Mengapa Kinerja Proyek Infrastruktur Irigasi Perlu Diperbarui?
Dalam era pembangunan berkelanjutan, ketahanan pangan menjadi isu utama yang tak bisa dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur pendukung seperti jaringan irigasi. Di Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mengalokasikan anggaran besar untuk sektor ini. Pada tahun 2016 misalnya, dari total anggaran sebesar Rp 103,8 triliun, sekitar Rp 29,7 triliun ditujukan khusus untuk bidang Sumber Daya Air.
Namun, besarnya anggaran tidak serta-merta menjamin keberhasilan proyek. Evaluasi kinerja masih dominan pada serapan anggaran dan pencapaian fisik. Pendekatan ini mengabaikan kontribusi dan kepuasan para stakeholder lain seperti petani, kontraktor, konsultan, dan bahkan pemerintah daerah. Oleh karena itu, pendekatan baru yang lebih holistik sangat dibutuhkan—dan di sinilah metode Performance Prism masuk sebagai solusi.
Apa Itu Performance Prism?
Performance Prism adalah model pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Neely & Adams (2000). Berbeda dari model Balanced Scorecard atau IPMS, Performance Prism menilai organisasi dari lima sisi yang saling terhubung:
-
Stakeholder Satisfaction
Apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh stakeholder? -
Stakeholder Contribution
Apa kontribusi stakeholder terhadap organisasi? -
Strategies
Strategi apa yang digunakan untuk memenuhi harapan stakeholder? -
Processes
Proses apa yang dibutuhkan untuk menjalankan strategi tersebut? -
Capabilities
Apa saja kapabilitas organisasi untuk mendukung proses dan strategi?
Model ini mengakui bahwa semua pihak memiliki ekspektasi dan kontribusi terhadap keberhasilan proyek, bukan hanya pengguna jasa utama.
Studi Kasus: Infrastruktur Irigasi Nasional
Masalah dalam Pengukuran Kinerja Proyek Saat Ini
-
Fokus berlebihan pada indikator output (anggaran & fisik).
-
Tidak mengintegrasikan peran serta kebutuhan stakeholder.
-
Tidak mencerminkan kualitas layanan dan dampak jangka panjang.
Untuk menjawab tantangan tersebut, penelitian ini menerapkan kerangka Performance Prism untuk proyek infrastruktur jaringan irigasi.
Metode Penelitian
-
Jenis: Kualitatif deskriptif.
-
Teknik: Observasi, wawancara, diskusi, dan studi literatur.
-
Responden: Stakeholder kunci proyek, seperti Kementerian PUPR, kontraktor, konsultan perencana/pengawas, auditor, petani, dan pemerintah daerah.
Hasil Utama: 15 Tujuan Bersama dan Ratusan KPI Teridentifikasi
Tujuan Bersama (Objective) Proyek
Penelitian mengidentifikasi 15 tujuan utama yang mewakili keinginan dan kebutuhan stakeholder, di antaranya:
-
Transparansi dan akuntabilitas anggaran.
-
Perencanaan matang sesuai tujuan proyek.
-
Pengadaan/lelang yang jujur dan kompetitif.
-
Pelaksanaan tepat waktu dan ramah lingkungan.
-
Kualitas dan kuantitas pekerjaan sesuai standar.
-
Efisiensi pengelolaan sumber daya.
-
Fungsionalitas hasil konstruksi.
-
Keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja.
-
Komunikasi dan koordinasi antar pihak.
-
Penyelesaian masalah proyek secara tuntas.
-
Monitoring dan pengawasan yang objektif.
-
Dokumentasi dan administrasi tertib.
-
Pemeliharaan infrastruktur berkelanjutan.
-
Ketepatan waktu pembayaran.
-
Pemberian manfaat riil kepada masyarakat.
Komponen Indikator Kinerja: Lebih Komprehensif dan Relevan
Indikator Tahap Perencanaan & Pelelangan
-
Keselarasan desain dengan tujuan nasional dan kondisi lapangan.
-
Efisiensi dan kemudahan implementasi.
-
Ketepatan prosedur lelang dan dokumentasi.
Indikator Tahap Pelaksanaan
-
Biaya, kualitas, dan kuantitas pekerjaan.
-
Pengelolaan sumber daya manusia dan material.
-
Aspek keselamatan kerja dan dampak lingkungan.
-
Efektivitas komunikasi dan pemecahan masalah.
-
Output fungsional proyek dan keterlibatan masyarakat.
Indikator Tahap Pemeliharaan
-
Konsistensi kualitas fisik pasca-konstruksi.
-
Efektivitas anggaran pemeliharaan.
KPI tersebut dapat digunakan untuk menyusun laporan berkala yang lebih bermakna dibanding sekadar persentase realisasi fisik.
Nilai Tambah: Apa Kelebihan Performance Prism?
Dibanding Balanced Scorecard:
-
Balanced Scorecard hanya berfokus pada shareholder dan customer.
-
Performance Prism memperluas cakupan hingga petani dan auditor.
Dibanding IPMS:
-
IPMS cenderung langsung menetapkan KPI tanpa mengaitkannya dengan strategi dan kapabilitas.
-
Performance Prism memastikan hubungan logis antara tujuan → strategi → proses → kapabilitas → KPI
Implikasi Praktis: Membuka Jalan untuk Evaluasi Proyek yang Lebih Cerdas
Bagi Pemerintah:
-
Menyediakan alat ukur yang mencerminkan keberhasilan jangka panjang, bukan sekadar pencapaian anggaran.
Bagi Kontraktor dan Konsultan:
-
Memperjelas ekspektasi dan kontribusi mereka dalam proyek.
-
Meningkatkan akuntabilitas kerja dan reputasi.
Bagi Petani dan Masyarakat Lokal:
-
Mendorong inklusi sosial dan ekonomi.
-
Menjamin bahwa hasil proyek benar-benar memberikan manfaat.
Kritik Konstruktif terhadap Penelitian
Kelebihan:
-
Pendekatan holistik dan partisipatif.
-
Penyusunan indikator berdasarkan data lapangan.
-
Memungkinkan personalisasi KPI berdasarkan jenis proyek.
Keterbatasan:
-
Tidak ada uji coba lapangan untuk melihat efektivitas KPI secara real-time.
-
Masih bersifat teoritis, perlu penerapan di proyek nyata.
-
Kurangnya kuantifikasi untuk validasi indikator numerik.
Rekomendasi dan Jalan ke Depan
-
Uji lapangan KPI pada proyek irigasi aktif agar indikator bisa diuji dampaknya terhadap efisiensi dan kepuasan stakeholder.
-
Penggunaan software berbasis dashboard untuk memantau KPI secara real-time.
-
Perluasan penggunaan model ini ke sektor lain, seperti proyek sanitasi, transportasi, dan pembangunan kota.
Kesimpulan: Menuju Sistem Evaluasi Proyek yang Lebih Bermakna
Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan Performance Prism sangat efektif dalam menciptakan sistem pengukuran kinerja yang inklusif dan strategis. Dengan mempertimbangkan harapan dan kontribusi semua stakeholder, evaluasi proyek tidak lagi bersifat sempit dan birokratis, melainkan menjadi instrumen manajemen yang visioner.
Di tengah tuntutan pembangunan berkelanjutan dan tata kelola yang lebih transparan, pendekatan seperti ini menjadi keniscayaan—bukan sekadar alternatif.
Sumber:
Aditya, Nofi. (2017). Identifikasi Indikator Kinerja Proyek Infrastruktur Jaringan Irigasi dengan Metode Performance Prism. Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek