Mengungkap Akar Masalah Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung di Padang: Analisis Faktor, Dampak, dan Solusi Strategis

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

19 Mei 2025, 11.08

Freepik.com

Pendahuluan: Ketepatan Waktu, Pilar Keberhasilan Proyek Konstruksi

 

Setiap proyek konstruksi memiliki tiga tolok ukur utama keberhasilan: kualitas, biaya, dan waktu—dikenal sebagai triple constraint. Di antara ketiganya, waktu sering menjadi variabel paling kritis dan menantang. Keterlambatan dalam penyelesaian proyek bukan sekadar pergeseran jadwal, tetapi juga membawa dampak domino terhadap pembengkakan biaya dan kualitas hasil akhir.

 

Penelitian yang dilakukan oleh Monika Natalia dan tim dari Politeknik Negeri Padang mengangkat masalah ini secara spesifik pada proyek bangunan gedung di Kota Padang. Melalui pendekatan kuantitatif dan analisis statistik menggunakan SPSS, mereka berhasil mengidentifikasi faktor dominan penyebab keterlambatan dan dampaknya terhadap biaya proyek.

 

Metodologi Penelitian: Pendekatan Data Riil Lapangan

 

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan penyebaran kuisioner kepada para profesional konstruksi—termasuk project manager dan site manager—yang aktif dalam proyek bangunan gedung di Kota Padang dalam 10 tahun terakhir. Responden berasal dari kontraktor dengan klasifikasi M1-M2 dan proyek bernilai di atas 2 miliar rupiah.

 

Instrumen diuji dengan validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS versi 23. Uji korelasi Pearson dan analisis deskriptif membantu menilai kekuatan hubungan antar variabel serta tingkat signifikansi dari masing-masing penyebab keterlambatan.

 

Hasil Temuan: 7 Faktor Penentu Keterlambatan

 

Penelitian ini mengelompokkan penyebab keterlambatan ke dalam tujuh kategori utama:

 

1. Material (X1)

 

Jadwal penggunaan material yang tidak terperinci dan tidak tepat waktu menjadi penyebab keterlambatan paling dominan dengan nilai mean 3,55 (87,5%).

Proses pengiriman, kualitas bahan, hingga pengelolaan gudang ikut memengaruhi ritme kerja di lapangan.

 

2. Tenaga Kerja (X2)

 

Tempat tinggal tenaga kerja dan ketidakterperincian informasi pembagian kerja menjadi sub-faktor signifikan.

Nilai korelasi: 0,550 dan 0,481 menunjukkan hubungan kuat terhadap keterlambatan.

 

3. Peralatan (X3)

 

Kerusakan, kekurangan, dan ketidaksiapan alat turut menjadi pemicu stagnasi progres konstruksi.

 

4. Keuangan (X4)

 

Keterlambatan pembayaran oleh pemilik proyek serta fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi kendala kritis yang berdampak langsung terhadap operasional.

 

5. Lingkungan (X5)

 

Akses ke lokasi proyek yang sulit (nilai korelasi: 1,000, signifikan pada p < 0,001) menjadi faktor paling kuat yang memengaruhi keterlambatan.

Pengaruh cuaca, sosial budaya, dan premanisme juga memiliki nilai korelasi tinggi.

 

6. Perubahan (X6)

 

Desain yang sering berubah, pekerjaan tambahan, hingga kesalahan desain dari perencana memperlambat eksekusi proyek.

 

7. Kontrak (X7)

 

Konflik antara kontraktor dan konsultan serta keterlambatan pengambilan keputusan oleh pemilik proyek (owner) turut menambah kompleksitas di lapangan.

 

Dampak Keterlambatan: Biaya Membengkak, Risiko Membesar

 

Dampak dari keterlambatan pelaksanaan proyek tidak bisa dianggap remeh. Beberapa temuan penting dari penelitian ini adalah:

  • Penambahan biaya tenaga kerja: 91%
  • Biaya overhead kantor meningkat: 89,75%
  • Biaya perawatan tambahan selama pelaksanaan: 87,5%
  • Biaya akhir pelaksanaan melebihi rencana awal: 88,75%

Ini menunjukkan bahwa proyek yang molor dari jadwal bisa meningkatkan total pengeluaran secara drastis, bahkan hingga mendekati dua kali lipat dari anggaran semula, terutama jika tidak ada kontrol ketat terhadap aspek manajemen waktu dan logistik material.

 

Studi Kasus Nyata: Ketika Keterlambatan Menjadi Tragedi

 

Di Indonesia, berbagai insiden kecelakaan proyek menjadi bukti nyata dari lemahnya manajemen proyek. Misalnya:

  • Runtuhnya crane proyek LRT di Matraman, Jakarta Pusat
  • Ambruknya atap Manhattan Mall di Medan

Kejadian ini bukan hanya disebabkan oleh kesalahan teknis, tetapi mencerminkan kegagalan manajerial dalam mengantisipasi dan menangani keterlambatan serta risiko-risiko yang menyertainya.

 

Opini dan Analisis Tambahan: Membaca Tren dan Menawarkan Solusi

 

Dalam konteks industri konstruksi saat ini, keterlambatan semakin menjadi ancaman serius karena meningkatnya kompleksitas proyek dan tekanan waktu dari investor. Namun, ada beberapa solusi praktis yang bisa diterapkan:

 

Solusi Strategis:

  • Digitalisasi jadwal proyek menggunakan software seperti Primavera atau Microsoft Project
  • Sistem logistik berbasis RFID untuk pelacakan material secara real-time.
  • Modular construction untuk mempercepat pembangunan dan mengurangi risiko cuaca atau logistik.

 

Pembelajaran dari Negara Lain:

  • Di Jepang, sistem just-in-time telah terbukti menekan biaya dan waktu karena manajemen material yang sangat efisien.
  • Di Swedia, proyek konstruksi menggunakan building information modeling (BIM) untuk memetakan potensi delay sejak perencanaan.

 

Kesimpulan: Perencanaan Detail adalah Kunci

 

Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor paling dominan penyebab keterlambatan proyek konstruksi gedung di Kota Padang adalah ketidaktepatan jadwal penggunaan material. Diikuti oleh permasalahan tenaga kerja, akses lokasi proyek, dan koordinasi antar pihak dalam kontrak.

 

Melalui pemahaman yang mendalam terhadap penyebab dan dampaknya, para pelaku konstruksi bisa menyusun strategi preventif yang lebih akurat. Proyek konstruksi tidak lagi cukup hanya dijalankan dengan pengalaman, tapi butuh sistem pengelolaan berbasis data, prediksi, dan kolaborasi lintas tim.

 

 

Sumber:

 

Monika Natalia, dkk. (2018). Faktor Penyebab Kegagalan Akibat Keterlambatan Proyek Konstruksi pada Bangunan Gedung di Kota Padang. Jurnal Ilmiah Rekayasa Sipil, Vol XV No. 2. Link Resmi: https://jurnal.pnp.ac.id/index.php/jirs/article/view/132