Mengelola Sampah: Pengertian, Prinsip dan Sejarah

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra

02 Mei 2024, 09.50

Sumber: en.wikipedia.org

Pengelolaan sampah

Pengelolaan limbah adalah serangkaian langkah dan tindakan yang diperlukan untuk mengatur limbah dari awal hingga pembuangan akhir. Ini termasuk pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan limbah, serta pemantauan dan pengaturan proses pengelolaan limbah dan semua aturan serta teknologi yang terkait.

Limbah dapat berupa padat, cair, atau gas, dan masing-masing jenisnya memerlukan pendekatan yang berbeda dalam pembuangan dan pengelolaannya. Pengelolaan limbah mencakup semua jenis limbah, dari industri, biologis, rumah tangga, kota, organik, biomedis, hingga radioaktif. Beberapa jenis limbah bahkan dapat membahayakan kesehatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui air, tanah, dan makanan.

Tujuan utama pengelolaan limbah adalah mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Kebanyakan praktik pengelolaan limbah terfokus pada limbah padat perkotaan, yang berasal dari industri, komersial, dan rumah tangga. Namun, praktik pengelolaan limbah tidak konsisten di seluruh negara dan wilayah, dan dapat bervariasi tergantung pada sektor perumahan dan industri.

Meskipun penting untuk membangun kota yang berkelanjutan dan layak huni, pengelolaan limbah masih menjadi tantangan besar bagi banyak negara dan kota berkembang. Upaya efektif dalam pengelolaan limbah membutuhkan investasi finansial yang signifikan, dengan biaya yang dapat mencapai 20% hingga 50% dari anggaran kota. Menciptakan sistem pengelolaan limbah yang terintegrasi, berkelanjutan, dan didukung oleh masyarakat menjadi kunci dalam mengatasi tantangan ini.

Selain itu, praktik pengelolaan limbah juga mencakup pendekatan berbasis ekonomi sirkular, pengembangan fasilitas pembuangan limbah yang efektif, kontrol ekspor dan impor, serta desain produk yang berkelanjutan dan optimal.

Penting untuk diingat bahwa pengelolaan limbah yang efektif tidak hanya mencakup pembuangan akhir, tetapi juga melibatkan praktik-praktik seperti menolak, mengurangi, menggunakan kembali, memperbaiki, menetapkan ulang, mendaur ulang, dan memulihkan limbah. Melalui langkah-langkah ini, kita dapat mengurangi dampak buruk limbah terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, serta membangun masyarakat yang lebih berkelanjutan secara keseluruhan.

Prinsip pengelolaan sampah

Hirarki sampah adalah konsep yang mencakup "3R": Reduce (Mengurangi), Reuse (Menggunakan kembali), dan Recycle (Mendaur ulang), yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah berdasarkan prioritas dalam upaya meminimalkan limbah. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan manfaat praktis dari produk dan menghasilkan jumlah limbah akhir yang minimal. Hirarki ini direpresentasikan sebagai piramida, dengan langkah-langkah pencegahan sampah menjadi yang paling diutamakan. Kemudian, langkah-langkah alternatif termasuk menggunakan kembali produk, mendaur ulang, dan pengomposan. Pilihan terakhir adalah pemulihan material dan limbah menjadi energi, diikuti oleh pembuangan di tempat pembuangan sampah atau melalui pembakaran tanpa pemulihan energi.

Siklus hidup suatu produk dimulai dari desain, melalui manufaktur, distribusi, penggunaan primer, dan kemudian melalui tahapan hierarki sampah, yaitu pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang. Setiap tahap dalam siklus hidup produk memberikan kesempatan untuk intervensi kebijakan guna meminimalkan limbah yang dihasilkan.

Efisiensi sumber daya adalah konsep yang mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi global tidak dapat berlanjut dengan pola produksi dan konsumsi saat ini. Efisiensi sumber daya bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dari produksi dan konsumsi barang-barang, mulai dari ekstraksi bahan mentah hingga penggunaan dan pembuangan akhir.

Prinsip pencemar membayar menetapkan bahwa pihak yang menyebabkan pencemaran harus bertanggung jawab atas dampak negatifnya terhadap lingkungan. Dalam konteks pengelolaan limbah, ini sering kali berarti bahwa pihak yang menghasilkan limbah harus membayar untuk pembuangan material yang tidak dapat didaur ulang dengan benar.

Sejarah 

Selama sebagian besar sejarah manusia, jumlah limbah yang dihasilkan tidak begitu signifikan karena tingkat kepadatan penduduk yang rendah dan pola eksploitasi sumber daya alam yang berbeda. Di masa pra-modern, limbah umumnya berupa abu dan limbah organik yang bisa terurai sendiri, dan seringkali dilepaskan kembali ke dalam tanah secara lokal dengan dampak lingkungan yang minimal. Barang-barang seperti perkakas dari kayu atau logam biasanya digunakan kembali atau diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Namun, ada beberapa peradaban yang lebih boros dalam menghasilkan limbah daripada yang lain. Sebagai contoh, suku Maya di Amerika Tengah memiliki ritual bulanan di mana mereka membakar sampah di tempat pembuangan sampah besar.

Pada era modern, dengan dimulainya industrialisasi dan pertumbuhan kota yang pesat di Inggris, penumpukan sampah di kota-kota menyebabkan penurunan drastis dalam sanitasi dan kualitas kehidupan perkotaan. Jalanan dipenuhi kotoran karena kurangnya regulasi pembuangan sampah. Seruan untuk pembentukan otoritas kota dengan tanggung jawab pembuangan limbah telah muncul sejak tahun 1751, tetapi undang-undang pertama mengenai masalah ini baru muncul pada pertengahan abad ke-19, dipicu oleh wabah kolera yang semakin parah.

Laporan tentang Kondisi Sanitasi Penduduk yang Bekerja oleh Edwin Chadwick pada tahun 1842 sangat berpengaruh dalam memastikan pengesahan undang-undang pertama yang bertujuan untuk membersihkan dan membuang limbah. Ini memicu proses pembentukan regulasi pengelolaan limbah di London dan membuka jalan bagi pemikiran baru tentang pentingnya fasilitas pembuangan dan pengelolaan limbah yang memadai untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Peningkatan tajam jumlah limbah yang harus dibuang memicu pembangunan pabrik insinerasi pertama, atau yang kemudian dikenal sebagai "penghancur". Pada tahun 1874, insinerator pertama dibangun di Nottingham, tetapi mendapat tentangan karena banyaknya abu yang dihasilkan dan tersebar ke daerah sekitarnya. Sistem pembuangan limbah kota serupa mulai muncul di kota-kota besar di Eropa dan Amerika Utara pada pergantian abad ke-20.

Pengelolaan limbah modern juga melibatkan perkembangan teknologi truk pengangkut sampah. Pada awalnya, truk-truk ini ditarik oleh kuda dan berbadan terbuka. Namun, pada awal abad ke-20, mereka menjadi truk bermotor, dan truk pertama dengan badan tertutup yang menghilangkan bau dengan mekanisme pembuangan tertutup diperkenalkan pada tahun 1920-an di Inggris. Truk-truk ini dilengkapi dengan mekanisme hopper yang memungkinkan pengangkutan sampah dengan lebih efisien.

Penanganan dan pengangkutan sampah

Metode pengumpulan sampah beragam di seluruh dunia, tergantung pada negara dan wilayahnya. Layanan pengumpulan sampah rumah tangga sering disediakan oleh pemerintah daerah atau perusahaan swasta untuk industri dan komersial. Di beberapa daerah, terutama di negara-negara berkembang, belum ada sistem pengumpulan sampah formal.

Pengumpulan di tepi jalan adalah metode yang umum digunakan di banyak negara maju, di mana sampah dikumpulkan secara berkala menggunakan truk khusus. Pada daerah pedesaan, sampah mungkin harus dibawa ke tempat pembuangan sampah terlebih dahulu sebelum diangkut ke fasilitas pembuangan. Di beberapa tempat, pengumpulan vakum digunakan, di mana sampah diangkut melalui tabung bor kecil.

Ada juga sistem di mana sampah yang tidak dipilah dikumpulkan di tepi jalan atau dari tempat pembuangan sampah, lalu dipilah menjadi sampah yang dapat didaur ulang dan yang tidak. Sistem seperti ini mampu menyelamatkan limbah yang dapat didaur ulang dan mengubah sisanya menjadi bio-gas dan pengkondisi tanah. Contohnya adalah di San Francisco, di mana warga diwajibkan untuk memilah sampah mereka menjadi bahan daur ulang, bahan kompos, dan yang akan dibuang ke tempat pembuangan. Sistem pembayaran berdasarkan volume sampah yang dibuang memberikan insentif finansial untuk memisahkan barang daur ulang dan kompos dari sampah lainnya.

Pemilahan sampah menjadi bagian penting dalam pengelolaan limbah. Ini melibatkan pemisahan sampah basah dan kering, dengan tujuan mendaur ulang sampah kering dan memanfaatkan sampah basah sebagai kompos. Pemilahan sampah membantu mengurangi jumlah sampah yang ditimbun, sehingga menurunkan polusi udara dan air. Penting juga untuk mempraktikkan pengelolaan dan pemilahan sampah sebagai sebuah komunitas, dengan kesadaran dan kemudahan bagi masyarakat untuk memilah sampah dengan benar.

Bahaya Pengelolaan Sampah

Ada beberapa bahaya yang terkait dengan pengelolaan sampah, baik bagi lingkungan sekitar tempat pembuangan maupun bagi pekerja yang terlibat dalam proses pengelolaan limbah. Paparan limbah dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti asma dan tuberkulosis. Risiko ini terutama tinggi bagi individu yang tinggal di daerah kurang berkembang atau berpenghasilan rendah, di mana mereka lebih rentan terhadap dampak limbah, terutama limbah kimia.

Bahaya pembakaran sampah merupakan risiko besar, terutama di negara-negara yang memiliki sedikit ruang untuk tempat pembuangan sampah. Banyak komunitas, termasuk di negara maju, sering kali memilih membakar sampah karena merupakan opsi yang mudah dan tersedia. Namun, pembakaran sampah dapat mengakibatkan pelepasan bahan berbahaya dan gas CO2 ke atmosfer, yang merupakan ancaman serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Penting untuk mematuhi pedoman pengelolaan limbah yang berbeda untuk meminimalkan risiko kesehatan dan lingkungan yang terkait dengan berbagai jenis limbah. Dengan memperhatikan bahaya ini, langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif dari pengelolaan sampah.

Disadur dari: en.wikipedia.org