Mengoptimalkan Keberlanjutan Proyek Jalan Melalui Analisis Risiko Lingkungan dan Sosial: Pelajaran dari Model Global

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana

17 November 2025, 08.52

Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?

Penelitian dalam Sustainability (2021) menekankan bahwa pembangunan jalan—meskipun vital—sering kali mengabaikan risiko lingkungan dan sosial yang kompleks. Proyek jalan dapat memicu degradasi lingkungan, polusi, konflik sosial, dan perubahan tata guna lahan yang tidak terkendali jika tidak dikelola dengan baik.

Temuan penting dari studi ini adalah kebutuhan integrasi Environmental & Social Risk Assessment (ESRA) sejak tahap perencanaan. Model ESRA memungkinkan pemerintah mengidentifikasi potensi kerugian ekologis dan sosial lebih awal, sehingga kebijakan pembangunan jalan dapat lebih adaptif, mencegah konflik, dan menjaga keberlanjutan jangka panjang. Dalam konteks Indonesia, dengan proyek masif seperti Jalan Tol Trans Sumatera dan IKN, mengadopsi pendekatan ESRA memastikan pembangunan tidak hanya cepat dan efisien, tetapi juga aman bagi masyarakat dan lingkungan.

Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang

Dampak Positif Implementasi ESRA:

  • Proyek jalan yang menerapkan ESRA memiliki tingkat komplain sosial lebih rendah hingga 40%.

  • Pengelolaan risiko lingkungan yang baik menekan kerusakan habitat dan polusi.

  • Keputusan desain yang berorientasi risiko meningkatkan efisiensi biaya jangka panjang karena mengurangi biaya rehabilitasi.

Hambatan Utama:

  • Kurangnya kapasitas teknis dalam memahami indikator risiko lingkungan dan sosial.

  • Minimnya integrasi lintas sektor (perencana, insinyur, dan pihak lingkungan hidup).

  • Tekanan politik dan ekonomi yang mendorong percepatan proyek.

  • Ketersediaan data minim, sehingga analisis risiko hanya bersifat formalitas.

Peluang Penguatan:

Digitalisasi data melalui GIS, remote sensing, dan machine learning memungkinkan penilaian risiko yang lebih detail. Pelatihan seperti Kursus Pembangunan Infrastruktur dan Pelestarian Lingkungan Hidup dapat menjadi fondasi penting bagi aparatur untuk memahami risiko lingkungan-sosial secara komprehensif.

5 Rekomendasi Kebijakan Praktis

  1. Integrasikan ESRA dalam Setiap Tahap Siklus Proyek: Mulai dari perencanaan, desain, konstruksi, hingga pemeliharaan. Jadikan ESRA sebagai syarat wajib sebelum proyek jalan disetujui.

  2. Kembangkan Sistem Data Risiko Nasional: Pemerintah perlu membangun basis data lingkungan dan sosial berbasis GIS untuk mempermudah analisis risiko.

  3. Wajibkan Pelatihan ESRA untuk Perencana dan Konsultan: Pelatihan dapat menjadi standar kompetensi nasional.

  4. Terapkan Mekanisme Partisipasi Publik Berkelanjutan: Masyarakat lokal harus dilibatkan dalam identifikasi risiko, audit sosial, dan evaluasi dampak.

  5. Gunakan Teknologi Remote Sensing dan AI untuk Pemantauan: Teknologi ini mempermudah pengawasan kerusakan lingkungan dan potensi konflik secara real-time.

Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan

Kebijakan ESRA berpotensi gagal jika: hanya diperlakukan sebagai dokumen administratif, tidak didukung oleh keahlian teknis, tidak memiliki mekanisme verifikasi independen, atau laporan risiko disusun tanpa partisipasi masyarakat. Ketidaktepatan implementasi dapat menyebabkan kesenjangan di mana proyek jalan berlanjut, sementara kerugian sosial dan ekologis tetap terjadi.

Penutup

Penelitian ini menegaskan bahwa keberlanjutan proyek jalan tidak dapat dicapai tanpa manajemen risiko lingkungan dan sosial yang terstruktur. ESRA bukan sekadar alat teknis, tetapi fondasi pembangunan infrastruktur yang bertanggung jawab dan berpihak pada masyarakat. Dengan menggabungkan teknologi, partisipasi publik, dan kapasitas kelembagaan, Indonesia dapat membangun sistem pembangunan jalan yang lebih adil, efisien, dan berkelanjutan.

Sumber

Authors. (2021). Sustainability, Vol. 13, Article 3743.