Socio-Hydrology, Gagasan Lama dengan Kemasan Baru?
Socio-hydrology muncul sekitar tahun 2012 sebagai respons terhadap krisis keilmuan dalam hidrologi yang terlalu menekankan aspek teknis dan mengabaikan unsur manusia. Gagasan ini menyatukan dinamika interaksi manusia dan air, dengan mengklaim sebagai pendekatan ilmiah baru. Namun, studi ini menuai kritik dari banyak ilmuwan yang melihatnya hanya sebagai daur ulang konsep-konsep lama seperti hydro-sociology, CHANS, SES, dan pendekatan sistem lainnya yang telah berkembang selama puluhan tahun.
Klaim Socio-Hydrology Sebagai Ilmu Baru Dipertanyakan
Para pendiri socio-hydrology mengklaim bahwa mereka menciptakan ilmu baru yang bersifat kuantitatif dan mampu memprediksi dinamika sistem manusia-air secara ko-evolusioner. Namun, studi ini:
- Tidak memberikan pembuktian ilmiah bahwa pendekatan mereka berbeda secara metodologis dari model sistem dinamis air-manusia sebelumnya.
- Mengabaikan banyak studi terdahulu, seperti dari sistem CHANS, integrated water resources management (IWRM), dan literatur tentang dinamika sistem manusia-alam.
Apa yang Sebenarnya Baru dari Socio-Hydrology?
Penulis mencermati 180 artikel socio-hydrology dan menemukan bahwa:
- Mayoritas ditulis oleh tiga kelompok riset utama.
- Banyak yang berupa opini atau ulasan literatur tanpa inovasi model kuantitatif baru.
- Bahkan model yang dikembangkan mengadopsi pendekatan sistem dinamis yang sudah dikenal luas di bidang water resources system.
Contoh Studi Kasus: "Fixes That Fail"
Beberapa model socio-hydrology menggambarkan fenomena seperti levee effect atau reservoir effect, yang sebenarnya telah lama dikenal dalam teori sistem sebagai archetype shifting the burden atau fixes that backfire. Dalam sistem ini, solusi cepat (misalnya membangun bendungan) mengurangi gejala jangka pendek tapi menciptakan ketergantungan jangka panjang dan memperburuk masalah.
Studi Historis vs Proyeksi Masa Depan
Socio-hydrology mengklaim dapat memproyeksikan evolusi sistem manusia-air secara ko-evolusioner. Namun, studi-studi ini:
- Sebagian besar berfokus pada analisis sejarah, bukan prediksi masa depan.
- Kurang akurat dalam proyeksi karena sistem manusia-alam sangat kompleks, penuh ketidakpastian, dan sulit diprediksi.
- Menghindari penggunaan variabel eksogen dan skenario, yang justru penting dalam pengambilan keputusan kebijakan air.
Apakah Socio-Hydrology Praktis bagi Pembuat Kebijakan?
Banyak tulisan socio-hydrology menyatakan ingin memberi masukan kebijakan, namun:
- Tidak memberikan solusi konkret atau skenario kebijakan.
- Enggan menggunakan pendekatan normatif seperti IWRM atau simulasi skenario.
- Menekankan proyeksi alur tanpa angka, yang menyulitkan pembuat kebijakan.
Padahal, dalam dunia nyata, pengambilan keputusan berbasis data dan skenario adalah hal krusial. Pendekatan yang terlalu teoretis dan menghindari intervensi konkret justru menyulitkan penerapan socio-hydrology secara nyata.
Socio-Hydrology vs CHANS dan Sistem Sumber Daya Air
Paper ini menunjukkan bahwa:
- CHANS dan SES telah lama mengembangkan model interaksi manusia-alam, termasuk air, makanan, energi, dan lingkungan secara holistik.
- Socio-hydrology justru membatasi dirinya pada siklus hidrologi, padahal tantangan nyata lebih luas dan melibatkan banyak dimensi selain air.
- Banyak konsep yang diangkat socio-hydrology (seperti tipping point, co-evolution, feedback, resilience) telah digunakan lama di CHANS dan sistem dinamis air-manusia.
Kritik Terhadap Inovasi Terminologi
Socio-hydrology sering menciptakan istilah baru untuk fenomena yang sudah dikenal, seperti:
- "Levee effect" → sebenarnya representasi dari shifting the burden.
- "Irrigation paradox" → dikenal sebagai Jevons’ paradox.
- "Safe development paradox" → bentuk dari archetype fix that backfires.
Pendekatan ini menciptakan jargon baru yang memperumit komunikasi antar bidang dan menghambat integrasi keilmuan. Ilmu interdisipliner seharusnya mempermudah, bukan menambah batas.
Kekuatan Utama Socio-Hydrology: Meningkatkan Kesadaran
Meski dikritik, socio-hydrology punya kontribusi penting, yakni:
- Mendorong kesadaran di kalangan hidrolog tentang pentingnya faktor manusia dalam studi air.
- Menarik minat peneliti muda untuk mempelajari interaksi manusia-air.
- Memperluas komunitas riset dengan fokus sistem sosial-hidrologis.
Namun, pencapaian ini lebih bersifat sosial dan komunitas daripada sumbangan metodologis baru.
Apakah Socio-Hydrology Akan Menyatu dengan Pendekatan Lama?
Banyak indikator menunjukkan bahwa socio-hydrology sedang:
- Berkonvergensi dengan sistem sumber daya air dan CHANS.
- Mengadopsi alat-alat analisis yang telah lama ada, seperti system dynamics modeling, agent-based modeling, dan pendekatan lintas-disiplin.
- Mulai mengakui keterbatasan pendekatan murni kuantitatif dan membuka diri terhadap pendekatan naratif, heuristik, dan partisipatif.
Penutup: Menyatukan atau Memecah?
Penulis artikel ini menyatakan bahwa semangat socio-hydrology tidak perlu dihapus, tetapi perlu dikritisi secara ilmiah dan diarahkan agar lebih integratif. Alih-alih menciptakan "ilmu baru", lebih baik:
- Menyatukan pendekatan-pendekatan lintas-disiplin yang telah ada.
- Mengakui kontribusi komunitas lain, bukan mengabaikannya.
- Fokus pada tujuan bersama: memahami sistem manusia-air untuk solusi nyata.
Socio-hydrology bisa menjadi jembatan, bukan tembok, bagi integrasi keilmuan. Tapi untuk itu, komunitasnya harus berani terbuka, merefleksi diri, dan meninggalkan ego sektoral.
📚 Sumber Asli
Madani, K., & Shafiee-Jood, M. (2020). Socio-Hydrology: A New Understanding to Unite or a New Science to Divide? Water, 12(7), 1941. DOI:10.3390/w12071941