Mengubah Bahaya: Bagaimana Lean Thinking Dapat Merevolusi K3 di Industri Konstruksi Nigeria.

Dipublikasikan oleh Raihan

20 Oktober 2025, 15.10

Kerangka Kerja Keselamatan Lean (LSF): Mendorong Kinerja K3 di Industri Konstruksi Nigeria Melalui Lensa Sistem Sosioteknik

Penelitian doktoral ini, "Examining Health and Safety through the Lean Thinking Lens: The Case of The Nigerian Construction Industry", menyajikan sebuah intervensi yang penting dan mendesak terhadap masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang parah di sektor konstruksi Nigeria. Dengan menggunakan Teori Sistem Sosioteknik (SST) sebagai lensa payung , tesis ini secara ambisius mengeksplorasi bagaimana adopsi praktik Lean Thinking dapat membentuk fondasi yang kokoh untuk sistem keselamatan yang komprehensif, khususnya di tengah kegagalan perusahaan konstruksi pribumi dalam memprioritaskan risiko. Kontribusi utama dari karya ini adalah pengembangan sebuah model yang dapat ditindaklanjuti—Kerangka Kerja Keselamatan Lean (LSF)—yang secara langsung mengatasi kesenjangan mendasar dalam penelitian K3 Nigeria, yaitu tidak adanya kerangka kerja pencegahan kecelakaan yang teruji.

Parafrase Isi Paper: Jalur Logis Perjalanan Temuan (Fokus pada Keterhubungan)

Perjalanan temuan dalam penelitian ini dimulai dari pengakuan atas tingkat kecelakaan yang tinggi dan kegagalan manajemen risiko di perusahaan konstruksi Nigeria. Secara logis, penulis berargumen bahwa pendekatan K3 tradisional yang fokus pada kesalahan individu ("mengapa kecelakaan terjadi setelah terjadi") tidak memadai. Kebutuhan ini mendorong peneliti untuk mengadopsi SST, yang menuntut optimasi gabungan dari komponen sosial (pekerja, organisasi, budaya) dan teknis (alat, sistem, proses) dari lingkungan kerja. Praktik Lean, sebagai sistem sosioteknik terintegrasi, diidentifikasi sebagai mekanisme ideal untuk mencapai optimasi gabungan ini.

Penelitian kualitatif dengan desain studi multi-kasus dilakukan melalui wawancara semi-terstruktur dan observasi non-partisipan pada enam perusahaan konstruksi (skala kecil dan menengah). Analisis tematik data ini secara eksplisit memetakan akar penyebab kecelakaan.

Temuan ini menunjukkan hubungan kuat antara kegagalan sistem sosioteknik dan akar penyebab kecelakaan, dengan koefisien deskriptif yang menunjukkan konsensus tinggi pada lima faktor utama — menunjukkan potensi kuat untuk objek penelitian baru. Analisis silang kasus pada enam perusahaan menunjukkan bahwa akar penyebab ini bersifat endemik dan persisten di seluruh skala organisasi yang diteliti.

Lima Akar Penyebab Utama Kecelakaan yang Diidentifikasi:

  1. Kurangnya informasi, pengetahuan, dan pelatihan.
  2. Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi atau mengenali bahaya/kondisi tidak aman sebelum memulai tugas.
  3. Mengidentifikasi bahaya/kondisi tidak aman namun tetap melanjutkan pekerjaan tanpa eliminasi terlebih dahulu.
  4. Kegagalan manajemen dalam menyediakan lingkungan kerja yang aman.
  5. Perilaku dan sikap negatif terhadap keselamatan oleh pekerja.

Setelah akar penyebab teridentifikasi, langkah logis penelitian berikutnya adalah menguji mekanisme mitigasi menggunakan tiga alat Lean utama: Metodologi 5S (Sort, Set in order, Shine, Standardize, Sustain) yang ditujukan untuk kerapian dan eliminasi bahaya fisik seperti tersandung , Manajemen Visual (VM) yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan memperingatkan bahaya secara eksplisit , dan Kerangka Kerja Pemecahan Masalah A3/PDCA (Plan-Do-Check-Act) sebagai alat perbaikan berkelanjutan untuk mendiagnosis dan mengatasi akar masalah kecelakaan.

Integrasi ketiga alat Lean ini, yang ditemukan dapat diimplementasikan untuk mengurangi akar penyebab kecelakaan, menghasilkan kontribusi inti dari tesis ini: Kerangka Kerja Keselamatan Lean (LSF). LSF ini berfungsi sebagai kerangka diagnostik, mengarahkan perusahaan untuk tidak hanya bereaksi terhadap kecelakaan (after the accident), tetapi untuk secara proaktif mendeteksi dan menghilangkan bahaya (before the accident). Keterhubungan antara temuan saat ini (lima akar penyebab) dan potensi jangka panjang terletak pada transisi dari budaya reaktif menjadi budaya proaktif dan berkelanjutan (Sustain/Shitsuke).

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Kontribusi penelitian ini bersifat ganda, memperkaya basis teoretis dan menyediakan cetak biru praktis untuk industri:

  1. Kontribusi Teoretis: Perluasan Teori Sistem Sosioteknik (SST). Tesis ini berhasil memperluas ranah penerapan SST. Secara konvensional, upaya keselamatan sebagian besar terhenti pada aspek individu atau teknis semata. Dengan menggabungkan SST dan Lean Practice, tesis ini merumuskan model yang lebih holistik dan terperinci, menunjukkan bagaimana harmonisasi aspek sosial, organisasional, dan teknis dari lingkungan kerja konstruksi—yang semuanya tercakup dalam LSF—adalah kunci untuk mitigasi akar penyebab kecelakaan. Ini mengatasi kritik terhadap metode konvensional yang mengabaikan konteks sosioteknik yang lebih luas.
  2. Kontribusi Praktis: Pengembangan Kerangka Kerja Keselamatan Lean (LSF). LSF adalah kontribusi praktis yang paling menonjol. Penelitian sebelumnya mengindikasikan kurangnya kerangka kerja pencegahan kecelakaan yang tersedia dalam penelitian K3 di Nigeria. LSF menutup kesenjangan ini dengan menyediakan kerangka kerja praktis bagi perusahaan konstruksi untuk mendiagnosis dan meningkatkan kinerja K3 mereka. LSF, yang secara struktural mengintegrasikan 5S, Visual Management, dan A3/PDCA, memungkinkan perusahaan untuk menangani akar penyebab kecelakaan secara sistematis dan berulang.

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Meskipun kuat secara teoretis dan diagnostik, penelitian ini memiliki batasan metodologis yang sekaligus membuka jalan bagi penelitian lanjutan:

  1. Sifat Kualitatif dan Generalisasi: Desain studi multi-kasus kualitatif yang melibatkan enam perusahaan indigenous (skala kecil dan menengah) membatasi validitas eksternal. Temuan yang kuat dan konsisten dari analisis silang kasus adalah dasar untuk pembangunan teori, tetapi tidak dapat digeneralisasi secara statistik. Pertanyaan terbuka yang muncul adalah apakah LSF dapat berfungsi secara efektif di perusahaan multinasional besar atau proyek infrastruktur skala besar.
  2. Keterbatasan Pengujian Efikasi: Karena kendala, penelitian tidak memasukkan studi kuantitatif untuk menguji efikasi LSF secara langsung (misalnya, membandingkan metrik K3 sebelum dan sesudah implementasi LSF). Hal ini menimbulkan pertanyaan terbuka: Seberapa efektif LSF dalam mengurangi tingkat kecelakaan aktual (seperti Accident Frequency Rate) dan sejauh mana faktor kepatuhan regulasi (yang rendah di Nigeria) memoderasi keberhasilannya?
  3. Hambatan Implementasi Budaya: Penelitian Lean sebelumnya telah mengidentifikasi hambatan seperti resistensi terhadap perubahan, masalah budaya, dan kurangnya pelatihan sebagai masalah mendasar. Sementara lima akar penyebab teridentifikasi, studi lanjutan diperlukan untuk memahami dinamika interaksi antara faktor sosial-budaya ini dan alat-alat teknis dalam LSF, khususnya pada langkah Sustain (Shitsuke) dalam 5S.

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan Justifikasi Ilmiah)

Rekomendasi berikut ditujukan untuk memperluas kontribusi tesis ini, mengubah LSF dari kerangka teoritis menjadi model industri yang teruji dan terukur, serta memperkuat jembatan antara SST dan Lean Thinking.

  1. Validasi Kuantitatif LSF Melalui Analisis Regresi Lintas Sektor
    • Justifikasi Ilmiah: LSF telah dikembangkan secara kualitatif, namun efikasi aktualnya dalam mengurangi tingkat kecelakaan memerlukan bukti statistik untuk mendukung klaim peningkatan kinerja. Uji statistik akan memperkuat validitas eksternal kerangka kerja.
    • Rekomendasi: Melakukan studi kuantitatif (survei skala besar) pada lebih dari 50 perusahaan konstruksi. Studi ini harus menggunakan Analisis Regresi untuk mengukur dampak implementasi LSF (variabel independen: skor kepatuhan LSF, dipecah per 5S, VM, A3/PDCA) terhadap metrik K3 utama (variabel dependen: Accident Frequency Rate dan Lost Time Injury Frequency Rate).
    • Kebutuhan Penelitian Lanjutan: Penelitian ini diperlukan untuk membuktikan secara empiris, dengan koefisien signifikan, bahwa integrasi sistem sosioteknik secara Lean memberikan pengurangan risiko yang substansial, bukan hanya perubahan persepsi.
  2. Studi Komparatif Lintas Negara Berkembang dengan Karakteristik Serupa
    • Justifikasi Ilmiah: Tesis ini menyarankan bahwa akar penyebab kecelakaan di Nigeria mungkin serupa dengan negara berkembang lain (misalnya, Ghana, Kamerun, Liberia) yang memiliki karakteristik industri, tingkat penegakan hukum K3, dan budaya kerja yang sebanding. Pengujian lintas-konteks akan meningkatkan generalisasi teoritis kerangka kerja.
    • Rekomendasi: Melakukan studi komparatif kuantitatif di antara perusahaan konstruksi di Nigeria dan setidaknya dua negara Afrika lainnya. Pendekatan ini harus menggunakan analisis struktural (misalnya, Structural Equation Modeling) untuk menguji apakah hubungan antara alat Lean dan mitigasi akar penyebab tetap stabil di bawah kondisi budaya dan peraturan yang berbeda.
    • Kebutuhan Penelitian Lanjutan: Untuk menyempurnakan LSF menjadi model regional yang dapat diterapkan di negara-negara berkembang, riset ini wajib dilakukan guna memvalidasi fleksibilitas dan adaptabilitas kerangka kerja.
  3. Memperluas Penerapan LSF ke Sektor Manufaktur dengan Fokus Sosioteknik
    • Justifikasi Ilmiah: Konsep Lean Thinking berasal dari sektor manufaktur, dan alat-alat pembentuk LSF (5S, VM, A3/PDCA) juga umum digunakan di sektor ini. Pengujian LSF di luar konstruksi akan memperkaya kontribusi teoritisnya kepada teori Lean secara keseluruhan.
    • Rekomendasi: Melakukan studi kasus kualitatif dan kuantitatif gabungan untuk menerapkan dan menguji LSF di beberapa pabrik manufaktur di Nigeria.
    • Fokus: Membandingkan kinerja K3 (misalnya, tingkat kecelakaan dan efisiensi operasional) sebelum dan sesudah implementasi LSF, untuk melihat bagaimana faktor teknis (mesin/otomatisasi) berinteraksi dengan faktor sosial (budaya pekerja) dalam kerangka yang dikembangkan. Riset ini akan menguji batas-batas penerapan LSF sebagai kerangka keselamatan sosioteknik generik.
  4. Analisis Longitudinal Peran Kepemimpinan Manajemen Terhadap Keberlanjutan Lean
    • Justifikasi Ilmiah: "Kegagalan manajemen" adalah akar penyebab utama. Dalam konteks Lean, keberlanjutan (langkah Sustain atau Shitsuke dalam 5S) sangat bergantung pada komitmen pimpinan. Diperlukan pemahaman yang lebih dalam tentang peran aspek "sosial" dan "organisasional" SST.
    • Rekomendasi: Melakukan Penelitian Kualitatif Longitudinal (studi selama 12–18 bulan) yang berfokus pada peran kepemimpinan C-suite dan manajer proyek di perusahaan yang mengimplementasikan LSF.
    • Fokus: Menganalisis bagaimana gaya kepemimpinan (variabel intervensi) memengaruhi keberlanjutan dan kepatuhan finansial/waktu (variabel dependen) terhadap LSF. Ini akan menguji joint optimization dari aspek sosial-manajemen dan teknis-proses secara real-time.
  5. Riset Pengembangan Alat Diagnosis Digital Berbasis LSF
    • Justifikasi Ilmiah: Agar LSF diadopsi secara luas di lapangan, terutama di perusahaan skala kecil dan menengah yang memiliki sumber daya terbatas, kerangka kerja tersebut harus mudah diterapkan dan diukur. Pengembangan alat digital adalah langkah logis dari proses standardize (Seiketsu) dan sustain (Shitsuke).
    • Rekomendasi: Riset yang berfokus pada pengembangan dan pengujian purwarupa aplikasi perangkat lunak (digital tool) berdasarkan alur kerja A3/PDCA dan komponen Visual Management.
    • Fokus: Alat ini harus memfasilitasi pelaporan bahaya secara visual, memandu tim dalam proses Plan-Do-Check-Act (PDCA) untuk masalah keselamatan, dan secara otomatis memetakan bahaya ke salah satu dari lima akar penyebab LSF, menyediakan data waktu nyata untuk mitigasi dan perbaikan berkelanjutan.

Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi akademik (Universitas), industri (Asosiasi Kontraktor), dan pemerintah (Badan Pengawas K3) untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil, serta mendorong adopsi LSF ke dalam kebijakan nasional.

Sertakan tautan DOI resmi sebagai acuan utama: Baca paper aslinya di sini