Di tengah tantangan geografis dan iklim ekstrem, pembangunan jalan di wilayah terpencil seperti Pegunungan Bintang, Papua, menjadi ujian nyata dalam manajemen proyek konstruksi. Jalan tidak hanya membuka isolasi wilayah tetapi juga menjadi penggerak roda ekonomi, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Namun, proyek semacam ini tidak pernah lepas dari risiko—baik yang bisa diprediksi maupun yang datang secara tiba-tiba.
Dalam konteks ini, penelitian oleh Setia Indah Melati hadir sebagai kontribusi penting dalam studi manajemen risiko konstruksi di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan House of Risk (HOR), studi ini mengidentifikasi penyebab, dampak, serta strategi mitigasi risiko dari dua proyek jalan besar: Jalan Tarub-Denom dan Jalan Bime-Weime-Nongme-Batani.
Karakteristik Proyek: Infrastruktur Bernilai Tinggi di Medan Ekstrem
Penelitian ini menganalisis dua proyek jalan:
- Proyek Jalan Tarub–Denom: Panjang 3,2 km, lebar 6 meter, dengan nilai proyek Rp7 miliar.
- Proyek Jalan Bime–Weime–Nongme–Batani: Panjang 5 km, lebar 6 meter, dengan nilai proyek Rp60,5 miliar.
Kedua proyek ini berlokasi di wilayah pegunungan terpencil yang hanya dapat diakses menggunakan pesawat kecil. Akses darat nyaris tidak tersedia karena ketiadaan infrastruktur dan cuaca yang kerap berkabut serta curah hujan tinggi. Kondisi ini menjadikan proyek berisiko tinggi, terutama dalam hal logistik, koordinasi, dan keselamatan kerja.
Metodologi: House of Risk sebagai Alat Analisis Proaktif
Apa Itu House of Risk?
House of Risk (HOR) adalah metode analisis risiko berbasis pendekatan proaktif. Terdiri dari dua tahap utama:
- HOR 1: Identifikasi dan pemeringkatan penyebab risiko (risk agents) berdasarkan dampaknya terhadap kejadian risiko (risk events).
- HOR 2: Penentuan strategi mitigasi paling efektif dan efisien berdasarkan nilai Effectiveness to Difficulty (ETD).
Penelitian ini melibatkan 19 responden dari kedua proyek, yang terdiri dari direktur, project manager, site manager, pelaksana, pengawas, dan safety officer. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara, dengan fokus utama pada perspektif kontraktor sebagai pelaku utama di lapangan.
Identifikasi Risiko: Risiko Alam hingga Komunikasi Buruk
Peneliti mengidentifikasi 30 risiko utama (risk events), antara lain:
- Risiko alam: gempa bumi, banjir, longsor, hujan ekstrem.
- Risiko teknis: perubahan desain, spesifikasi teknis tidak terpenuhi, kerusakan alat dan material.
- Risiko operasional: kesalahan estimasi biaya, keterlambatan material, kualitas pekerjaan rendah.
- Risiko sosial-politik: pungutan liar, masalah perizinan, gangguan keamanan.
Risiko-risiko ini kemudian dikaitkan dengan penyebabnya (risk agents) seperti:
- Komunikasi tidak efektif
- Manajemen proyek yang lemah
- Pendanaan yang tersendat
- Kelangkaan dan kualitas material yang buruk
- Kurangnya penerapan sistem K3
Hasil Analisis HOR 1: Penyebab Risiko Prioritas
Dari analisis HOR 1, ditemukan bahwa penyebab risiko paling dominan pada kedua proyek adalah:
1. Komunikasi yang Tidak Lancar
Menempati peringkat pertama dalam kedua proyek. Penyebab utamanya adalah keterbatasan sinyal komunikasi dan keterisolasian geografis yang menyulitkan koordinasi antarpihak.
2. Manajemen Proyek yang Lemah
Termasuk kurangnya pengawasan, jadwal yang tidak realistis, dan ketidaksiapan manajer proyek dalam menghadapi kondisi lapangan.
3. Kualitas dan Ketersediaan Material
Material sulit diperoleh, harus dikirim lewat udara, dan seringkali kualitasnya tidak sesuai standar. Hal ini menghambat progres dan memicu rework.
4. Koordinasi yang Lemah dengan Pemilik Proyek
Keterlambatan dalam penyampaian informasi, permintaan perubahan mendadak, dan keputusan administratif yang lambat memperburuk performa proyek.
Hasil Analisis HOR 2: Strategi Mitigasi Risiko
Dari tahap kedua (HOR 2), strategi penanganan risiko yang paling disarankan adalah:
1. Sistem Rekrutmen dan Komunikasi yang Baik
Membangun sistem komunikasi terstruktur dengan SOP yang jelas. Pelatihan personel dalam keterampilan komunikasi lintas budaya juga menjadi penting.
2. Penguatan Manajemen Keselamatan dan Pengawasan
Adopsi safety control systems dan peningkatan kualitas pengawasan lapangan untuk menekan risiko teknis dan kecelakaan kerja.
3. Buffer Material dan Logistik
Menyediakan stok material di lokasi proyek sebelum musim hujan atau cuaca ekstrem. Jika memungkinkan, membangun gudang lokal.
4. Penguatan Kontrak
Memasukkan klausul tanggap risiko, terutama terkait force majeure, keterlambatan logistik, dan penggantian material rusak.
Analisis Kritis: Apa yang Bisa Dipelajari?
Kekuatan Penelitian
- Studi ini menghadirkan pemetaan risiko yang sangat kontekstual dengan medan Papua yang ekstrem.
- Pendekatan HOR memberi hasil yang sistematis dan aplikatif dalam penanganan risiko.
- Memberikan dasar rekomendasi yang realistis, terutama dalam aspek manajerial dan operasional.
Kelemahan dan Catatan Tambahan
- Responden hanya berasal dari kontraktor; pandangan pemilik proyek dan pengguna jalan tidak dianalisis.
- Risiko jangka panjang seperti kerusakan ekologis pasca konstruksi belum ditelaah.
- Tidak dianalisis kontribusi digitalisasi seperti penggunaan drone atau sistem informasi proyek dalam menekan risiko.
Relevansi Praktis bagi Pembangunan Infrastruktur Nasional
Dengan proyek strategis nasional seperti IKN dan konektivitas Papua yang sedang digenjot, studi ini menjadi relevan. Beberapa rekomendasi praktis yang dapat ditarik:
- Untuk Kementerian PUPR: Mengembangkan sistem komunikasi berbasis satelit atau mesh network di daerah terpencil.
- Untuk kontraktor lokal: Memprioritaskan pelatihan manajemen risiko berbasis konteks lokal.
- Untuk penyedia logistik: Mendesain sistem distribusi material yang responsif terhadap cuaca dan topografi ekstrem.
Kesimpulan: Risiko Tak Bisa Dihindari, Tapi Bisa Dikelola dengan Cerdas
Pembangunan jalan di Pegunungan Bintang Papua memperlihatkan bahwa risiko adalah realitas yang tak terelakkan. Namun, melalui analisis yang terstruktur dan respons proaktif, risiko dapat diidentifikasi, dikendalikan, dan bahkan dijadikan peluang untuk meningkatkan efisiensi proyek.
Penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk, manajemen proyek yang lemah, serta masalah logistik dan material adalah akar risiko utama. Namun, dengan strategi mitigasi yang dirancang berdasarkan data konkret dan pendekatan sistematis seperti House of Risk, proyek dapat tetap berjalan efektif meski dalam kondisi ekstrem.
Optimasi SEO dan Pengembangan Konten Digital
Kata kunci yang disarankan:
- Manajemen risiko proyek jalan
- Strategi konstruksi Papua
- House of Risk proyek konstruksi
- Risiko proyek infrastruktur Indonesia
Saran pengembangan konten web:
- Tambahkan infografik alur HOR 1 dan HOR 2
- Tampilkan profil visual dari daerah Pegunungan Bintang
- Sisipkan testimonial kontraktor tentang tantangan di lapangan
Sumber Artikel Asli
Setia Indah Melati. (2022). Analisis Manajemen Risiko pada Proyek Pembangunan Jalan (Studi Kasus: Pembangunan Jalan Tarub – Denom, Jalan Bime – Weime – Nongme – Batani Kabupaten Pegunungan Bintang Oksibil). Jurnal Ekonomi & Bisnis, Volume 13, Nomor 2, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura.