Mendanai Keselamatan: Peta Jalan Strategis untuk Mereformasi Biaya Manajemen K3 Konstruksi di Korea.

Dipublikasikan oleh Raihan

21 Oktober 2025, 16.23

Menganalisis Peta Jalan untuk Efektivitas Biaya K3: Sebuah Tinjauan Riset dan Agenda Masa Depan

Industri konstruksi global secara konsisten diakui sebagai salah satu yang paling berbahaya. Sebagai respons, banyak negara telah mengamanatkan pendanaan khusus untuk intervensi keselamatan. Di Korea Selatan, dana ini dikenal sebagai Occupational Safety and Health Management Expense (OSHE), sebuah biaya wajib yang diatur undang-undang yang termasuk dalam biaya konstruksi. Namun, sebuah paradoks berbahaya telah muncul: meskipun ada sistem pendanaan yang terstruktur , tingkat kecelakaan kerja di industri konstruksi Korea, terutama kecelakaan fatal, justru menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan. Statistik menunjukkan peningkatan angka kematian per 10.000 pekerja dari 1,30 pada tahun 2015 menjadi 2,00 pada tahun 2020.

Studi oleh Lim et al. (2023) menyelidiki inti dari diskoneksi ini. Penelitian mereka mengidentifikasi kekakuan regulasi sebagai penghambat utama efektivitas. Di bawah pengawasan Kementerian Ketenagakerjaan dan Perburuhan (MOEL) Korea, penggunaan OSHE diatur secara ketat, terbatas pada 8 kategori item tertentu . Akibatnya, barang-barang yang berpotensi menyelamatkan nyawa—seperti produk keselamatan cerdas (smart safety) yang memanfaatkan teknologi Revolusi Industri 4.0 atau bahkan item konvensional yang terbukti efektif (misalnya, lampu depan) —tidak memenuhi syarat untuk pendanaan jika dianggap memiliki tujuan ganda (yaitu, mendukung pekerjaan sekaligus keselamatan).

Menghadapi tuntutan industri yang meningkat untuk fleksibilitas dan data kecelakaan yang memburuk , penelitian ini menetapkan tujuan untuk mengembangkan "peta jalan" (roadmap) berbasis bukti untuk mereformasi item penggunaan OSHE. Metodologi inti yang digunakan adalah Importance-Performance Analysis (IPA), sebuah teknik yang kuat untuk memprioritaskan sumber daya yang terbatas.

Perjalanan logis penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan daftar 57 item perbaikan potensial (33 konvensional, 24 cerdas) melalui wawancara pemangku kepentingan. Kumpulan ini kemudian disaring melalui konsultasi ahli (N=8) menjadi 34 item analisis akhir (14 konvensional, 20 cerdas). Para peneliti kemudian melakukan survei skala besar, mengumpulkan 536 tanggapan valid dari pemangku kepentingan utama—terutama manajer keselamatan (84,89%), klien publik (5,60%), dan praktisi lembaga pencegahan kecelakaan (9,51%). Responden mengevaluasi setiap item menggunakan skala Likert 4 poin (sengaja menghindari titik tengah netral) pada dua dimensi kritis: "Pentingnya" (didefinisikan sebagai urgensi pengenalan) dan "Kinerja" (didefinisikan sebagai efektivitas yang dirasakan dalam pencegahan kecelakaan).

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Kontribusi utama penelitian ini bukanlah sekadar identifikasi item baru, melainkan penyediaan kerangka kerja strategis yang memprioritaskan implementasi dalam tiga fase: jangka pendek, menengah, dan panjang. Ini mengubah perdebatan dari "apakah" menjadi "bagaimana dan kapan".

Secara kuantitatif, analisis IPA memetakan 34 item ke dalam empat kuadran berdasarkan skor rata-rata. Untuk item konvensional, skor rata-rata adalah 3,15 untuk Kepentingan dan 3,31 untuk Kinerja (lihat Gambar 3 ). Untuk produk keselamatan cerdas, rata-ratanya adalah 2,97 untuk Kepentingan dan 3,12 untuk Kinerja (lihat Gambar 4 ).

  1. Prioritas Jangka Pendek (Kuadran 1: Kepentingan Tinggi, Kinerja Tinggi): Studi ini mengidentifikasi 16 item (7 konvensional, 9 cerdas) yang dianggap mendesak dan sangat efektif. Ini adalah "kemenangan cepat" untuk reformasi kebijakan. Item seperti 'C8. Head lantern' (lampu depan), 'S1. Hazardous area approach detection system' (sistem deteksi pendekatan area berbahaya), dan 'S15. Safety vest with built-in airbag' (rompi keselamatan dengan kantung udara) masuk dalam kategori ini. Data ini memberikan justifikasi kuat bagi MOEL untuk segera memperbarui pedoman OSHE.
  2. Rencana Jangka Menengah (Kuadran 4: Kepentingan Rendah, Kinerja Tinggi): Lima item, termasuk 'C6. Auxiliary device for the prevention of musculoskeletal disorders' (perangkat bantu pencegahan gangguan muskuloskeletal) dan 'S20. Educational facilities using VR' (fasilitas pendidikan menggunakan VR), ditemukan di kuadran ini. Temuan ini menunjukkan hubungan kritis antara efektivitas dan biaya: para pemangku kepentingan mengakui efektivitas item-item ini (Kinerja tinggi), tetapi urgensi mereka rendah (Kepentingan rendah). Para penulis menafsirkan ini sebagai cerminan kekhawatiran bahwa, dalam anggaran OSHE yang tetap, item-item mahal ini dapat menyebabkan "kekurangan biaya esensial". Ini adalah temuan kunci bagi pembuat kebijakan, yang menunjukkan bahwa item Kuadran 4 harus diadopsi setelah ada kebijakan pendukung, seperti peningkatan rate OSHE.
  3. Rencana Jangka Panjang (Kuadran 2: Kepentingan Tinggi, Kinerja Rendah): Tiga item (1 konvensional, 2 cerdas) dinilai mendesak tetapi efektivitasnya rendah. Temuan ini menunjukkan bahwa walaupun ada permintaan pasar (urgensi), teknologinya mungkin belum matang atau belum terbukti. Item seperti 'S13. Smart safety helmet using sensor' (helm keselamatan cerdas menggunakan sensor) memerlukan "pemantauan berkelanjutan" terhadap efektivitasnya seiring perkembangan teknologi.

Menariknya, studi ini juga menunjukkan di mana analisis ahli mengesampingkan data IPA murni. 'C14. Ice box' (kotak es) berada di Kuadran 1, tetapi para ahli merekomendasikan untuk mengecualikannya dari implementasi jangka pendek, dengan alasan bahwa itu lebih merupakan biaya kesejahteraan (welfare) dan dapat menguras dana OSHE yang sudah terbatas.

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Meskipun kuat, studi ini memiliki keterbatasan yang secara inheren membuka jalan bagi penelitian masa depan. Keterbatasan utama adalah sifat metodologi IPA, yang bergantung pada persepsi subjektif responden. Para penulis berupaya memitigasi hal ini dengan ukuran sampel yang besar (N=536), namun "Kinerja" yang diukur adalah efektivitas yang dirasakan, bukan efektivitas yang dibuktikan secara empiris.

Hal ini memunculkan pertanyaan penelitian fundamental:

  1. Masalah Anggaran Tetap: Bagaimana Peta Jalan ini dapat diimplementasikan secara bertanggung jawab ketika anggaran OSHE tetap? Studi ini dengan jelas memperingatkan bahwa memperluas item penggunaan tanpa menambah dana dapat "menyebabkan risiko seperti biaya yang tidak mencukupi untuk pemasangan fasilitas keselamatan esensial".
  2. Validasi Kinerja: Apakah item-item yang dipersepsikan memiliki kinerja tinggi (misalnya, di Kuadran 1 dan 4) benar-benar mengurangi tingkat kecelakaan dalam praktik? Diperlukan pemantauan pasca-implementasi.
  3. Tata Kelola Teknologi Cerdas: Peta Jalan ini mengadvokasi adopsi cepat teknologi cerdas. Namun, bagaimana pembuat kebijakan memastikan dana OSHE digunakan untuk produk yang efektif dan bukan gimmick pemasaran? Studi ini menyoroti perlunya "standar penggunaan yang jelas" dan mungkin "sistem sertifikasi", tetapi tidak merinci bagaimana sistem tersebut harus dirancang.

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan justifikasi ilmiah)

Berdasarkan temuan dan keterbatasan yang diidentifikasi dalam paper, komunitas riset harus memfokuskan upaya pada lima bidang utama berikut untuk membangun di atas fondasi yang telah diletakkan oleh Lim et al.:

  1. Riset 1: Validasi Empiris Peta Jalan (Studi Efektivitas Longitudinal).
    • Justifikasi: Keterbatasan inti dari studi ini adalah ketergantungannya pada persepsi efektivitas. Keberhasilan Peta Jalan bergantung pada apakah item-item ini benar-benar mencegah kecelakaan.
    • Metode: Peneliti harus merancang studi kohort longitudinal atau studi kontrol kasus. Ini akan melibatkan pelacakan situs konstruksi yang mengadopsi item-item yang direkomendasikan Peta Jalan (terutama dari Kuadran 1 ) dan membandingkan tingkat insiden dan cedera mereka (misalnya, Total Recordable Incident Rate) dengan situs kontrol yang tidak mengadopsinya.
    • Kebutuhan: Seperti yang dinyatakan oleh penulis, "monitoring dan verifikasi tingkat kontribusi terhadap pencegahan kecelakaan kerja" setelah item-item ini diadopsi ke dalam pemberitahuan MOEL sangat penting untuk validasi empiris.
  2. Riset 2: Pengembangan Model Akuntansi OSHE yang Adaptif terhadap Risiko.
    • Justifikasi: Studi ini mengungkapkan bahwa "masalah anggaran tetap" adalah penghalang utama, yang menekan item-item yang sangat efektif (Kuadran 4) ke prioritas yang lebih rendah karena kekhawatiran biaya.
    • Metode: Analisis ekonometrik untuk mengembangkan model penetapan rate OSHE yang baru. Model ini harus beralih dari penetapan rate umum saat ini ke model yang berdiferensiasi berdasarkan "karakteristik proyek". Misalnya, penelitian harus mengeksplorasi apakah proyek dengan risiko tinggi yang teridentifikasi (misalnya, konstruksi terowongan vs. pengaspalan jalan sederhana ) harus diamanatkan rate OSHE yang lebih tinggi untuk mengakomodasi biaya item Peta Jalan.
    • Kebutuhan: Untuk membuat Peta Jalan ini berkelanjutan secara finansial, penelitian diperlukan untuk "meningkatkan rate akuntansi" dengan cara yang cerdas dan berbasis risiko, memastikan bahwa adopsi item baru tidak mengorbankan fasilitas keselamatan esensial yang ada.
  3. Riset 3: Desain Kerangka Kerja Tata Kelola dan Sertifikasi Teknologi Keselamatan Cerdas.
    • Justifikasi: Peta Jalan ini sangat merekomendasikan adopsi beberapa produk keselamatan cerdas. Namun, studi ini juga memperingatkan perlunya "standar penggunaan yang jelas" untuk menghindari pemborosan dana pada teknologi yang belum terbukti.
    • Metode: Analisis kebijakan komparatif dan pengembangan kerangka kerja (framework). Peneliti harus menganalisis bagaimana negara-negara lain yang disebutkan dalam studi (misalnya, AS, Jerman, Jepang ) memvalidasi dan meregulasi teknologi K3 baru.
    • Kebutuhan: Untuk mendukung adopsi yang aman dari item Peta Jalan, penelitian diperlukan untuk merancang "sistem sertifikasi untuk teknologi keselamatan baru". Ini akan memberikan jaminan kualitas kepada manajer keselamatan dan memastikan dana OSHE dibelanjakan secara efektif.
  4. Riset 4: Analisis Efektivitas Biaya Strategi Pengadaan (Pembelian vs. Penyewaan).
    • Justifikasi: Banyak item yang direkomendasikan (misalnya, 'S20. Fasilitas pendidikan menggunakan VR' atau 'S11. Sistem pemantauan kecelakaan berbasis bio-signal' ) memiliki biaya modal awal yang tinggi. Studi ini secara singkat menyebutkan perlunya meninjau "metode pelaksanaan biaya" seperti "pembelian atau penyewaan".
    • Metode: Analisis efektivitas biaya (Cost-Effectiveness Analysis - CEA). Untuk item-item Peta Jalan yang berbiaya tinggi, penelitian harus memodelkan Biaya Total Kepemilikan (Total Cost of Ownership - TCO) versus skenario penyewaan atau Safety-as-a-Service. Variabel dapat mencakup biaya pemeliharaan, keusangan teknologi, dan biaya pelatihan.
    • Kebutuhan: Untuk memaksimalkan dampak dari anggaran OSHE yang terbatas, penelitian harus memberikan panduan berbasis bukti kepada manajer keselamatan tentang strategi pengadaan yang paling efisien secara finansial untuk teknologi yang direkomendasikan Peta Jalan.
  5. Riset 5: Pengembangan Mekanisme Pembaruan Kebijakan yang Gesit.
    • Justifikasi: Peta Jalan ini adalah potret satu waktu. Seperti yang dicatat oleh penulis, permintaan industri dan pengembangan teknologi terus berkembang. Tanpa proses pembaruan, Peta Jalan ini akan cepat usang.
    • Metode: Riset kualitatif (misalnya, metode Delphi, kelompok fokus ahli) dan analisis sistem kebijakan. Penelitian harus berfokus pada perancangan "pedoman untuk refleksi tepat waktu" dari item-item baru ke dalam pemberitahuan MOEL.
    • Kebutuhan: Untuk memastikan relevansi jangka panjang, penelitian diperlukan untuk membangun proses kelembagaan yang berkelanjutan—sebuah "Peta Jalan yang hidup"—yang dapat secara berkala meninjau, memvalidasi, dan mengintegrasikan inovasi keselamatan baru ke dalam kerangka kerja OSHE.

Kesimpulan dan Ajakan Kolaborasi

Studi oleh Lim et al. (2023) memberikan kontribusi penting dengan menawarkan jembatan berbasis data antara tuntutan industri yang mendesak dan reformasi kebijakan yang lamban. Peta Jalan IPA mereka adalah alat yang sangat diperlukan untuk memprioritaskan perubahan kebijakan guna meningkatkan efektivitas OSHE di Korea.

Namun, seperti yang ditunjukkan oleh agenda riset di atas, Peta Jalan ini bukanlah akhir, melainkan awal. Keberhasilan jangka panjangnya bergantung pada validasi empiris, reformasi anggaran yang adaptif, dan tata kelola teknologi yang cerdas. Untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil ini, penelitian lebih lanjut harus melibatkan kolaborasi erat antara institusi pembuat kebijakan (seperti MOEL), lembaga penelitian (seperti Korea Occupational Safety and Health Agency dan akademisi), serta pelaku industri (seperti asosiasi konstruksi dan serikat pekerja) yang pemangku kepentingannya ditinjau dalam studi ini. Hanya melalui upaya terkoordinasi inilah Peta Jalan dapat beralih dari dokumen akademis menjadi alat yang secara nyata mengurangi kecelakaan dan menyelamatkan nyawa di lokasi konstruksi.

Baca paper aslinya di sini