Mengapa Produktivitas Tenaga Kerja Jadi Isu Strategis di Sektor Konstruksi?
Di tengah ambisi besar pembangunan infrastruktur nasional, produktivitas tenaga kerja menjadi indikator vital bagi keberhasilan proyek konstruksi, terutama proyek jalan yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Dengan lebih dari 200 Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dicanangkan pemerintah sejak Perpres No. 109 Tahun 2020, efisiensi dan efektivitas kerja lapangan menjadi kebutuhan mutlak.
Artikel ini memaparkan hasil penelitian komprehensif oleh Rusdi U. Latief dan tim dari Universitas Hasanuddin, yang mengidentifikasi dan memodelkan hubungan antara berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di proyek konstruksi jalan di Indonesia dengan menggunakan pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis SmartPLS.
Metodologi: 200 Responden, 3 Kawasan, dan Analisis Statistik yang Kuat
Penelitian ini mengumpulkan data dari 200 responden yang tersebar di tiga wilayah berdasarkan pembagian Kementerian PUPR:
- Wilayah I: Sumatra dan Kalimantan
- Wilayah II: Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara
- Wilayah III: Sulawesi, Maluku, Papua
Data dikumpulkan menggunakan kuesioner berbasis skala Likert dan dianalisis dengan SmartPLS untuk mengukur hubungan antara empat variabel utama:
1. Kondisi Lapangan (Field Conditions)
2. Waktu (Time)
3. Faktor Finansial (Financial)
4. Tenaga Kerja Internal (Internal Labor)
Temuan Kunci: Faktor Internal Pekerja Adalah Penentu Tertinggi
1. Pengaruh Tenaga Kerja Internal
Faktor internal pekerja—yang meliputi pengalaman, keterampilan, motivasi, dan kondisi fisik—terbukti sebagai variabel paling dominan yang memengaruhi produktivitas.
- Wilayah I: kontribusi sebesar 98,7%
- Wilayah II: kontribusi sebesar 91,6%
- Wilayah III: kontribusi sebesar 91,2%
Temuan ini memperkuat literatur terdahulu seperti Soekiman et al. (2011) yang menyatakan bahwa kualitas sumber daya manusia adalah inti dari efisiensi pelaksanaan proyek.
2. Kondisi Lapangan dan Ketersediaan Finansial
Kondisi lapangan seperti cuaca, aksesibilitas, dan topografi berdampak hingga 62,6% pada Wilayah III.
Faktor finansial menjadi penggerak kedua, terutama dalam keberlanjutan pekerjaan dan pembayaran upah secara tepat waktu.
3. Waktu Sebagai Faktor Risiko Operasional
Keterlambatan jadwal atau perencanaan waktu yang tidak realistis menurunkan produktivitas secara signifikan, terutama di Wilayah II dan III.
Model Kuantitatif: Rumus Produktivitas Berdasarkan Kawasan
Peneliti menyusun model matematis berbasis regresi untuk memetakan kontribusi masing-masing faktor:
Wilayah I:
Y = 0.462X₁ + 0.45X₂ + 0.44X₃ + 0.987X₄
Wilayah II:
Y = 0.499X₁ + 0.637X₂ + 0.581X₃ + 0.916X₄
Wilayah III:
Y = 0.626X₁ + 0.534X₂ + 0.643X₃ + 0.912X₄
Ket:
- X₁ = Field Conditions
- X₂ = Time
- X₃ = Financial
- X₄ = Internal Labor
Studi Lapangan: Karakteristik Responden dan Relevansi Praktis
Mayoritas responden memiliki pengalaman 6–10 tahun dan berasal dari berbagai peran profesional seperti supervisor, quality engineer, dan manajemen konstruksi. Hal ini memberikan kredibilitas kuat terhadap keakuratan data karena berasal dari tenaga lapangan aktif.
Fakta Menarik:
- Responden Wilayah I lebih banyak menghadapi tantangan geografis.
- Wilayah II cenderung berurusan dengan kompleksitas proyek perkotaan dan tekanan waktu.
- Wilayah III menghadapi tantangan logistik dan medan ekstrem seperti di Papua dan Maluku.
Opini & Perbandingan dengan Penelitian Lain
Kelebihan Studi Ini:
- Skala nasional dengan representasi luas
- Pendekatan statistik yang valid dan reliabel (dengan nilai Cronbach’s Alpha > 0,9)
- Fokus pada proyek jalan yang memiliki peran strategis dalam konektivitas
Kekurangan:
- Masih terbatas pada proyek jalan dan belum mencakup jenis konstruksi lain seperti gedung atau jembatan
- Belum membedakan antara jenis kontraktor (BUMN, swasta, lokal)
Perbandingan:
Penelitian ini lebih mendalam dibanding studi seperti Hutasoit (2017) atau Ahn et al. (2014) yang hanya fokus pada satu aspek produktivitas seperti pengukuran waktu atau analisis RII.
Rekomendasi untuk Pemerintah dan Industri
1. Pelatihan Intensif Tenaga Kerja
Program peningkatan kapasitas untuk mengembangkan kompetensi kerja di lapangan harus jadi prioritas.
2. Perbaikan Sistem Insentif dan Upah
Agar motivasi kerja meningkat dan mengurangi turn-over pekerja.
3. Pemanfaatan Teknologi Pemantauan Produktivitas
Seperti BIM atau aplikasi berbasis mobile untuk real-time monitoring.
4. Peningkatan Integrasi Data Lapangan
Pemerintah dan asosiasi profesi bisa membuat sistem data nasional tentang produktivitas tenaga kerja untuk benchmarking proyek.
Kesimpulan: Meningkatkan Produktivitas adalah Investasi Masa Depan
Penelitian ini menegaskan bahwa produktivitas di sektor konstruksi jalan Indonesia tidak hanya bergantung pada alat berat atau dana proyek, tetapi lebih dari itu, pada kualitas manusia di balik pelaksanaannya. Fokus pada faktor internal pekerja, pengelolaan waktu, dan penguatan sistem logistik lapangan adalah kunci mencapai efisiensi yang lebih baik.
Sumber:
Latief, R. U., Anditiaman, N. M., Rahim, I. R., Arifuddin, R., & Tumpu, M. (2023). Labor Productivity Study in Construction Projects Viewed from Influence Factors. Civil Engineering Journal, Vol. 9, No. 3.
DOI: https://doi.org/10.28991/CEJ-2023-09-03-07