Meningkatkan Performa Industri Lewat Control Charts dan Capability Analysis

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda

20 Maret 2025, 08.38

pexels.com

Pendahuluan: Pentingnya Pengendalian Proses Statistik (SPC) di Era Industri 4.0

Dalam dunia manufaktur dan jasa saat ini, pengendalian kualitas tidak lagi menjadi sekadar pelengkap, melainkan kebutuhan esensial. Konsumen menuntut produk yang bebas cacat dan layanan yang konsisten. Salah satu pendekatan yang telah terbukti efektif sejak dekade 1920-an adalah Statistical Process Control (SPC). Pendekatan ini diperkenalkan oleh Walter A. Shewhart, yang dikenal sebagai pelopor dalam penerapan metode statistik untuk kontrol kualitas produksi.

Paper karya Arun Kumar Sinha dan Richa Vatsa, berjudul "Control Charts and Capability Analysis for Statistical Process Control", memberikan panduan komprehensif mengenai penerapan control charts dan capability analysis dalam konteks SPC. Penelitian mereka tidak hanya relevan di sektor industri maju, tetapi juga sangat aplikatif bagi negara berkembang yang tengah berupaya meningkatkan daya saing industri mereka.

Memahami SPC: Apa Itu dan Mengapa Penting?

SPC adalah metode berbasis data untuk memantau dan mengontrol proses produksi. Fokus utama dari SPC adalah membedakan common cause variation (variasi alami yang selalu ada dalam proses) dari special cause variation (variasi yang diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu di luar standar proses).

Tanpa kontrol yang baik, proses produksi rentan menghasilkan produk cacat atau tidak konsisten. Di sinilah SPC berperan sebagai sistem peringatan dini. Jika diterapkan dengan benar, SPC membantu perusahaan:

  • Mengurangi jumlah produk cacat.
  • Menghemat biaya produksi.
  • Memenuhi standar kualitas internasional seperti ISO 9001.

 

Jenis Data dan Control Charts: Memilih yang Tepat untuk Proses Produksi

Dalam analisis SPC, data produksi biasanya dibagi menjadi dua kategori utama:

  1. Data Variabel (Measurable Data): Misalnya berat, panjang, suhu. Untuk data ini digunakan X-bar & R charts atau X-bar & S charts.
  2. Data Atribut (Attribute Data): Misalnya jumlah produk cacat. Di sini, p-charts dan c-charts menjadi alat utama.

Control Charts untuk Data Variabel

Paper ini menjelaskan bahwa untuk memantau rata-rata proses, digunakan X-bar charts, sedangkan untuk memantau variasi proses, digunakan R charts. Dalam penerapannya:

  • X-bar chart menunjukkan apakah rata-rata produksi stabil.
  • R chart mengindikasikan apakah variasi antar-sampel masih dalam batas normal.

Contoh yang diangkat dalam paper adalah pengiriman bagasi di sebuah hotel. Pengukuran dilakukan untuk memantau waktu pengiriman bagasi ke kamar tamu. Hasil analisis menunjukkan bahwa proses ini stabil karena semua data berada dalam batas kendali.

Control Charts untuk Data Atribut

Untuk data seperti proporsi produk cacat, digunakan p-chart, sementara jumlah cacat per unit dipantau dengan c-chart. Dalam studi kasus di paper, analisis p-chart digunakan untuk mengontrol kualitas kaleng film, dengan hasil bahwa proses produksi kaleng tersebut dalam kondisi stabil.

Studi Kasus: Meningkatkan Layanan Pengiriman Bagasi Hotel dengan SPC

Latar Belakang Kasus

Sebuah hotel mewah ingin memastikan bahwa 99% pengiriman bagasi ke kamar tamu selesai dalam waktu 14 menit setelah check-in. Data diambil selama 28 hari, dengan pengambilan 5 sampel per hari pada shift malam.

Analisis Data

  • Rata-rata waktu pengiriman adalah 9,48 menit.
  • R chart menunjukkan bahwa variasi proses terkendali.
  • X-bar chart menunjukkan bahwa rata-rata proses juga dalam batas kendali.

 

Capability Analysis

Proses pengiriman dievaluasi apakah mampu memenuhi target 99% pengiriman tepat waktu. Hasilnya:

  • 99,874% pengiriman diselesaikan dalam batas waktu.
  • Indeks kapabilitas proses (CPU) sebesar 1,01, artinya proses tersebut sangat dekat dengan batas yang diharapkan manajemen.

Interpretasi

Proses pengiriman bagasi hotel tersebut tidak hanya stabil, tetapi juga mampu memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Ini contoh konkret bagaimana SPC membantu sektor jasa, bukan hanya manufaktur.

 

Capability Analysis: Mengukur Seberapa Baik Proses Memenuhi Spesifikasi

Salah satu kontribusi besar paper ini adalah pembahasan tentang Capability Analysis, yaitu metode untuk mengukur kemampuan proses dalam memenuhi spesifikasi pelanggan.

Key Metrics dalam Capability Analysis

  • Cp: Mengukur kapabilitas proses tanpa mempertimbangkan posisi rata-rata proses.
  • Cpk: Mengukur kapabilitas dengan mempertimbangkan apakah rata-rata proses berada di tengah spesifikasi.
  • CPU dan CPL: Mengukur kapabilitas untuk batas atas (Upper Specification Limit) dan batas bawah (Lower Specification Limit).

Dalam contoh hotel tadi, nilai CPU = 1,01 menunjukkan bahwa proses lebih dari 3 sigma di atas rata-rata. Dengan kata lain, sangat jarang ada pengiriman bagasi yang terlambat.

 

Manfaat Penerapan SPC di Negara Berkembang: Potensi dan Realita

Mengapa Negara Berkembang Butuh SPC?

Penulis menyoroti bahwa negara-negara berkembang seperti India, Ethiopia, dan Zimbabwe punya sumber daya alam melimpah dan tenaga kerja murah. Namun, kualitas produk mereka sering diragukan karena kurangnya kontrol kualitas yang sistematis.

 

SPC menjadi solusi karena:

  • Biaya implementasi relatif murah.
  • Tidak selalu memerlukan teknologi canggih.
  • Mudah diadaptasi dengan pelatihan dasar statistik kepada operator produksi.

Contoh Nyata Penerapan SPC di Negara Berkembang

  • Zimbabwe: Madanhire dan Mbohwa (2016) mengungkap penerapan SPC di industri manufaktur yang berhasil menekan tingkat cacat meskipun dengan keterbatasan data.
  • India: Silver Spark Apparel Limited, bagian dari Raymond Group, sukses menerapkan SPC di lini produksi celana formal mereka. Hasilnya, tingkat cacat turun dari 9,14% menjadi 6,4%.

Apa yang Bisa Dipelajari dari Jepang?

Penulis juga mengingatkan bahwa Jepang bangkit dari kehancuran Perang Dunia II lewat pendekatan kualitas berbasis SPC, berkat tokoh seperti W. Edwards Deming. Negara-negara berkembang bisa mengikuti jejak Jepang dengan komitmen kuat pada kualitas dan pelatihan SDM.

 

Kritik dan Analisis Tambahan: Apa yang Kurang dari Studi Ini?

Kurangnya Pendekatan Digital

Sebagian besar ilustrasi dalam paper masih berbasis metode manual atau semi-manual. Padahal, tren industri global saat ini sudah mengarah pada SPC berbasis digital yang terintegrasi dengan Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI).

Keterbatasan Data Studi Kasus

Beberapa studi kasus, seperti dari Zimbabwe dan India, tidak dilengkapi data rinci dalam paper ini. Hal ini menyulitkan pembaca untuk melakukan validasi atau perbandingan langsung.

Perbandingan dengan Six Sigma

SPC memang fokus pada kontrol proses, tetapi integrasi dengan metodologi Six Sigma akan memberikan perbaikan proses berbasis data yang lebih mendalam. Misalnya, analisis akar penyebab (root cause analysis) dan penghapusan variabilitas proses secara berkelanjutan.

📄 Sumber Paper: Proceedings 63rd ISI World Statistics Congress (2021).
📌 DOI atau Tautan Resmi: [Belum tersedia di paper]
📚 Penelitian ini dapat diakses di forum ilmiah ISI World Statistics Congress.