Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Konstruksi: Analisis dari Penelitian CPWR

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

27 Mei 2025, 11.32

pixabay.com

 Pendahuluan 

Industri konstruksi adalah salah satu sektor paling berisiko bagi pekerja, dengan tingkat cedera dan kematian yang tinggi. Laporan dari CPWR (The Center for Construction Research and Training) mengungkap tantangan utama dalam keselamatan konstruksi, termasuk paparan silica, jatuh dari ketinggian, dan penggunaan alat berbahaya. Artikel ini menganalisis temuan kunci dari penelitian CPWR, menyoroti solusi berbasis bukti untuk mengurangi risiko di lapangan. 

 Tantangan Utama dalam Kesehatan dan Keselamatan Konstruksi 

 1. Paparan Silica dan Debu Berbahaya 

- Studi Kasus: Penelitian oleh Rappaport dkk. (2003) menemukan bahwa pekerja konstruksi di AS terpapar silica 4 kali lebih tinggi dari batas aman. Paparan ini terkait dengan penyakit paru kronis seperti silikosis. 

- Solusi: Rekomendasi CPWR mencakup penggunaan alat kontrol teknik (seperti sistem vakum) dan pelatihan kesadaran risiko. 

 2. Cedera Jatuh dari Ketinggian 

- Data: Dong dkk. (2009) melaporkan bahwa 40% kematian pekerja konstruksi Hispanik disebabkan oleh jatuh. 

- Penyebab: Kurangnya perlengkapan pengaman dan pelatihan yang memadai. 

- Solusi: Implementasi program "Fall Prevention Plan" dan inspeksi rutin peralatan. 

 3. Penggunaan Alat Berbahaya (Nail Gun) 

- Temuan: Lipscomb dkk. (2011) menemukan bahwa 67% penjual nail gun tidak memahami risiko alat tersebut. 

- Dampak: Cedera serius seperti tusukan organ vital. 

- Solusi: Pelatihan wajib dan standar desain alat yang lebih aman. 

 Strategi Intervensi Berbasis Penelitian 

 1. Pelatihan Berbasis Komunitas 

- Contoh Sukses: Program pelatihan "Peer-Led Safety Training" untuk pekerja Latino meningkatkan pemahaman keselamatan sebesar 50% (Williams dkk., 2010). 

- Kunci Keberhasilan: Materi pelatihan dalam bahasa ibu pekerja dan pendekatan partisipatif. 

 2. Rekayasa Alat dan Proses 

- Inovasi: Penggunaan ladder assessment tool (Dennerlein dkk., 2009) mengurangi cedera akibat tangga sebesar 30%. 

- Teknologi: Sensor akselerometer untuk memantau postur kerja berisiko (Amasay dkk., 2009). 

 3. Kebijakan dan Regulasi 

- Peran OSHA: Studi Weil (2001) menunjukkan bahwa inspeksi OSHA mengurangi cedera hingga 22%. 

- Rekomendasi: Penerapan sanksi ketat untuk pelanggaran standar keselamatan

 Studi Kasus: Dampak Program Keselamatan 

- Proyek CityCenter Las Vegas: Implementasi multi-method safety assessment mengurangi insiden cedera hingga 45% (Gittleman dkk., 2010). 

- Pekerja Migran di Florida: Program kesehatan berbasis serikat pekerja meningkatkan akses perawatan medis (Nissen dkk., 2008). 

 Kritik dan Tantangan Implementasi 

- Keterbatasan Data: Banyak studi CPWR mengandalkan laporan mandiri pekerja, yang rentan bias. 

- Adaptasi Teknologi: Industri konstruksi lambat mengadopsi tools berbasis IoT karena biaya tinggi. 

- Perbedaan Regional: Standar keselamatan bervariasi antarnegara bagian, menyulitkan harmonisasi kebijakan. 

 Kesimpulan dan Rekomendasi 

Penelitian CPWR menegaskan bahwa pendekatan holistik—gabungan pelatihan, teknologi, dan regulasi—adalah kunci mengurangi risiko di konstruksi. Untuk masa depan, industri perlu: 

1. Meningkatkan kolaborasi antara peneliti, perusahaan, dan pemerintah. 

2. Mengadopsi teknologi real-time monitoring untuk deteksi dini risiko. 

3. Memprioritaskan pekerja rentan seperti migran dan tenaga aging. 

Sumber : Sinyai, C. (2012). Peer-Reviewed Journals Addressing Construction Health and Safety: A Tool for Researchers. CPWR – The Center for Construction Research and Training.