Mengurai Keterbatasan DBB dan Menemukan Solusi IPD: Strategi Peningkatan Partnering dalam Proyek Konstruksi

Dipublikasikan oleh Anisa

28 Mei 2025, 09.30

Unplash.com

Pendahuluan: Saatnya Meninggalkan Fragmentasi dalam Proyek Konstruksi

Industri konstruksi Indonesia terus berkembang, namun masih terperangkap dalam kontradiksi sistemik antara tujuan proyek jangka panjang dan model kerja jangka pendek yang kompetitif. Salah satu akar masalahnya terletak pada sistem pengadaan proyek yang masih didominasi oleh model design-bid-build (DBB). Dalam paper ini, Sari dkk. (2024) memaparkan secara kritis bagaimana pendekatan DBB yang terfragmentasi telah menjadi batu sandungan kolaborasi, serta menawarkan strategi konkret untuk meningkatkan tingkat partnering menuju Integrated Project Delivery (IPD) yang lebih sinergis dan berkelanjutan.

Apa yang Salah dengan DBB?

Struktur DBB: Praktis, Tapi Terlalu Kompetitif

Model DBB, yang memisahkan entitas perancang dan pelaksana, memang memberikan kejelasan peran dan tahapan. Namun struktur ini justru menciptakan silo antarpihak. Setiap tahapan — dari tender perancang, pelaksanaan desain, tender kontraktor, hingga pelaksanaan konstruksi — berlangsung dalam iklim persaingan (kompetisi) yang kaku. Dalam analisis partnering oleh Thompson et al. (1998), DBB umumnya berada pada level “kompetisi”, level terendah dari skala kedalaman kolaborasi.

Dampak Nyata: Proyek Molor dan Boros

Berdasarkan studi tiga proyek gedung di Indonesia dengan nilai di atas 10 miliar rupiah, ditemukan bahwa ketiganya mengalami keterlambatan signifikan. Faktor penyebabnya mencakup:

  • Perubahan desain mendadak

  • Keterbatasan tenaga kerja terampil

  • Keterlambatan pengadaan material

  • Lambannya pengambilan keputusan

  • Efek pandemi COVID-19
     

Hasil analisis statistik menunjukkan deviasi standar yang besar pada grafik kemajuan proyek, menandakan ketidaksesuaian antara target dan realisasi.

Partnering: Dari Kompetisi Menuju Koalisi

Empat Tingkatan Partnering

Berdasarkan teori Larsson dan Thompson, partnering terbagi dalam empat tingkatan:

  1. Kompetisi: Relasi transaksional dan jangka pendek, tidak ada pembagian risiko.

  2. Kooperasi: Mulai ada komunikasi dan saling percaya.

  3. Kolaborasi: Fokus strategis jangka panjang, pengukuran kinerja bersama.

  4. Koalisi (Coalescence): Transparansi total, integrasi budaya kerja, pembagian risiko penuh.
     

Sayangnya, mayoritas proyek DBB di Indonesia masih berada pada tahap kompetisi, jauh dari kedalaman koalisi seperti yang ditemukan pada sistem IPD.

Mengenal IPD: Proyek Kolaboratif Sejak Hari Pertama

Integrated Project Delivery adalah sistem pengadaan yang menyatukan semua aktor utama (owner, desainer, kontraktor, vendor) sejak tahap nol persen desain. Dibandingkan DBB, IPD memiliki karakter:

  • Kontrak multipihak tunggal

  • Pembagian risiko dan keuntungan

  • Komitmen pada transparansi dan tujuan bersama

  • Fokus jangka panjang dan peningkatan berkelanjutan

Studi Kasus Internasional

Menurut Asmar et al. (2013), proyek dengan pendekatan IPD menunjukkan performa superior dalam aspek waktu, biaya, dan kualitas dibandingkan DBB dan DB. Bahkan, IPD mampu mengurangi pengulangan pekerjaan hingga 50% dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sebesar 10%.

Strategi Transformasi: DBB yang Lebih Kolaboratif

Apakah DBB Bisa Diubah Tanpa Mengganti Sistemnya?

Jawabannya: bisa. Paper ini menawarkan pendekatan transisional — mengubah praktik partnering dalam proyek DBB agar meniru kedalaman kolaborasi IPD, meski tanpa mengubah format kontraknya.

Rekomendasi Praktis

  1. Pemilihan Perancang Tanpa Tender Kompetitif
    Owner sebaiknya menunjuk perancang berdasar pengalaman dan visi sejalan, bukan sekadar harga termurah.

  2. Keterlibatan Kontraktor Sejak Awal
    Mengundang kontraktor dalam tahap desain untuk meminimalkan miskomunikasi dan variasi teknis.

  3. Kemitraan Jangka Panjang dengan Vendor
    Tidak lagi memilih pemasok berdasar tender harga, tetapi melalui kerja sama jangka panjang yang saling menguntungkan.
     

Visualisasi Model Perubahan

Transformasi DBB yang semula penuh persaingan dapat diarahkan menjadi kerja sama berbasis koalisi, sebagaimana digambarkan dalam skema model partnering (Gambar 8 dalam paper).

Tantangan Implementasi di Indonesia

Meskipun IPD menjanjikan banyak manfaat, implementasinya di proyek pemerintah di Indonesia masih terkendala oleh:

  • Kurangnya standar hukum dan kontrak multipihak

  • Ketidakpercayaan antar-pemangku kepentingan

  • Praktik tender yang masih berorientasi biaya

Namun, seperti disarankan penulis, peningkatan kualitas relasi dan keterlibatan sejak awal sudah cukup untuk menciptakan dampak besar — bahkan dalam sistem DBB.

Perspektif Industri: Relevansi dan Tren Terkini

Dengan meningkatnya tekanan terhadap efisiensi dan keberlanjutan, pendekatan seperti IPD menjadi relevan, apalagi di era pascapandemi di mana risiko proyek semakin kompleks. Model kerja berbasis kolaborasi juga sejalan dengan prinsip lean construction dan pendekatan agile yang kini mulai diadopsi oleh perusahaan besar seperti PT PP dan Wijaya Karya dalam beberapa proyek EPC.

Opini dan Komentar Tambahan

Paper ini sangat relevan karena tidak hanya menawarkan teori, tetapi juga strategi pragmatis yang bisa diadopsi tanpa harus merevolusi sistem. Kelebihannya terletak pada pendekatan lokal — menggunakan data proyek di Indonesia dan konsultasi dengan 14 pakar konstruksi — menjadikannya lebih aplikatif.

Namun, penelitian ini bisa lebih kuat jika ditambah:

  • Simulasi dampak finansial dari perubahan model partnering

  • Studi longitudinal proyek DBB yang berhasil mengadopsi prinsip IPD

  • Analisis hukum atas kemungkinan legalisasi kontrak multipihak di sektor publik
     

Kesimpulan: Jalan Menuju Proyek Konstruksi yang Lebih Baik

Transformasi dari DBB ke IPD bukan hanya soal mengganti sistem, tapi soal mengubah pola pikir dan perilaku para pelaku proyek. Pendekatan partnering yang lebih dalam, saling percaya, dan terbuka bisa dicapai bahkan tanpa merombak format kontrak. Paper ini menjadi panduan praktis menuju industri konstruksi Indonesia yang lebih kolaboratif, berkelanjutan, dan resilien menghadapi krisis.

Sumber

Sari, E.M., Irawan, A.P., Wibowo, M.A., et al. (2024). Design-Bid-Build to Integrated Project Delivery: Strategic Formulation to Increase Partnering. Journal of Infrastructure, Policy and Development, 8(1), 2242. https://doi.org/10.24294/jipd.v8i1.2242