Pendahuluan: Urgensi Produktivitas dalam Dunia Konstruksi
Di tengah pesatnya pertumbuhan infrastruktur Indonesia, produktivitas di sektor konstruksi menjadi titik tumpu keberhasilan. Dalam proyek berskala besar maupun menengah, kinerja produktivitas menentukan apakah sebuah pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu, sesuai anggaran, dan dengan mutu optimal. Namun, bagaimana cara mengukur produktivitas tersebut secara adil dan objektif? Tesis Rintih Prastianing Atas Kasih dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember menjawab pertanyaan ini dengan menyusun sebuah model penilaian produktivitas proyek konstruksi (PPK) yang terstruktur, terukur, dan relevan dengan kondisi lapangan Indonesia.
Latar Belakang Penelitian
Produktivitas konstruksi di Indonesia menghadapi tantangan khas: padat karya, banyak ketergantungan pada tenaga manusia, serta dinamika proyek yang cepat berubah. Berdasarkan data dari Kementerian PUPR, nilai proyek konstruksi Indonesia mencapai Rp 1.000 triliun per tahun (Rahayu, 2015), namun sering terkendala manajemen buruk, mutu tak konsisten, dan pemborosan waktu.
Salah satu akar masalahnya adalah tidak adanya alat ukur produktivitas yang komprehensif dan spesifik bagi proyek konstruksi Indonesia. Sebagian besar penelitian hanya memetakan faktor-faktor penyebab produktivitas tanpa mengusulkan alat ukur yang dapat digunakan sebagai standar benchmarking di lapangan.
Tujuan dan Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk:
-
Mengembangkan model penilaian produktivitas konstruksi berdasarkan variabel internal dan eksternal.
-
Mengimplementasikan model tersebut ke dalam tujuh proyek nyata dari kontraktor besar dan menengah, baik BUMN maupun swasta.
Penilaian dilakukan dari sudut pandang pemilik proyek (owner), menjadikannya lebih relevan untuk evaluasi kinerja kontraktor.
Metodologi: Pendekatan Ilmiah yang Berbasis Praktik Lapangan
Penelitian ini menggunakan kombinasi:
-
Studi literatur mendalam untuk identifikasi variabel.
-
Kuesioner dan wawancara ahli untuk penilaian bobot menggunakan metode pairwise comparison.
-
Pengolahan data dilakukan dengan model Spider Web, yang menggambarkan performa secara visual dan komprehensif.
Model PPK dibagi ke dalam dua kategori besar:
-
Internal (73,8%), terdiri dari:
-
Manajemen (39,38%)
-
Sumber daya manusia (34,42%)
-
-
Eksternal (26,2%), termasuk lingkungan, kebijakan, dan faktor luar proyek.
Temuan Kunci: Faktor Human Menjadi Penentu Produktivitas Tertinggi
A. Internal – Human dan Manajemen
-
Faktor Human (SDM) mencakup usia, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, sistem upah, lembur, dan waktu istirahat.
-
Faktor Manajemen mencakup keterampilan manajer proyek, sistem operasional, dan penerapan Project Management Maturity Model (OPM3).
Tingkat produktivitas tertinggi justru berasal dari kategori human, menegaskan bahwa kualitas dan kondisi tenaga kerja masih menjadi tulang punggung dalam proyek konstruksi di Indonesia.
B. Eksternal – Masih Kurang Signifikan
-
Termasuk regulasi pemerintah, cuaca, kondisi sosial, dan pasokan material.
-
Memiliki skor terendah dari total penilaian, menunjukkan bahwa kontrol eksternal yang lemah mengurangi pengaruhnya terhadap produktivitas langsung.
Studi Kasus: Implementasi Model pada Proyek Nyata
Model diuji pada 7 proyek konstruksi bangunan, baik BUMN maupun swasta. Hasilnya:
-
Skor produktivitas tertinggi dicapai oleh kategori Human (rata-rata 3,4 dari 5).
-
Skor produktivitas proyek secara keseluruhan berada pada level 3 (cukup produktif).
-
Proyek-proyek swasta cenderung memiliki skor yang lebih tinggi pada aspek manajemen dibandingkan proyek BUMN.
Visualisasi spider web menampilkan kelemahan dan kekuatan masing-masing proyek secara intuitif, memudahkan proses evaluasi dan perencanaan perbaikan.
Analisis Tambahan: Kenapa Human Jadi Kunci?
Banyak literatur menyebut bahwa efisiensi dalam konstruksi tidak hanya dipengaruhi teknologi atau manajemen, tetapi terutama oleh tenaga kerjanya. Dalam konteks Indonesia:
-
Ketergantungan pada pekerja manual sangat tinggi.
-
Produktivitas sangat dipengaruhi oleh sistem upah, motivasi, dan sistem kerja.
Sebagai pembanding, laporan McKinsey (2020) menyebut bahwa negara-negara dengan sistem insentif pekerja yang baik memiliki produktivitas 30% lebih tinggi dari rata-rata global.
Opini Kritis: Kekuatan dan Kelemahan Model PPK
Kekuatan:
-
Mengintegrasikan faktor manajemen dan SDM, bukan hanya fokus pada teknis.
-
Visualisasi spider web sangat membantu proses evaluasi cepat.
-
Pendekatan empiris dengan validasi proyek nyata, bukan sekadar simulasi.
Kelemahan:
-
Belum mempertimbangkan variabel teknologi secara eksplisit.
-
Representasi faktor eksternal masih terlalu luas dan kurang spesifik.
-
Tidak mengukur dampak perubahan kebijakan publik atau kondisi makroekonomi secara dinamis.
Perbandingan dengan Studi Lain
Penelitian ini lebih komprehensif dibandingkan model pengukuran sebelumnya:
-
Mateen (2015): Fokus pada project management maturity, belum menyentuh sisi produktivitas total.
-
El-Gohary & Aziz (2014): Mengidentifikasi faktor pengaruh produktivitas, tapi tanpa model pengukuran kuantitatif.
Dengan menggabungkan pendekatan OPM3, penelitian ini berada satu tingkat lebih maju, terutama dalam menjembatani gap antara penelitian teoritis dan aplikasi langsung di proyek.
Implikasi Praktis
Bagi Kontraktor:
-
Model ini bisa dijadikan alat evaluasi tahunan untuk mengukur performa proyek.
-
Menjadi dasar untuk menyusun strategi pelatihan dan manajemen tenaga kerja.
Bagi Pemerintah:
-
Dapat digunakan sebagai dasar pembuatan standar penilaian produktivitas nasional.
-
Menyediakan indikator baru untuk mengukur kualitas kontraktor dalam proses tender.
Bagi Akademisi:
-
Memberi arah baru untuk riset lanjutan dalam pengembangan model berbasis teknologi atau hybrid productivity.
Rekomendasi Penelitian Lanjutan
-
Integrasi teknologi: Masukkan elemen digitalisasi dan BIM sebagai faktor penilaian.
-
Pemodelan dinamis: Tambahkan sistem pemantauan real-time produktivitas proyek.
-
Ekspansi sektor: Terapkan model pada proyek infrastruktur jalan, jembatan, atau bendungan yang memiliki karakteristik berbeda dari bangunan gedung.
Kesimpulan
Tesis ini berhasil menyusun dan mengimplementasikan sebuah model penilaian produktivitas proyek konstruksi yang tidak hanya kuat secara metodologis, tetapi juga aplikatif di lapangan. Dengan mengutamakan faktor internal seperti manajemen dan SDM, serta memperkuat visualisasi penilaian melalui spider web, model ini bisa menjadi standar baru evaluasi kinerja proyek di Indonesia.
Namun demikian, penyempurnaan lebih lanjut masih diperlukan, terutama dalam hal integrasi teknologi dan perincian aspek eksternal. Dengan demikian, penelitian ini membuka pintu bagi pengukuran produktivitas konstruksi yang lebih akurat, adil, dan adaptif terhadap perubahan zaman
Sumber Artikel
Kasih, R. P. A. (2018). Model Penilaian Produktivitas pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Tesis Magister, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Tersedia di: https://repository.its.ac.id