JAKARTA, KOMPAS.com – Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, batu dan beton yang dibangun untuk menahan dan menampung air.
Selain itu, bendungan juga dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang atau menampung lumpur, sehingga terbentuk sebuah waduk.
Pengamat Bendungan Didiek Djarwadi mengatakan, bendungan bermanfaat untuk memenuhi ketersediaan air untuk kehidupan sehari.
“Apabila air tidak dibendung, pemanfaatannya kurang optimal. Di Indonesia dengan dua musim, apabila air ditampung di suatu bendungan maka air yang terkumpul dalam siklus tahunan dapat memberikan manfaat,” jelas Didiek saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/2/2022).
Adapun untuk membangun sebuah bendungan, penentuan lokasi harus dipertimbangkan secara matang agar tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan bisa memberikan manfaat berkelanjutan.
Terkait hal ini, Didiek menyebutkan terdapat beberapa kriteria lokasi dalam membangun bendungan.
Pertama, bendungan harus terletak pada sungai yang mempunyai tebing di bagian kiri dan kanan untuk sandaran bendungan.
Kedua, lokasi bendungan memiliki daerah tampungan di hulu yang cukup besar atau sesuai dengan rencana tampungan andalan.
Ketiga, lokasi bendungan mempunyai kondisi geologi yang baik dan tidak terletak pada sesar aktif sebagai sumber gempa yang membahayakan konstruksi.
Keempat, lokasi bendungan disarankan dekat dengan sumber bahan bendungan, berupa tanah, pasir dan batuan dengan volume yang mencukupi untuk membuat bendungan.
Lalu, apa dampak jika bendungan tidak dibangun pada lokasi yang sesuai dengan kriteria?
Didiek kembali menjelaskan, ada banyak dampak besar yang ditimbulkan jika bendungan tidak dibangun sesuai dengan kriteria lokasi yang tepat.
Misalnya, bendungan yang dibangun pada kondisi geologi dengan batuan yang rapuh, akan berpotensi mengalami kebocoran pada pondasi. Ini akan memakan biaya yang lebih mahal perihal perbaikan.
Selain itu, lokasi bendungan yang tidak tepat terlebih terletak pada sesar aktif sebagai sumber gempa akan mampu merusak bendungan.
Hal ini seperti yang terjadi pada Bendungan Shih-Kang di Taiwan yang rusak akibat gempa Chicihi tahun 1999 dan tidak lagi dapat digunakan.
Kendati demikian, terdapat perhitungan biaya pembuatan dan pemeliharaan dengan besar manfaat yang bisa diperoleh sebagai acuan suatu bendungan dapat dibangun atau tidak.
“Kalau hitung-hitungannya, selama umur layan bendungan masih memberikan keuntungan, maka meskipun bendungan terletak di lokasi yang kurang ideal, tetap bisa dilaksanakan,” pungkas Didiek.
Sumber: kompas.com