Mengurai Keterkaitan Keamanan Air, Risiko, dan Pertumbuhan Ekonomi: Wawasan dari Model Sistem Dinamis

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

17 Juni 2025, 09.52

pixabay.com

Air, Risiko, dan Perangkap Kemiskinan

Air adalah fondasi pembangunan peradaban, namun kelangkaan dan risiko terkait air—seperti banjir, kekeringan, dan penyakit—masih menjadi ancaman utama bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan manusia. Paper ini menawarkan terobosan pemikiran dengan mengembangkan model sistem dinamis yang mengintegrasikan investasi air, risiko lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi dalam satu kerangka analitis. Dengan menggabungkan aspek produktif dan protektif dari investasi air, penulis mengajak pembaca memahami bagaimana negara-negara bisa terjebak dalam “poverty trap” atau justru melesat menuju pertumbuhan berkelanjutan, tergantung pada strategi investasinya.

Kerangka Teoritis: Investasi Air sebagai Penggerak Ganda Ekonomi

Dualitas Investasi Air

Investasi air berdampak pada ekonomi melalui dua jalur utama:

  • Meningkatkan produktivitas sektor-sektor intensif air (pertanian, energi, industri).
  • Mengurangi kerugian akibat bahaya air (banjir, kekeringan, penyakit).

Studi empiris menunjukkan bahwa infrastruktur air menyumbang 10–15% dari total infrastruktur di Amerika Serikat. Namun, kontribusi nyata investasi air terhadap pertumbuhan ekonomi seringkali sulit diukur secara statistik karena interaksi kompleks antara investasi, risiko, dan pertumbuhan.

Definisi Water Security

Mengacu pada Grey & Sadoff (2007), keamanan air adalah “ketersediaan air dengan kuantitas dan kualitas yang dapat diterima untuk kesehatan, mata pencaharian, ekosistem, dan produksi, disertai tingkat risiko air yang dapat diterima bagi manusia, lingkungan, dan ekonomi.”

Model Sistem Dinamis: Menyatukan Produktivitas, Risiko, dan Pertumbuhan

Struktur Model

Model ini terdiri dari dua persamaan diferensial nonlinier yang melacak:

  • K(t): Kekayaan nasional pada waktu t.
  • N(t): Investasi pada aset terkait air pada waktu t.

Model memperhitungkan:

  • Return on investment dari aset air (meningkatkan produktivitas).
  • Kerugian akibat risiko air (mengurangi kekayaan dan aset).
  • Trade-off investasi: Modal yang diinvestasikan pada air tidak bisa digunakan di sektor lain pada periode yang sama.

Fungsi Investasi Optimal

Penulis menguji tiga bentuk fungsi investasi, namun menemukan bahwa fungsi berbentuk inverted-U (parabola terbalik) paling realistis:

  • Pada tahap awal, investasi air meningkat seiring kebutuhan produktivitas dan mitigasi risiko.
  • Setelah titik optimal tercapai, tambahan investasi air justru menurunkan pertumbuhan ekonomi karena marginal return menurun.

Studi Kasus dan Simulasi: Trajektori Negara dan Perangkap Kemiskinan

Studi Kasus 1: Colorado River Basin, Amerika Serikat

  • Kondisi awal: Kekayaan dan endowmen air sedang.
  • Intervensi: Investasi besar pada irigasi dan bendungan sejak awal 1900-an (Newlands Reclamation Act, proyek Bureau of Reclamation).
  • Hasil: Pembangunan 180 proyek, mendukung 31 juta penduduk, biaya >$20 miliar, irigasi 4,5 juta acre, pertumbuhan kota besar (Denver, LA, Phoenix).
  • Dampak: Menstabilkan variabilitas iklim, mendukung pertumbuhan ekonomi, tapi juga menimbulkan degradasi lingkungan (delta Colorado di Meksiko tinggal <10% luas aslinya).
  • Pelajaran: Investasi air yang terarah mampu mengangkat ekonomi dari stagnasi menuju pertumbuhan, namun perlu diimbangi dengan perlindungan lingkungan.

Studi Kasus 2: Indus River Basin, Pakistan

  • Kondisi awal: Kekayaan dan endowmen air rendah, risiko tinggi.
  • Fakta: Sistem irigasi terbesar di dunia (60.000 km kanal, 16,45 juta ha lahan). Irigasi menyumbang 22% GDP, 54% tenaga kerja, 70% ekspor.
  • Masalah: Penurunan stok air per kapita dari 5.260 (1951) ke 1.032 m³ (2016), hanya 10% potensi hydropower dikembangkan, sering terjadi banjir besar (2010: 20 juta terdampak, 2.500 tewas, GDP turun 6%).
  • Konflik: Ketergantungan pada air dari India (Indus Waters Treaty 1960), persaingan pembangunan bendungan dan PLTA.
  • Pelajaran: Tanpa investasi besar dan kerjasama lintas negara, risiko air dapat menyeret ekonomi ke perangkap kemiskinan.

Studi Kasus 3: Rhine Basin, Eropa

  • Kondisi awal: Endowmen air cukup, kekayaan rendah (abad ke-18–19).
  • Strategi: Investasi awal pada navigasi dan land reclamation, diikuti industrialisasi dan pengembangan infrastruktur air.
  • Dampak: Pertumbuhan ekonomi pesat, namun meningkatkan risiko banjir dan polusi.
  • Adaptasi: Setelah banjir besar (1993, 1995), Belanda mengadopsi pendekatan Adaptation Tipping Points (ATP) untuk menilai efektivitas strategi air di bawah perubahan iklim.
  • Pelajaran: Investasi air yang cerdas dan adaptif mendorong pertumbuhan, namun harus terus dievaluasi agar tidak menciptakan risiko baru.

Hasil Model: S-Curve, Tipping Point, dan Poverty Trap

S-Curve Pertumbuhan

Model menunjukkan bahwa dengan fungsi investasi inverted-U, pertumbuhan ekonomi dan keamanan air mengikuti pola S-curve:

  • Fase awal: Pertumbuhan lambat karena investasi awal besar dibutuhkan untuk keluar dari risiko air.
  • Fase menengah: Pertumbuhan cepat saat investasi air dan ekonomi saling memperkuat.
  • Fase matang: Pertumbuhan melambat karena marginal return menurun, kebutuhan investasi air berkurang.

Poverty Trap (Perangkap Kemiskinan)

  • Negara dengan kekayaan dan endowmen air rendah, serta risiko tinggi, sangat rentan jatuh ke perangkap kemiskinan.
  • Tanpa investasi eksternal atau inovasi besar, ekonomi akan stagnan, kerentanan terhadap bencana air meningkat, dan kesejahteraan tidak membaik.
  • Lokasi tipping point (batas antara pertumbuhan dan stagnasi) sangat sensitif terhadap parameter seperti biaya investasi air, efisiensi, dan besarnya risiko.

Sensitivitas Model

  • Semakin besar kebutuhan investasi air (N₀/K₀), semakin besar peluang negara terjebak poverty trap.
  • Semakin tinggi return investasi air (rₘₐₓ), semakin mudah keluar dari perangkap.
  • Mengurangi kerugian akibat risiko air (kₑ, k_w) sangat efektif menggeser tipping point ke arah pertumbuhan.

Implikasi Kebijakan: Investasi Air sebagai Strategi Pertumbuhan dan Ketahanan

1. Kombinasi Investasi Fisik dan Institusional

  • Investasi air tidak hanya soal infrastruktur fisik, tetapi juga penguatan institusi, human capital, dan sistem informasi.
  • Contoh: Sistem distribusi air kota yang baik meningkatkan kesehatan, produktivitas, dan daya saing industri.

2. Pentingnya Risk Reduction

  • Investasi pada sanitasi, pengelolaan limbah, dan perlindungan ekosistem sama pentingnya dengan bendungan dan irigasi.
  • Asuransi, re-asuransi, dan catastrophe bonds dapat membantu mendistribusikan risiko secara finansial.

3. Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

  • Negara dengan variabilitas iklim tinggi harus berinvestasi lebih besar pada infrastruktur adaptif dan sistem peringatan dini.
  • Inovasi teknologi dan efisiensi penggunaan air dapat menurunkan biaya investasi air.

4. Kebijakan Pro-Growth dan Pro-Resilience

  • Kebijakan optimal menggabungkan investasi di sektor air dan non-air untuk mempercepat pertumbuhan dan memperkuat ketahanan.
  • Negara yang hanya fokus pada satu sisi (produktivitas atau proteksi) rentan stagnasi atau kerentanan baru.

Opini, Kritik, dan Perbandingan dengan Penelitian Lain

Kelebihan Paper

  • Model inovatif: Mengintegrasikan produktivitas dan risiko dalam satu kerangka dinamis.
  • Studi kasus nyata: Colorado, Indus, dan Rhine memperkaya pemahaman kontekstual.
  • Relevansi kebijakan: Memberi panduan konkret bagi negara berkembang dan maju dalam merancang investasi air.

Kritik

  • Kurang data kuantitatif mikro: Model masih bersifat makro dan normatif, belum membedah dinamika di tingkat rumah tangga atau komunitas.
  • Tidak membahas aspek sosial-politik secara mendalam: Konflik distribusi, peran gender, dan dinamika politik lokal hanya disentuh sekilas.
  • Tidak mengakomodasi eksternalitas lingkungan jangka panjang secara penuh: Degradasi ekosistem akibat investasi air besar-besaran perlu kajian lebih lanjut.

Perbandingan

  • Sejalan dengan studi Barbier (2004) tentang hubungan inverted-U antara investasi air dan pertumbuhan.
  • Memperluas pemikiran Grey & Sadoff (2007) soal water security dengan menambahkan aspek dinamika risiko dan tipping point.
  • Melengkapi literatur poverty trap (Dasgupta, Sachs) dengan fokus pada sektor air.

Hubungan dengan Tren Industri dan Global

  • SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi): Paper ini sangat relevan untuk strategi pencapaian SDG 6 dan integrasi air dalam agenda pembangunan nasional.
  • Nature-based Solutions dan Adaptasi Iklim: Model ini dapat dikembangkan untuk menguji efektivitas investasi pada solusi berbasis alam.
  • Finansialisasi risiko air: Asuransi, re-asuransi, dan catastrophe bonds kini makin penting dalam manajemen risiko air global.

Jalan Menuju Pertumbuhan Inklusif dan Tangguh

Paper ini menegaskan bahwa investasi air—baik fisik maupun institusional—adalah kunci keluar dari perangkap kemiskinan dan mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Namun, investasi harus dirancang adaptif, berbasis risiko, dan mempertimbangkan trade-off antara produktivitas dan perlindungan lingkungan. Negara yang gagal mengelola risiko air akan terjebak stagnasi, sementara yang cerdas berinvestasi dapat melesat menuju kemakmuran dan ketahanan.

Sumber Artikel

Simon Dadson, Jim W. Hall, Dustin Garrick, Claudia Sadoff, David Grey, Dale Whittington. Water security, risk, and economic growth: Insights from a dynamical systems model. Water Resources Research, 53, 6425–6438, 2017. doi:10.1002/2017WR020640