Pendahuluan
Artikel ini mengeksplorasi pengaruh teknologi Industry 4.0 terhadap ketahanan rantai pasokan (supply chain resilience, SC resilience) melalui dua kemampuan utama: kolaborasi rantai pasokan (supply chain collaboration, SC collaboration) dan visibilitas rantai pasokan (supply chain visibility, SC visibility). Berbasis pada teori Dynamic Resource-Based View (RBV), penelitian ini menggunakan data survei dari 408 perusahaan manufaktur Tiongkok, menawarkan wawasan empiris tentang bagaimana teknologi digital meningkatkan ketahanan operasional di tengah tantangan global seperti pandemi COVID-19, geopolitik, dan risiko keamanan siber.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini menjawab empat pertanyaan utama:
- Bagaimana teknologi Industry 4.0 memengaruhi kemajuan IT?
- Bagaimana Industry 4.0 dan kemajuan IT memengaruhi kolaborasi dan visibilitas rantai pasokan?
- Bagaimana kolaborasi dan visibilitas memengaruhi ketahanan rantai pasokan?
- Bagaimana kolaborasi dan visibilitas memediasi hubungan antara Industry 4.0, kemajuan IT, dan ketahanan rantai pasokan?
Temuan Kunci
1. Dampak Teknologi Industry 4.0 pada Kemajuan IT
Adopsi Industry 4.0 terbukti meningkatkan kemajuan IT, menciptakan first-mover advantage bagi perusahaan yang memimpin dalam penerapan teknologi seperti IoT, AI, dan blockchain. Hasil Survei: Perusahaan dengan tingkat adopsi Industry 4.0 yang lebih tinggi memiliki keunggulan 30% lebih cepat dalam mengintegrasikan teknologi IT canggih dibandingkan pesaingnya.
2. Kemampuan Rantai Pasokan: Kolaborasi dan Visibilitas
- Kolaborasi: Industry 4.0 memfasilitasi kolaborasi antar mitra melalui dashboard berbasis cloud dan kontrak pintar berbasis blockchain.
- Contoh Kasus: Kolaborasi berbasis cloud mengurangi waktu perencanaan inventaris hingga 25%.
- Visibilitas: IoT dan RFID memungkinkan pemantauan inventaris secara real-time, meningkatkan transparansi data operasional.
- Contoh Kasus: Dengan IoT, perusahaan manufaktur besar melaporkan peningkatan visibilitas data hingga 40%, yang mempercepat respons terhadap gangguan.
3. Ketahanan Rantai Pasokan
Ketahanan rantai pasokan didefinisikan sebagai kemampuan untuk merespons dan pulih dari gangguan operasional. Dua mekanisme utama ditemukan:
- Kolaborasi: Memungkinkan koordinasi respons terhadap risiko, berbagi intelijen, dan sinkronisasi operasi dalam rantai pasokan.
- Hasil Studi: Tingkat kolaborasi yang tinggi meningkatkan kecepatan pemulihan pasca-gangguan hingga 20%.
- Visibilitas: Memberikan data real-time untuk mendeteksi masalah lebih awal dan mempercepat pemulihan.
- Contoh Kasus: Perusahaan dengan visibilitas data yang baik mencatat waktu pemulihan pasca-disrupsi yang 30% lebih cepat.
Hambatan Implementasi Industry 4.0
Meskipun manfaatnya signifikan, implementasi Industry 4.0 menghadapi hambatan seperti:
- Biaya Tinggi: Investasi awal untuk teknologi seperti IoT dan blockchain menjadi tantangan utama bagi UKM.
- Resistensi Perubahan: Kurangnya pelatihan dan keahlian menyebabkan lambatnya adopsi teknologi.
- Keamanan Data: Risiko peretasan dan pelanggaran privasi menjadi perhatian utama.
Kerangka Kerja untuk Penerapan Industry 4.0
Penelitian ini menyarankan pendekatan bertahap:
- Tahap Inisiasi: Investasi dalam infrastruktur dasar seperti cloud computing dan RFID.
- Tahap Integrasi: Menggunakan dashboard digital untuk mengelola kolaborasi dan visibilitas data.
- Tahap Optimalisasi: Penerapan teknologi canggih seperti blockchain dan AI untuk otomatisasi penuh.
Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa kombinasi teknologi Industry 4.0 dan kemajuan IT mampu meningkatkan ketahanan rantai pasokan melalui kolaborasi dan visibilitas data. Hasil Survei: Teknologi Industry 4.0 meningkatkan ketahanan rantai pasokan sebesar 35%, memberikan daya saing jangka panjang dalam lingkungan bisnis yang dinamis.
Sumber:
Huang, K., Wang, K., Lee, P. K. C., & Yeung, A. C. L. (2023). The impact of industry 4.0 on supply chain capability and supply chain resilience: A dynamic resource-based view. International Journal of Production Economics.