Mewujudkan Masyarakat Cerdas Air Lewat Inovasi dan Kolaborasi Kota

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

18 Juni 2025, 08.59

pixabay.com

Pendahuluan: Tantangan Air di Era Urbanisasi dan Perubahan Iklim

Perubahan iklim, urbanisasi cepat, dan tekanan terhadap sumber daya air telah menciptakan krisis baru dalam manajemen air kota. Artikel “Towards a Water-Smart Society: Progress in Linking Theory and Practice” oleh Damman et al. (2023) menggarisbawahi pentingnya konsep “masyarakat cerdas air” (water-smart society) sebagai paradigma baru dalam tata kelola air yang berkelanjutan dan inklusif.

Artikel ini tidak sekadar menawarkan teori, tetapi menghubungkannya langsung dengan praktik nyata lewat enam Living Labs (LLs) di berbagai kota Eropa, menjadikan studi ini komprehensif, berbasis data, dan penuh solusi aplikatif.

Definisi Konsep: Apa Itu Masyarakat Cerdas Air?

Masyarakat cerdas air adalah komunitas yang:

  • Menghasilkan kesejahteraan sosial dan nilai ekonomi dari pengelolaan air yang berkelanjutan.
  • Mendorong kolaborasi lintas sektor dalam pembelajaran dan inovasi berkelanjutan.
  • Berorientasi jangka panjang, mampu beradaptasi terhadap perubahan, dan memaksimalkan jasa ekosistem.

Pendekatan ini menjembatani nilai sosial, ekonomi, dan ekologis air dalam satu sistem tata kelola yang inklusif dan berbasis data.

Metodologi Penelitian: Kombinasi Akademik dan Praktik Lapangan

Studi ini menggunakan pendekatan co-creation antara peneliti dan praktisi dari enam LLs (Alicante, Bodø, East Frisia, Flanders, Lisbon, Venice), didukung oleh:

  • Dua workshop interaktif
  • Eksplorasi literatur terhadap 73 artikel ilmiah (2016–2020)
  • 28 wawancara terstruktur dengan pemangku kepentingan dari sektor air dan pemerintah kota

Proses ini menghasilkan definisi bertahap (versi 0, 1, 2, 3) hingga final yang menjadi dasar penyusunan 5 tujuan strategis masyarakat cerdas air.

Lima Tujuan Strategis Menuju Masyarakat Cerdas Air

  1. Menjamin air untuk semua kebutuhan yang relevan
    • Fokus pada kuantitas dan kualitas air.
    • Mendukung akses universal dan harga terjangkau (SDG 6, 11, 12).
  2. Melindungi ekosistem dan jasa lingkungannya
    • Penggunaan solusi berbasis alam dan rekayasa ulang ekologi.
    • Sejalan dengan SDG 14 dan 15.
  3. Meningkatkan nilai ekonomi dari air
    • Integrasi dengan model circular economy (reuse, reclaim, recover).
    • Mendukung inovasi dan pekerjaan hijau (SDG 8, 12).
  4. Mempromosikan infrastruktur adaptif dan tangguh
    • Fokus pada fleksibilitas perencanaan dan ketahanan iklim.
    • Sesuai SDG 9 dan 13.
  5. Mendorong kolaborasi dan pembelajaran lintas sektor
    • Keterlibatan aktif warga, pelatihan, dan transparansi.
    • Sejalan dengan SDG 4, 16.

Studi Kasus Living Labs: Inovasi Air dari Kota ke Kota

Alicante, Spanyol

  • Transformasi instalasi pengolahan limbah menjadi biofactory untuk memulihkan energi, nutrien, dan mineral.
  • Fokus pada negosiasi penggunaan ulang air limbah.

Bodø, Norwegia

  • Relokasi bandara digunakan untuk pengembangan kota berkelanjutan.
  • Sistem de-icing permukaan kota dengan panas dari biogas dan air laut.

East Frisia, Jerman

  • Strategi desentralisasi pasokan air berbasis potensi lokal.
  • Pendekatan sektoral untuk menjawab ancaman kelangkaan.

Flanders, Belgia

  • Inisiatif regional untuk sirkularitas air.
  • Meningkatkan produksi air minum dan irigasi dari reuse.

Lisbon, Portugal

  • Penguatan efisiensi air-energi-fosfor dalam penggunaan air non-potable.
  • Peningkatan kesiapan iklim rumah tangga dan gedung.

Venice, Italia

  • Fokus pada penggunaan ulang air industri dan pertanian.
  • Mendukung program nasional perlindungan laguna.

Kekuatan dan Nilai Tambah Studi

  1. Membumikan teori melalui praktik lokal
    Dengan keterlibatan langsung LLs, studi ini menjamin validitas kontekstual dan keterkaitan dengan realitas pemerintahan kota.
  2. Pendekatan interdisipliner
    Menggabungkan pendekatan dari circular economy, smart cities, tata kelola air, dan transisi sosial-teknikal.
  3. Model penilaian berbasis objektif strategis
    Lima objektif tadi akan dikembangkan lebih lanjut dalam framework dengan 15 kriteria dan 60 metrik evaluasi, sesuai untuk perencanaan strategis kota atau penyedia utilitas air.

Tantangan dan Rekomendasi

Tantangan utama:

  • Fragmentasi tata kelola antara lembaga lokal dan nasional.
  • Kurangnya integrasi antara teknologi dan partisipasi warga.
  • Perbedaan pendekatan antar kota (misal, antara kota dengan akses air tinggi vs kota dengan kelangkaan air akut).

Rekomendasi:

  • Bentuk arena dialog multi-pemangku kepentingan.
  • Adopsi pendekatan smart governance dan citizen empowerment.
  • Kembangkan platform seperti Water-Oriented Living Labs (WOLLs) secara global.
  • Gunakan procurement hijau untuk mempercepat adopsi inovasi air.

Kesimpulan: Masyarakat Cerdas Air Bukan Sekadar Teknologi

Artikel ini menekankan bahwa "smartness" bukan soal teknologi semata, melainkan bagaimana teknologi, masyarakat, ekosistem, dan tata kelola bersinergi menciptakan kota yang tangguh, adil, dan berkelanjutan dalam pengelolaan air.

Visi ini relevan tidak hanya bagi kota-kota maju di Eropa, tapi juga menawarkan inspirasi konkret bagi kota berkembang di Asia dan Afrika, dengan penyesuaian terhadap kapasitas dan kebutuhan lokal.

Sumber : Damman, S., Schmuck, A., Oliveira, R., Koop, S. H. A., Almeida, M. C., Alegre, H., & Ugarelli, R. M. (2023). Towards a water-smart society: Progress in linking theory and practice. Utilities Policy, 85, 101674.