Mengelola Gangguan Lingkungan Akibat Proyek Infrastruktur Kota: Studi Kasus Hagastråket, Swedia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

21 Mei 2025, 18.28

pixabay.com

Mengapa Gangguan Lingkungan Jadi Masalah Besar dalam Proyek Infrastruktur Kota

Urbanisasi global yang semakin cepat membawa tantangan baru bagi perencanaan dan pelaksanaan proyek infrastruktur. Ketika proyek-proyek besar dilaksanakan di kawasan padat penduduk, interaksi langsung dengan masyarakat sekitar tak terelakkan. Penelitian dari Patrik Andersson dan Annie Johansson (2012), melalui studi kasus proyek Hagastråket di Gothenburg, Swedia, mengupas tuntas jenis-jenis gangguan lingkungan yang dialami warga selama proyek berlangsung.

Studi ini menjadi penting karena membuktikan bahwa gangguan lingkungan bukan sekadar dampak teknis konstruksi, tapi menyangkut persepsi sosial dan kenyamanan publik, yang bila diabaikan dapat menimbulkan resistensi dan ketidakpercayaan masyarakat.

Tujuan dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan gangguan lingkungan utama dalam proyek konstruksi infrastruktur kota. Fokus utamanya pada gangguan yang langsung dirasakan oleh pihak ketiga, seperti pejalan kaki, pengendara, pemilik usaha, dan warga sekitar.

Metode yang digunakan adalah studi kasus kualitatif pada proyek Hagastråket yang merupakan bagian dari mega proyek “West Swedish Solution” dengan nilai 34 miliar SEK. Data dikumpulkan melalui:

  • 133 wawancara dengan 63 orang yang mencakup 6 kelompok: pejalan kaki, pesepeda, pengendara, warga, pemilik usaha, dan pekerja konstruksi.
  • Observasi lapangan langsung untuk melihat dinamika dan interaksi aktual.
  • Analisis dokumen proyek, berita lokal, dan literatur ilmiah.

Gangguan Lingkungan Utama yang Ditemukan

Penelitian ini menemukan 8 jenis gangguan utama dalam proyek infrastruktur kota:

  1. Penurunan Mobilitas
  2. Kebisingan (Noise Emissions)
  3. Debu (Dust Emissions)
  4. Vibrasi (Getaran)
  5. Keselamatan Warga
  6. Keselamatan Pekerja
  7. Kurangnya Informasi
  8. Area Kerja Menganggur (Idle Worksite)

Dua gangguan terakhir justru tidak direncanakan dalam kajian awal, namun muncul dari keluhan langsung warga dan pengusaha di sekitar lokasi proyek.

Studi Kasus Proyek Hagastråket

Hagastråket adalah proyek infrastruktur di jantung kota Gothenburg, Swedia. Tujuannya membangun jalur khusus bus dan mengubah jalan menjadi lebih ramah lingkungan.

Namun, pelaksanaan proyek ini mengakibatkan gangguan yang signifikan:

  • 2 dari 4 lajur jalan ditutup, menimbulkan kemacetan saat jam sibuk.
  • Area parkir dihapus, memengaruhi akses pelanggan ke toko dan restoran.
  • Pembangunan dilakukan sangat dekat dengan toko, sekolah, dan apartemen.

Dampaknya tidak hanya teknis, tetapi langsung memengaruhi ekonomi bisnis lokal.

Hasil Wawancara dan Temuan Lapangan

1. Kurangnya Informasi – Gangguan Paling Mengganggu

  • Pemilik usaha menyatakan baru mendapat info 1–2 minggu sebelum proyek dimulai.
  • Banyak warga baru tahu dari koran di hari pertama konstruksi.
  • Akibatnya, banyak usaha tidak siap: tidak sempat pindah, mengubah jadwal, atau menyesuaikan logistik.

2. Mobilitas – Akses Terbatas, Pelanggan Menurun

  • Restoran kehilangan izin penggunaan trotoar untuk meja luar, padahal sudah membayar izin.
  • Warga harus memindahkan sampah ke titik 100+ meter dari rumah karena akses truk terganggu.
  • Pengendara dan pesepeda harus mencari jalur alternatif, menimbulkan stres dan keluhan.

3. Kebisingan dan Debu – Gangguan Minor, Tapi Tetap Ada

  • Bisnis dengan pintu terbuka lebih terganggu oleh debu.
  • Kebisingan terasa hanya saat jam tertentu, sisanya dianggap bagian normal dari proyek.
  • Pengamatan menunjukkan bahwa lalu lintas justru menjadi sumber suara terbesar.

4. Getaran – Gangguan Ringan Tapi Diwaspadai

  • Hanya satu warga yang merasa terganggu karena kamarnya bergetar.
  • Pihak kontraktor memantau intensitas getaran secara berkala dan menyesuaikan teknik jika perlu.

5. Keselamatan Warga dan Pekerja

  • Pekerja menyatakan aman, tapi lalu lintas yang dekat bikin stres.
  • Insiden tragis: seorang pesepeda tewas tertabrak truk, meski tidak terbukti terkait langsung dengan proyek.
  • Warga mengeluhkan pencahayaan buruk dan tidak adanya lampu lalu lintas di persimpangan.

Kelompok yang Paling Terdampak: Pemilik Usaha

Hasil wawancara menunjukkan bahwa pemilik usaha adalah kelompok yang paling banyak terganggu, dengan gangguan sebagai berikut:

  • Kehilangan pelanggan karena akses parkir berkurang
  • Kebingungan logistik untuk pengiriman barang
  • Ketidakpastian tentang berapa lama bisnis mereka akan terdampak
  • Rasa frustasi karena merasa tidak dilibatkan atau diinformasikan secara layak

Analisis Kritis: Apa yang Bisa Dipelajari?

1. Gangguan Adalah Soal Persepsi
Penelitian ini menegaskan bahwa gangguan konstruksi bukan hanya soal teknis, tapi sangat tergantung persepsi individu. Pejalan kaki bisa merasa tidak terganggu, sementara pemilik toko merasa sangat terdampak. Ini memperkuat pentingnya pendekatan partisipatif dalam perencanaan proyek.

2. Komunikasi adalah Solusi Termurah dan Terkuat
Gangguan terbesar justru bukan debu, noise, atau getaran—tapi kurangnya informasi. Ini adalah gangguan yang bisa dihindari dengan biaya rendah: hanya butuh waktu, komitmen, dan empati dari pemilik proyek dan kontraktor.

3. Strategi Pengurangan Gangguan Harus Disesuaikan

  • Untuk pejalan kaki: pastikan jalur aman dan tidak membingungkan.
  • Untuk pemilik usaha: beri informasi lebih awal, bahkan 6 bulan sebelum proyek.
  • Untuk pengendara: gunakan penunjuk arah dan informasi lalu lintas real-time.

Rekomendasi Praktis dari Penelitian

  • Komunikasi proaktif harus dimulai minimal 3–6 bulan sebelum proyek dimulai.
  • Zona konstruksi dibagi ke tahap kecil agar tidak semua area terganggu bersamaan.
  • Informasi proyek disediakan multikanal: selebaran, papan digital, dan aplikasi mobile.
  • Pekerja dilatih khusus menghadapi interaksi dengan publik, terutama pada proyek di tengah kota.

Kesimpulan: Urban Infrastructure Harus Sensitif Sosial

Pembangunan infrastruktur kota adalah kebutuhan masa depan. Namun, kesuksesan fisik proyek tidak menjamin penerimaan sosial. Studi kasus Hagastråket menunjukkan bahwa:

  • Gangguan tidak bisa dihindari, tapi bisa dikelola.
  • Komunikasi yang baik bisa mengurangi setengah dari potensi konflik.
  • Kepedulian pada warga dan pelaku usaha lokal adalah bagian dari keberhasilan proyek.

Sebagai pelajaran global, proyek ini menegaskan pentingnya mengintegrasikan aspek sosial sejak awal, bukan hanya fokus pada aspek teknis dan biaya.

Sumber : Andersson, P., & Johansson, A. (2012). Disturbances of the surroundings in an urban infrastructure project (Master’s thesis). Chalmers University of Technology, Gothenburg, Sweden.