akan logistik last mile yang efisien dan berkelanjutan. Last mile delivery menjadi tantangan utama dalam distribusi barang, terutama di kota pintar (smart cities) yang menekankan efisiensi transportasi dan keberlanjutan lingkungan. Paper ini mengeksplorasi model distribusi logistik last mile di Metropolitan Recife, Brasil, dan membandingkannya dengan implementasi di berbagai smart cities global.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan pengumpulan data melalui kuesioner terhadap manajer perusahaan logistik di Metropolitan Recife. Selain itu, kajian ini juga mengacu pada literatur global mengenai model logistik last mile seperti locker systems, crowdshipping, dan pick-up points.
Temuan Utama
1. Tingginya Biaya Last Mile Delivery
- Last mile delivery menyumbang hingga 50% dari total biaya logistik global (Roumboutsos et al., 2014).
- Di Brasil, biaya logistik mencapai 12,2% dari PDB nasional (ILOS, 2019).
- 58% dari total biaya logistik perusahaan dialokasikan untuk biaya transportasi (ABComm, 2020).
2. Model Distribusi Logistik di Smart Cities
- Pick-up Points: Lokasi fisik tempat konsumen mengambil barangnya, mengurangi kebutuhan pengiriman individual.
- Lockers: Sistem loker otomatis untuk pengambilan barang yang lebih fleksibel. 54% konsumen online di Eropa telah menggunakan model ini (Araújo et al., 2019).
- Crowdsourcing & Crowdshipping: Pemanfaatan individu sebagai kurir, sering kali menggunakan sepeda atau skuter listrik untuk mengurangi emisi karbon.
3. Studi Kasus: Logistik Last Mile di Metropolitan Recife
- Metropolitan Recife memiliki populasi 4 juta jiwa, dengan tingkat kemacetan tinggi, yang mempengaruhi efisiensi distribusi logistik.
- Perusahaan logistik di Recife masih banyak yang menggunakan model tradisional, seperti distribusi langsung dengan kendaraan berbahan bakar fosil.
- Saat ini hanya 2 pusat perbelanjaan di Recife yang menyediakan layanan locker system, berbeda dengan Singapura yang telah memasang locker di setiap 250 meter dari pemukiman publik untuk meningkatkan efisiensi pengiriman.
- Platform logistik crowdsourcing, seperti perusahaan L, mulai berkembang di Recife tetapi belum memanfaatkan kendaraan listrik seperti yang telah diterapkan di beberapa smart cities di Eropa.
Tantangan Implementasi Logistik Last Mile di Smart Cities
- Kurangnya Infrastruktur Transportasi yang Memadai – Tingginya kemacetan memperlambat pengiriman dan meningkatkan biaya bahan bakar.
- Rendahnya Adopsi Teknologi Digital – Masih banyak perusahaan yang belum menggunakan AI dan IoT untuk optimasi rute distribusi.
- Kurangnya Kebijakan Pemerintah – Tidak adanya insentif bagi penggunaan kendaraan listrik atau fasilitas locker yang lebih luas.
Kesimpulan & Rekomendasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa logistik last mile memainkan peran kunci dalam efisiensi rantai pasok di smart cities. Model seperti pick-up points, lockers, dan crowdshipping dapat mengurangi biaya dan dampak lingkungan. Rekomendasi utama untuk kota-kota yang ingin meningkatkan efisiensi last mile delivery:
- Menerapkan jaringan locker di area publik untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan fleksibilitas pengambilan barang.
- Mendorong penggunaan crowdshipping dengan kendaraan listrik untuk solusi yang lebih ramah lingkungan.
- Investasi dalam teknologi AI dan IoT untuk meningkatkan optimasi rute dan efisiensi pengiriman barang.
Sumber Artikel: Queiroz, Alessandro P. F. & Guimarães, Djalma (2022). Last Mile Trips: Logistics Distribution Infrastructure in Smart Cities and the Experiences of Service Provision in the Metropolitan Region of Recife - PE. Revista Nacional de Gerenciamento de Cidades, Vol. 10, No. 76.