Meningkatkan Keselamatan di Situs Konstruksi: Peran Komunikasi Efektif dan Budaya Keselamatan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

03 Juni 2025, 09.02

pixabay.com

Industri konstruksi dikenal sebagai salah satu sektor paling berisiko di dunia, dengan tingkat kecelakaan dan kematian yang tinggi. Studi oleh Hansen dan Kolokotronis (2020) dari Aalborg University menyoroti pentingnya komunikasi efektif dan budaya keselamatan dalam mengurangi insiden di situs konstruksi. Artikel ini akan membahas temuan utama, studi kasus, serta rekomendasi praktis untuk meningkatkan keselamatan di lapangan. 

 1. Tantangan Keselamatan di Industri Konstruksi 

Industri konstruksi menyumbang 30% dari seluruh kematian akibat kecelakaan kerja global (ILO, 2015). Di Denmark saja, terdapat 5.423 kasus kecelakaan kerja pada 2018, dengan 4 kematian (Arbejdstilsynet, 2019). Faktor risiko utama meliputi: 

- Bekerja di ketinggian. 

- Penggunaan peralatan listrik

- Paparan kebisingan dan debu. 

- Kesalahan komunikasi antar pekerja. 

 2. Peran Komunikasi dalam Keselamatan 

Komunikasi yang buruk sering menjadi penyebab utama kecelakaan. Studi ini mengidentifikasi beberapa masalah: 

- Bahasa dan Budaya: Migran pekerja (16% tenaga kerja konstruksi Denmark) sering menghadapi hambatan bahasa, meningkatkan risiko kesalahan (TV2, 2019). 

- Feedback yang Tidak Efektif: Hanya 28% pekerja yang merasa nyaman memberikan masukan tentang keselamatan (Williams & Geller, 2008). 

- Dominasi Gaya Komunikasi yang Tidak Sehat: Gaya komunikasi otoriter atau pasif-agresif dapat menghambat pelaporan risiko. 

Studi Kasus: 

- Sebuah proyek di Denmark berhasil mengurangi insiden dengan melatih mandor untuk komunikasi verbal harian tentang keselamatan (Kines et al., 2010). 

- Penggunaan aplikasi Dalux untuk pelaporan bahaya secara real-time meningkatkan respons tim terhadap risiko. 

 3. Budaya Keselamatan dan Kepatuhan 

Budaya keselamatan yang kuat melibatkan: 

- Partisipasi Pekerja: Melibatkan pekerja dalam identifikasi risiko dan solusi. 

- Kepatuhan (Compliance): Memastikan penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur standar. 

- Pembelajaran Organisasi: Menganalisis kecelakaan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. 

Contoh Praktik Baik: 

- Perusahaan konstruksi di Denmark menerapkan "bonus 100 hari bebas kecelakaan", tetapi ini justru memicu under-reporting. Solusinya adalah mengganti sistem dengan pujian individu atas perilaku aman. 

 4. Digitalisasi untuk Keselamatan 

Teknologi seperti BIM (Building Information Modeling) dan drones membantu: 

- Memvisualisasikan risiko sebelum konstruksi dimulai. 

- Melakukan inspeksi virtual di area berbahaya. 

- Pelaporan digital yang lebih cepat dan akurat. 

Contoh Implementasi: 

- Proyek rumah sakit di Denmark menggunakan model BIM untuk menandai area berisiko jatuh, mengurangi kecelakaan sebesar 20%. 

 5. Rekomendasi untuk Industri 

Berdasarkan temuan studi, berikut rekomendasi untuk meningkatkan keselamatan: 

1. Tingkatkan Komunikasi Horizontal: Dorong diskusi terbuka antara pekerja dan mandor. 

2. Gunakan Alat Digital: Manfaatkan BIM dan aplikasi pelaporan untuk memantau risiko. 

3. Hindari Bonus Berbasis Kecelakaan: Fokus pada penghargaan individu untuk perilaku aman. 

4. Pelatihan Berkala: Khusus untuk pekerja migran dan tenaga baru. 

 Kritik dan Analisis Tambahan 

Studi ini memberikan wawasan berharga, namun memiliki beberapa keterbatasan: 

- Ruang Lingkup Terbatas: Hanya fokus pada industri konstruksi Denmark. 

- Dampak COVID-19: Pandemi mengubah praktik keselamatan, tetapi penelitian ini belum mengeksplorasi efek jangka panjang. 

Perbandingan dengan Penelitian Lain: 

Studi serupa di AS (Albert & Hallowell, 2017) menemukan bahwa komunikasi visual (poster, video) lebih efektif untuk pekerja cmultibahasa dibandingkan instruksi lisan. 

Sumber :  Hansen, A. C. S., & Kolokotronis, I. (2020). Managing Health and Safety on the Building Site: A Study on Communication Issues Between the Involved Actors. Aalborg University.