Transformasi digital kini menjadi keniscayaan di hampir semua sektor industri. Namun, penelitian dan praktik lapangan menunjukkan bahwa keberhasilan transformasi digital tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada pola pikir (mindset) yang mendasari penggunaannya. Sebagaimana diungkapkan oleh Tsedal Neeley dan Paul Leonardi dalam Harvard Business Review, organisasi yang ingin berkembang di era digital perlu mengembangkan digital mindset—suatu cara berpikir dan berperilaku yang memungkinkan individu dan tim melihat peluang melalui data, algoritma, dan kecerdasan buatan.
Kasus perusahaan Atos, Philips, Moderna, dan Unilever menunjukkan bahwa adopsi teknologi tanpa perubahan mindset akan menghasilkan transformasi yang dangkal. Sebaliknya, ketika budaya belajar, integrasi sistem, dan adaptasi manusia berjalan serempak, digitalisasi dapat mengubah bukan hanya proses bisnis, tetapi juga daya tahan dan ketangkasan organisasi.
Apa Itu Digital Mindset?
Digital mindset bukan sekadar kemampuan mengoperasikan perangkat lunak atau memahami analitik data.
Ia adalah cara berpikir yang memandang teknologi sebagai peluang strategis untuk menciptakan nilai baru.
Individu dengan digital mindset melihat pola dalam data, memahami potensi algoritma, dan menggunakan AI untuk mempercepat inovasi serta pengambilan keputusan.
Penelitian menunjukkan bahwa karyawan dengan digital mindset cenderung memiliki:
-
Produktivitas dan kepuasan kerja lebih tinggi,
-
Peluang promosi yang lebih besar, serta
-
Kesiapan lebih baik menghadapi disrupsi teknologi.
Sementara bagi organisasi, keberadaan mindset ini menciptakan budaya fleksibel, kolaboratif, dan berbasis pembelajaran berkelanjutan.
Belajar dari Atos: Transformasi yang Dimulai dari Pembelajaran
Ketika Thierry Breton memimpin Atos pada 2008, ia menyadari bahwa pertumbuhan perusahaan tidak akan berlanjut tanpa reformasi digital. Ia meluncurkan program Digital Transformation Factory—pelatihan bersertifikat berbasis AI dan data analytics yang bersifat sukarela. Keberhasilan program ini bukan karena sistemnya canggih, melainkan karena motivasi karyawan untuk belajar tumbuh secara organik.
Lebih dari 70.000 karyawan mendapatkan sertifikasi dalam tiga tahun, membuktikan bahwa transformasi sejati terjadi ketika individu menginternalisasi nilai digital, bukan sekadar menjalani pelatihan formal.
Membangun Budaya Pembelajaran Berkelanjutan
Contoh lain datang dari Philips, yang beralih dari produsen perangkat kesehatan menjadi penyedia solusi digital. Perusahaan ini menciptakan sistem AI-powered learning platform yang menyesuaikan materi pelatihan dengan kebutuhan dan ritme tiap individu. Pendekatan ini memperkuat pembelajaran sosial (social learning)—di mana karyawan saling berbagi pengetahuan, menciptakan ekosistem belajar yang adaptif dan inklusif.
Transformasi budaya ini menegaskan bahwa teknologi hanya akan efektif jika diimbangi dengan kesiapan manusia untuk terus belajar.
Integrasi Sistem dan Proses: Pelajaran dari Moderna dan Unilever
Moderna menjadi contoh ideal bagaimana integrasi sistem digital dapat mempercepat inovasi. Dengan arsitektur berbasis cloud, data yang terbuka, dan algoritma AI untuk R&D, perusahaan ini berhasil mengembangkan lebih dari 20 algoritma baru hanya beberapa bulan setelah pandemi COVID-19 dimulai. Seperti dikatakan CEO Stéphane Bancel, “Digitization only makes sense once the processes are done.” Artinya, digitalisasi harus dimulai dari restrukturisasi proses kerja—bukan sekadar implementasi perangkat lunak.
Sementara itu, Unilever membuktikan bahwa transformasi digital juga dapat diterapkan dalam skala global. Dengan membentuk lebih dari 300 tim agile lintas negara, perusahaan berhasil memadukan data global dan fleksibilitas lokal. Pendekatan ini menunjukkan bahwa organisasi besar sekalipun dapat menjadi gesit bila didukung oleh mindset digital yang terdistribusi di seluruh level.
Tantangan: Membangun Kepercayaan dan Kapasitas Belajar
Digital transformation sering menghadapi resistensi.
Menurut Neeley dan Leonardi, tantangan utama terletak pada dua aspek:
-
Tingkat kepercayaan (buy-in) terhadap manfaat transformasi, dan
-
Kapasitas belajar (capacity to learn) para karyawan.
Organisasi perlu menilai posisi setiap individu dalam digital adoption matrix: apakah mereka terinspirasi, frustrasi, acuh, atau tertekan.
Manajer berperan penting dalam memindahkan anggota tim menuju kuadran “terinspirasi”—melalui komunikasi, pelatihan, dan pemberian peran bermakna dalam proyek digital
.
Mengelola Perubahan Sebagai Proses Permanen
Era digital tidak memiliki “titik akhir transformasi.” Teknologi, data, dan perilaku pelanggan terus berubah, sehingga organisasi harus melihat perubahan sebagai kondisi permanen. Pemimpin perlu membangun budaya yang mampu beradaptasi terus-menerus, bukan sekadar bereaksi terhadap tren. Dengan kata lain, transformasi digital bukan tujuan akhir, melainkan cara hidup organisasi modern.
Kesimpulan
Membangun digital mindset berarti menggeser paradigma dari sekadar menguasai alat menjadi menguasai cara berpikir baru.
Organisasi yang berhasil adalah yang mampu menyatukan teknologi, manusia, dan budaya belajar dalam satu arah perubahan yang berkelanjutan.
Seperti disimpulkan Neeley dan Leonardi, digital transformation bukan sekadar proyek IT, tetapi proyek manusia.
Ketika individu di seluruh level memiliki rasa ingin tahu, keberanian bereksperimen, dan kesiapan untuk terus belajar, maka transformasi digital akan menjadi bagian alami dari evolusi organisasi — bukan sekadar slogan perubahan.
Daftar Pustaka
Neeley, T., & Leonardi, P. (2022). Developing a digital mindset. Harvard Business Review, 100(4), 63–80.
Davenport, T. H., & Westerman, G. (2018). Why so many high-profile digital transformations fail. Harvard Business Review.
Leonardi, P. M. (2021). The digital mindset: What it really takes to thrive in the age of data, algorithms, and AI. Harvard Business Review Press.
Nadella, S. (2017). Hit refresh: The quest to rediscover Microsoft’s soul and imagine a better future for everyone. Harper Business.
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). (2023). The digital transformation of SMEs. Paris: OECD Publishing.
Westerman, G., Bonnet, D., & McAfee, A. (2014). Leading digital: Turning technology into business transformation. Harvard Business Review Press.
World Economic Forum. (2024). Future readiness of organizations: Leading in the age of AI. Geneva: WEF.