Mengupas Ketahanan Air di Era Perubahan Lingkungan: Konsep, Tantangan, Studi Kasus, dan Solusi Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

25 Juni 2025, 09.59

pixabay.com

Ketahanan air (water security) kini menjadi isu strategis global, terutama di tengah tekanan perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan perubahan sosial ekonomi. Artikel “Water Security in a Changing Environment: Concept, Challenges and Solutions” karya Mishra et al. (2021) memberikan tinjauan komprehensif tentang evolusi konsep ketahanan air, tantangan utama yang dihadapi, serta solusi berkelanjutan yang dapat diadopsi di berbagai skala12. Resensi ini mengupas isi paper, menyoroti studi kasus nyata, data penting, serta membandingkan pendekatan yang diusulkan dengan tren dan praktik di sektor air global.

Konsep Ketahanan Air: Definisi dan Evolusi

Ketahanan air didefinisikan sebagai kapasitas suatu populasi untuk menjamin akses berkelanjutan terhadap air dalam jumlah dan kualitas yang memadai guna mendukung kehidupan, kesejahteraan, pembangunan sosial ekonomi, serta perlindungan terhadap bencana terkait air dan kelestarian ekosistem dalam suasana damai dan stabil12. Konsep ini telah berkembang dari sekadar penyediaan air bersih menjadi pendekatan multidimensi yang meliputi aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan tata kelola.

Data Penting:

  • Lebih dari 1,1 miliar orang di dunia kekurangan akses air minum bersih.
  • Sekitar 2,6 miliar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi dasar.
  • 1,2 miliar orang tinggal di wilayah yang mengalami kelangkaan air fisik, dan 1,6 miliar menghadapi kelangkaan air ekonomi12.

Tantangan Ketahanan Air di Era Perubahan Lingkungan

1. Tekanan Populasi dan Urbanisasi
Pertumbuhan penduduk dan urbanisasi pesat meningkatkan permintaan air, memperberat tekanan pada sistem pasokan dan pengelolaan air. Lebih dari 50% populasi dunia kini tinggal di kawasan urban, yang sering kali belum mampu menyediakan layanan air minimum bagi warganya12.

2. Perubahan Iklim dan Variabilitas Cuaca
Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana terkait air seperti banjir, kekeringan, dan tanah longsor. Laporan IPCC menyebutkan 87% dampak perubahan iklim akan berpengaruh langsung pada infrastruktur air2.

3. Kualitas Air dan Polusi
Pencemaran air permukaan dan air tanah akibat limbah domestik, industri, dan pertanian memperburuk ketersediaan air layak konsumsi. Banyak kota besar di negara berkembang menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan limbah cair dan perlindungan sumber air12.

4. Tata Kelola dan Keterbatasan Infrastruktur
Kurangnya infrastruktur, lemahnya tata kelola, dan pendekatan sektoral yang kaku menjadi penghambat utama dalam pencapaian ketahanan air. Pendekatan lama yang terfragmentasi dinilai tidak lagi relevan untuk menghadapi tantangan baru2.

Studi Kasus Global: Solusi Praktis dan Angka-angka

1. Huaifang Underground Water Reclamation Plant, Beijing

Proyek ini merupakan fasilitas daur ulang air limbah bawah tanah seluas 31 hektar yang mampu menghasilkan air daur ulang untuk keperluan industri dan kota, serta mengurangi tekanan pada sungai Liangshui. Empat bioreaktor besar digunakan untuk mengolah air limbah hingga standar kualitas lingkungan kelas IV. Proyek ini juga memanfaatkan sludge sebagai pupuk dan penutup lahan, serta mengurangi polusi suara dan bau3.

2. Omdurman Water Supply Optimization, Sudan

Untuk mengatasi kekurangan air minum di Khartoum, Sudan, dibangun instalasi pengolahan air skala besar dengan intake inovatif di Sungai Nil. Struktur intake ini mampu menangani fluktuasi permukaan sungai hingga 8 meter dan beban sedimen besar selama musim hujan, memastikan pasokan air tetap stabil sepanjang tahun3.

3. AICCA Project di Andes (Peru, Bolivia, Kolombia)

Didukung dana $10 juta, proyek ini berfokus pada ketahanan air dan adaptasi perubahan iklim di komunitas Andean, dengan pendekatan berbasis ekosistem dan pelibatan masyarakat lokal untuk pengelolaan sumber daya air berkelanjutan3.

4. Guandu Water Producer Project, Brasil

Melalui mekanisme pembayaran jasa lingkungan, petani dan peternak di hulu Sungai Guandu diberi insentif untuk melakukan reforestasi dan menjaga hutan riparian. Hasilnya, kualitas air di Rio de Janeiro membaik, sekaligus mengurangi emisi karbon dan meningkatkan ketahanan iklim4.

5. Farmer-Led Irrigation Development (FLID) di Afrika

Ratusan ribu petani kecil di Kenya, Somalia, Malawi, dan Rwanda mengembangkan irigasi berbasis inisiatif petani sendiri. FLID didukung panduan praktis dari World Bank dan GWSP, mempercepat perluasan irigasi dengan solusi adaptif berbasis kebutuhan lokal5.

Paradigma Baru dan Solusi Berkelanjutan

Artikel ini menyoroti perlunya pergeseran paradigma dari solusi ad hoc menuju pendekatan terintegrasi berbasis tata kelola adaptif dan kolaboratif (polycentric governance), serta kombinasi solusi teknis (hard) dan non-teknis (soft)12.

Solusi Berbasis Tata Kelola Adaptif dan Kolaboratif

  • Polycentric Governance: Pengambilan keputusan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di berbagai level (top-down dan bottom-up).
  • IWRM (Integrated Water Resources Management): Pendekatan lintas sektor yang mengintegrasikan dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, meski implementasinya masih menjadi tantangan di banyak negara berkembang2.

Solusi Kombinasi Hard dan Soft

  • Daur Ulang dan Reuse Air: Pengolahan air limbah untuk irigasi, kebutuhan industri, dan recharge air tanah.
  • Teknologi Hemat Air: Penerapan irigasi tetes, monitoring cerdas, dan panen air hujan.
  • Modeling dan Forecasting: Penggunaan model hidrologi untuk prediksi dan mitigasi risiko air, dengan dukungan data dan kapasitas SDM yang memadai2.

Solusi Berbasis Alam (Nature-Based Solutions)

  • Restorasi Ekosistem: Reforestasi, perlindungan lahan basah, dan pengelolaan DAS berbasis partisipasi masyarakat.
  • Manajemen Lanskap: Pendekatan berbasis lanskap untuk meningkatkan retensi air, kualitas air, dan ketahanan terhadap bencana24.

Indikator dan Penilaian Ketahanan Air

Penilaian ketahanan air membutuhkan indikator kuantitatif dan kualitatif yang mencakup:

  • Ketersediaan dan akses air
  • Risiko dan variabilitas
  • Keadilan dan penghidupan
  • Ekosistem dan biodiversitas
  • Kelembagaan dan aktor

Framework Asian Water Development Outlook (AWDO) mengukur ketahanan air dalam lima dimensi: rumah tangga, ekonomi, urban, lingkungan, dan resiliensi terhadap bencana air2.

Perbandingan dengan Penelitian Lain dan Tren Industri

Artikel ini sejalan dengan tren global yang menekankan solusi terintegrasi, kolaboratif, dan berbasis alam. World Bank dan GWSP, misalnya, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, inovasi pembiayaan, dan peran swasta dalam mempercepat pencapaian SDG 6 (air bersih dan sanitasi)5. Sementara itu, pendekatan FLID di Afrika dan proyek-proyek berbasis ekosistem di Amerika Selatan menegaskan efektivitas solusi partisipatif dan berbasis lokal53.

Kritik dan Opini

Kekuatan utama paper ini adalah pendekatan holistik yang mengintegrasikan berbagai disiplin dan skala, serta penekanan pada solusi berkelanjutan dan adaptif. Namun, implementasi di lapangan seringkali terkendala oleh lemahnya kapasitas institusi, keterbatasan pendanaan, dan resistensi terhadap perubahan tata kelola. Paper ini juga menyoroti perlunya indikator yang lebih sensitif terhadap konteks lokal dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Ketahanan air adalah fondasi pembangunan berkelanjutan dan kunci pencapaian SDGs. Tantangan yang dihadapi sangat kompleks dan memerlukan solusi inovatif, adaptif, serta kolaboratif lintas sektor dan skala. Studi kasus global menunjukkan bahwa kombinasi antara tata kelola adaptif, solusi teknis dan non-teknis, serta pendekatan berbasis alam adalah kunci keberhasilan.

Rekomendasi:

  • Pemerintah dan pemangku kepentingan perlu memperkuat tata kelola air berbasis kolaborasi dan partisipasi publik.
  • Investasi pada infrastruktur hijau dan teknologi hemat air harus diprioritaskan.
  • Pengembangan indikator ketahanan air yang kontekstual dan partisipatif sangat penting.
  • Pembelajaran lintas negara dan adaptasi solusi berbasis lokal perlu terus didorong.

Sumber Artikel (Bahasa Asli)

Mishra, B.K.; Kumar, P.; Saraswat, C.; Chakraborty, S.; Gautam, A. Water Security in a Changing Environment: Concept, Challenges and Solutions. Water 2021, 13, 490.