Mengurai Keterkaitan Keamanan Air dan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

22 Juni 2025, 06.19

pixabay.com

Air sebagai Kunci Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan

Laporan “Securing Water, Sustaining Growth” (GWP/OECD Task Force, 2015) merupakan salah satu karya paling komprehensif yang membedah hubungan antara keamanan air (water security) dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Laporan ini bukan hanya menyoroti ancaman krisis air global, tetapi juga menawarkan kerangka analisis, bukti empiris, dan studi kasus nyata yang relevan bagi pembuat kebijakan, pelaku industri, dan masyarakat luas. Artikel ini akan mengulas secara kritis isi laporan, menyoroti angka-angka kunci, studi kasus, serta membandingkannya dengan tren global dan memberikan opini serta rekomendasi kebijakan.

Mengapa Keamanan Air Menjadi Isu Global yang Mendesak?

Air adalah fondasi kehidupan dan pembangunan. Namun, laporan ini menegaskan bahwa sebagian besar negara berkembang masih berada dalam kondisi rawan air, sementara negara maju pun harus terus berinvestasi untuk menjaga keamanan air di tengah perubahan iklim, pertumbuhan ekonomi, dan degradasi lingkungan. World Economic Forum bahkan menempatkan risiko air sebagai ancaman terbesar terhadap ekonomi global dalam dekade terakhir.

Keamanan air bukan sekadar soal ketersediaan, tetapi juga tentang pengelolaan risiko—mulai dari kekeringan, banjir, polusi, hingga akses air bersih dan sanitasi. Ketika risiko-risiko ini berkelindan, tantangan mencapai keamanan air semakin kompleks dan mendesak.

Kerangka Konseptual: Dinamika Air, Risiko, dan Pertumbuhan

Laporan ini menawarkan kerangka yang menempatkan kekayaan air (water endowment)—baik dari sisi kuantitas, kualitas, maupun variabilitas—sebagai penentu kebutuhan investasi untuk mencapai tingkat keamanan air tertentu. Negara dengan “hidrologi sederhana” (misal, curah hujan stabil, sumber air melimpah) relatif lebih mudah dan murah mencapai keamanan air dibanding negara dengan “hidrologi sulit” (misal, variabilitas tinggi, sering banjir atau kekeringan).

Investasi dalam keamanan air meliputi tiga pilar utama: infrastruktur (bendungan, jaringan air minum, sistem irigasi), institusi (regulasi, tata kelola, insentif), dan sistem informasi (monitoring, peringatan dini). Ketiganya harus berjalan seiring agar manfaat investasi optimal dan risiko dapat diminimalkan.

Dampak Ekonomi Risiko Air: Bukti Empiris dan Angka Kunci

Studi empiris dalam laporan ini menggunakan analisis panel data pada 113 negara selama 1980–2012. Temuan utamanya:

  • Variabilitas hidrologi (runoff, banjir, kekeringan) terbukti menurunkan pertumbuhan ekonomi per kapita secara signifikan.
    Di Malawi, misalnya, penurunan dampak kekeringan sebesar 50% dapat meningkatkan PDB per kapita hingga 20% dalam simulasi jangka panjang. Di Brasil, efek serupa menghasilkan kenaikan PDB per kapita sebesar 7%.
  • Dampak terkuat terjadi di negara berpendapatan rendah, negara dengan stres air tinggi, dan negara yang ekonominya sangat tergantung pada pertanian.
    Negara-negara di Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan, dan sebagian Amerika Selatan paling rentan terhadap guncangan air.
  • OECD memproyeksikan pada 2050, sekitar 3,9 miliar orang akan hidup di bawah tekanan air berat.

Risiko Utama Keamanan Air Global

Laporan ini mengidentifikasi empat risiko utama:

  1. Kekeringan dan Kelangkaan Air:
    Risiko paling parah terjadi di Asia Selatan, Tiongkok utara, dan Afrika Utara. Di India dan Pakistan, permintaan irigasi yang terus meningkat memperparah kelangkaan air.
    Stabilitas produksi pangan global sangat dipengaruhi oleh keamanan air: peluang produksi gandum dunia turun di bawah 650 juta ton/tahun bisa ditekan dari 83% menjadi 38% jika keamanan air membaik.
    Potensi keuntungan kesejahteraan global dari keamanan air bagi petani irigasi diperkirakan mencapai US$94 miliar pada 2010.
  2. Banjir:
    Kerugian ekonomi akibat banjir diperkirakan mencapai US$120 miliar per tahun, hampir setengahnya terjadi di Amerika Utara.
    Banjir Thailand 2011 menewaskan 884 orang, menghancurkan 1,5 juta rumah, dan menyebabkan kerugian US$46 miliar, berdampak pada rantai pasok global, termasuk industri otomotif dan elektronik.
  3. Akses Air Bersih dan Sanitasi:
    Kekurangan air bersih dan sanitasi menyebabkan 1,4 juta kematian dini akibat penyakit diare pada 2010, dengan kerugian ekonomi global mencapai US$260 miliar per tahun.
    Dampak terbesar dirasakan di Asia Selatan dan Sub-Sahara Afrika, di mana jutaan orang masih harus berjalan jauh untuk mengambil air dan buang air besar sembarangan.
  4. Degradasi Ekosistem dan Polusi:
    Polusi, pengambilan air berlebihan, dan perubahan aliran sungai mengancam ekosistem air tawar di seluruh benua.
    Banyak sungai di dunia kini gagal memenuhi kebutuhan aliran lingkungan, mengancam keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem.

Studi Kasus: Jalur Menuju Keamanan Air di Berbagai Kawasan

Laporan ini menampilkan delapan studi kasus utama yang memperlihatkan jalur (pathways) investasi keamanan air di kota, sungai, dan akuifer.

1. Kota: Singapore dan Mexico City

  • Singapore berhasil mencapai keamanan air melalui kombinasi investasi besar pada infrastruktur (reservoir, desalinasi, pengolahan ulang air limbah), tata kelola kuat, dan harga air berbasis ekonomi.
    Komitmen pada inovasi dan efisiensi air membuat Singapura menjadi model global, dengan tingkat kebocoran air hanya 5% dan cakupan air bersih serta sanitasi hampir 100%.
  • Mexico City menghadapi tantangan besar akibat pertumbuhan penduduk, penurunan tanah, dan polusi. Investasi pada transfer antar-basin, penguatan institusi, dan desentralisasi tata kelola air menjadi kunci, meski tantangan sosial tetap tinggi.

2. Sungai: Rhine, Colorado, Mekong, São Francisco

  • Rhine di Eropa: Kerjasama internasional dan inovasi dalam pengelolaan banjir serta polusi berhasil menurunkan risiko dan meningkatkan kualitas air, meski investasi awal sangat besar.
  • Mekong di Asia Tenggara: Komisi Sungai Mekong berperan penting dalam pengumpulan data dan pengelolaan lintas negara, namun tantangan harmonisasi kepentingan nasional tetap besar.
  • Colorado dan São Francisco: Pengembangan infrastruktur besar-besaran di masa lalu kini menghadapi masalah “closure”—air tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan, sehingga diperlukan inovasi kelembagaan dan efisiensi penggunaan.

3. Akuifer: Guarani dan Nubian Sandstone

  • Guarani (Amerika Selatan): Eksploitasi berlebihan untuk kebutuhan kota menyebabkan penurunan muka air tanah 30–40 meter sejak 1970.
  • Nubian Sandstone (Afrika Utara): Ketergantungan pada air tanah untuk pertanian dan kota meningkatkan risiko penurunan kualitas dan subsiden tanah.

Pelajaran Umum dari Studi Kasus

  • Institusi, informasi, dan infrastruktur harus saling menguatkan.
    Investasi pada satu aspek tanpa didukung aspek lain sering gagal menghasilkan manfaat optimal.
  • Konteks sosial-politik sangat menentukan jalur investasi.
    Krisis sering menjadi pemicu investasi besar, tetapi perencanaan jangka panjang berbasis data dan adaptasi lebih efektif dalam jangka panjang.
  • Fleksibilitas dan inovasi penting untuk menghindari “lock-in” pada solusi usang.
    Pengalaman di Murray-Darling (Australia) menunjukkan bahwa pasar air dan inovasi kelembagaan mampu menjaga nilai pertanian meski pasokan air menurun drastis.

Analisis Kritis dan Opini

Kekuatan Laporan

  • Pendekatan holistik dan berbasis risiko:
    Tidak hanya menyoroti ancaman, tetapi juga peluang pertumbuhan dari investasi keamanan air.
  • Bukti empiris kuat:
    Analisis panel data dan studi kasus nyata memperkuat argumen.
  • Relevansi global:
    Studi kasus dari berbagai benua membuat laporan ini relevan untuk negara maju dan berkembang.

Kritik dan Tantangan

  • Monetisasi manfaat ekosistem masih terbatas:
    Banyak manfaat sosial-lingkungan sulit diukur secara ekonomi, sehingga sering diabaikan dalam pengambilan keputusan.
  • Keterbatasan data di negara berkembang:
    Analisis berbasis data global masih menghadapi tantangan kualitas dan ketersediaan data lokal.
  • Kesenjangan implementasi:
    Banyak negara telah mengadopsi prinsip keamanan air, namun pelaksanaan di lapangan masih tertinggal akibat lemahnya institusi dan pendanaan.

Relevansi dengan Tren Industri dan Kebijakan Global

  • Investasi keamanan air kini menjadi prioritas dalam agenda SDGs dan kebijakan iklim.
    Negara-negara seperti Tiongkok, India, dan Afrika Selatan mulai mengintegrasikan keamanan air dalam perencanaan pembangunan nasional.
  • Inovasi teknologi (desalinasi, efisiensi irigasi, smart water management) dan pembiayaan adaptif (insurance, PPP) semakin penting.
  • Keterlibatan sektor swasta dan masyarakat sipil dalam tata kelola air menjadi kunci keberhasilan.

Rekomendasi Kebijakan dan Praktik

  1. Prioritaskan investasi pada institusi, informasi, dan infrastruktur secara seimbang.
  2. Gunakan pendekatan adaptif dan berbasis risiko, bukan hanya reaktif terhadap krisis.
  3. Libatkan masyarakat dan sektor swasta dalam perencanaan dan pengelolaan air.
  4. Kembangkan sistem monitoring dan data berbasis teknologi untuk mendukung pengambilan keputusan.
  5. Pastikan perlindungan kelompok rentan dan ekosistem dalam setiap kebijakan air.

Menuju Masa Depan yang Aman Air dan Berkelanjutan

“Securing Water, Sustaining Growth” menegaskan bahwa keamanan air adalah fondasi pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan ketahanan lingkungan. Investasi yang tepat, berbasis bukti, dan adaptif terhadap perubahan adalah kunci untuk keluar dari perangkap kemiskinan air dan memastikan masa depan yang berkelanjutan. Laporan ini menjadi rujukan penting bagi pembuat kebijakan, pelaku industri, dan masyarakat yang ingin membangun dunia yang aman air, inklusif, dan berdaya tahan.

Sumber Artikel 

Sadoff, C.W., Hall, J.W., Grey, D., Aerts, J.C.J.H., Ait-Kadi, M., Brown, C., Cox, A., Dadson, S., Garrick, D., Kelman, J., McCornick, P., Ringler, C., Rosegrant, M., Whittington, D. and Wiberg, D. (2015) Securing Water, Sustaining Growth: Report of the GWP/OECD Task Force on Water Security and Sustainable Growth, University of Oxford, UK, 180pp.