Bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat intensif dijadikan kajian sebagai objek ilmu formal terapan dan ditopang dengan kebutuhan industri, terutama di negara maju. Kondisi ini melahirkan cabang bidang ilmu teknologi pangan yang merupakan penerapan ilmu-ilmu dasar (kimia, fisika dan mikrobiologi) serta prinsip-prinsip teknik (engineering), ekonomi dan manajemen pada seluruh mata rantai penggarapan bahan pangan dari sejak pemanenan sampai menjadi hidangan. Teknologi pangan merupakan penerapan ilmu dan teknik pada penelitian, produksi, pengolahan, distribusi, dan penyimpanan pangan berikut pemanfaatannya. Ilmu terapan yang menjadi landasan pengembangan teknologi pangan meliputi ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan, dan teknik proses.[butuh referensi] Ilmu pangan merupakan dasar-dasar biologi, kimia, fisika, dan teknik dalam mempelajari sifat-sifat bahan pangan, penyebab kerusakan pangan dan prinsip-prinsip yang mendasari pegolahan pangan.
"Evaluasi" berasal dari kata Inggris "evaluasi", yang berarti penaksiran atau penilaian. Nurkancana (1983) mengatakan bahwa evaluasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menentukan nilai suatu hal. Sementara itu, Raka Joni (1975) mengatakan bahwa evaluasi adalah proses mempertimbangkan sesuatu, hal, atau gejala dengan mempertimbangkan berbagai faktor, yang kemudian disebut nilai pertimbangan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses menentukan nilai untuk sesuatu atau sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Evaluasi adalah proses mengukur efektivitas strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Analisis situasi program berikutnya akan bergantung pada data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut.
Apa yang dievaluasi, bagaimana prosesnya, kapan dilakukan, mengapa dibutuhkan, di mana dilakukan, dan siapa yang melakukannya adalah beberapa hal yang akan dibahas selama proses evaluasi. Sumber daya yang ada, efektivitas penyebaran pesan, pemilihan media yang tepat, dan penentuan anggaran untuk promosi dan periklanan harus dievaluasi. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencegah kesalahan dalam perhitungan pembiayaan, memilih strategi terbaik dari berbagai opsi strategi yang tersedia, meningkatkan efisiensi iklan secara keseluruhan, dan mengetahui apakah tujuan telah tercapai atau tidak. Sebaliknya, perusahaan mungkin menolak untuk melakukan evaluasi karena biaya yang tinggi, masalah dengan penelitian, ketidaksetujuan tentang apa yang harus dievaluasi, menganggap bahwa mereka telah mencapai tujuan, dan banyak waktu yang terbuang.
Secara garis besar, proses evaluasi dibagi menjadi awal (pretest) dan akhir (posttest). Pretest adalah evaluasi yang dilakukan untuk menguji ide dan eksekusi yang direncanakan. Posttest adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan tercapai atau tidak dan digunakan sebagai bahan untuk menganalisis situasi berikutnya.
Evaluasi dapat dilakukan di dalam ruangan atau di luar ruangan; yang pertama menggunakan metode penelitian laboratorium, dan yang kedua menggunakan sampel sebagai kelompok percobaan. Kelemahannya adalah metode ini tidak begitu realistis. Sebaliknya, evaluasi yang dilakukan di luar ruangan akan menggunakan metode penelitian lapangan, di mana kelompok percobaan tetap dibiarkan menikmati kebebasan lingkungan sekitar mereka. Metode ini lebih praktis untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk melakukan evaluasi tersebut dengan benar, banyak hal yang harus dilakukan. Hal ini meliputi menentukan masalah secara jelas, membuat pendekatan untuk mengatasi masalah, membuat desain penelitian, melakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data, menganalisis data yang dikumpulkan, dan menjadi ahli dalam menyampaikan hasil penelitian.
Disadur dari: