Membedah Penerimaan Teknologi Green Construction: Studi Kasus Proyek Grand Sungkono Lagoon Surabaya

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

08 Mei 2025, 08.50

Freepik.com

Pendahuluan

 

Mengapa Green Construction Perlu Diterima dengan Baik?

 

Di tengah meningkatnya isu lingkungan dan urgensi pembangunan berkelanjutan, sektor konstruksi menjadi sorotan karena kontribusinya terhadap konsumsi energi, penggunaan material tidak terbarukan, dan tingginya volume limbah. Oleh sebab itu, pendekatan green construction menjadi kebutuhan mendesak—bukan lagi pilihan.

 

Namun, pertanyaan mendasarnya adalah: apakah para pelaku industri, terutama kontraktor, benar-benar siap menerima dan mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan ini? Tesis karya Fahmi Firdaus Alrizal menjawab pertanyaan ini dengan pendekatan teoritis dan empiris melalui model Technology Acceptance Model (TAM) pada proyek Grand Sungkono Lagoon, Surabaya.

 

 

Penerimaan Teknologi dalam Green Construction: Kerangka TAM

 

Apa itu Technology Acceptance Model (TAM)?

 

TAM, yang diperkenalkan oleh Davis (1989), merupakan model teoritis yang mengukur sejauh mana individu bersedia menerima teknologi baru. Model ini menekankan dua variabel utama:

Perceived Usefulness (PU) – sejauh mana seseorang percaya bahwa teknologi akan meningkatkan kinerjanya.

Perceived Ease of Use (PEOU) – sejauh mana seseorang merasa bahwa penggunaan teknologi tersebut mudah dan tanpa hambatan.

 

Dalam tesis ini, TAM dikembangkan dengan menambahkan variabel eksternal seperti:

Subjective Norm (pengaruh sosial),

Job Relevance (keterkaitan pekerjaan),

Output Quality (kualitas hasil),

Result Demonstrability (hasil yang bisa ditunjukkan).

 

 

Studi Kasus: Proyek Grand Sungkono Lagoon

 

Objek dan Metodologi Penelitian

 

Penelitian ini dilakukan pada proyek apartemen Grand Sungkono Lagoon, dengan fokus pada tim manajemen proyek. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dikembangkan dari indikator TAM dan dianalisis menggunakan metode Partial Least Square (PLS).

 

Responden:

30 orang dari tim proyek: project manager, QS, K3, QC, dan site engineer.

 

Variabel yang Diukur:

Persepsi kemudahan, kemanfaatan, sikap terhadap penggunaan, niat berperilaku, penggunaan aktual, hingga faktor eksternal.

 

 

Temuan Kunci: Faktor-Faktor Penerimaan Green Construction

 

1. Niat Perilaku (Behavioral Intention) Sangat Menentukan Penggunaan Aktual

 

Tesis ini menunjukkan bahwa niat perilaku kontraktor terhadap green construction adalah penentu utama dalam penggunaan aktual. Artinya, bila kontraktor memiliki keinginan kuat, maka adopsi teknologi lebih besar kemungkinannya.

 

Nilai Tambah:

Hal ini konsisten dengan temuan dari Venkatesh et al. (2003) yang menyatakan bahwa “behavioral intention” adalah prediktor terkuat dalam berbagai konteks adopsi teknologi, termasuk e-government dan e-learning.

 

2. Demonstrasi Hasil Mempengaruhi Persepsi Kemanfaatan

 

Ketika kontraktor dapat melihat hasil nyata dari green construction, mereka lebih cenderung menganggapnya bermanfaat. Misalnya, efisiensi energi dan pengurangan limbah yang terbukti secara kuantitatif mempengaruhi persepsi positif.

 

Studi Pendukung:

Prasaji et al. (2012) mencatat bahwa green construction dalam tahap struktur dapat menghemat hingga 15% dari biaya material konvensional.

 

3. Kemudahan Penggunaan Meningkatkan Sikap Positif

 

Jika suatu sistem atau teknologi dianggap mudah digunakan, maka sikap pengguna terhadap teknologi tersebut juga akan positif. Dalam proyek ini, pelatihan internal dan SOP yang disediakan oleh manajemen terbukti membantu membentuk persepsi ini.

 

 

Kritik dan Ruang Perbaikan

 

A. Generalisasi Hasil

Penelitian ini terbatas pada satu proyek di Surabaya. Hasilnya belum tentu merepresentasikan proyek di daerah lain dengan skala atau kultur kerja yang berbeda.

 

Saran: Studi lanjutan bisa melibatkan proyek di Jakarta, Medan, atau Bali untuk menguji konsistensi model TAM dalam konteks yang lebih luas.

 

B. Aspek Non-Teknis Belum Tergali

Faktor-faktor seperti insentif dari pemilik proyek, tekanan regulasi, atau kepercayaan terhadap teknologi ramah lingkungan belum sepenuhnya dimasukkan dalam model.

 

Saran: Kombinasi TAM dengan TOE (Technology, Organization, Environment) Framework dapat memberikan gambaran lebih menyeluruh.

 

 

Implikasi Praktis bagi Industri Konstruksi

 

1. Desain Intervensi Berbasis Perilaku

Karena niat berperilaku menjadi penentu utama, maka pendekatan pelatihan, reward, dan komunikasi visual dapat meningkatkan adopsi green construction.

 

2. Tingkatkan Visibility Keberhasilan Proyek Hijau

Pihak kontraktor harus menunjukkan keberhasilan proyek ramah lingkungan melalui laporan kinerja, tur lapangan, atau media sosial. Ini meningkatkan result demonstrability.

 

3. Sediakan Manual & Pelatihan yang Jelas

Kemudahan penggunaan dapat ditingkatkan dengan menyediakan SOP yang praktis, manual digital, atau simulasi sebelum penerapan metode baru.

 

 

Kesimpulan

 

Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman perilaku dalam implementasi green construction. Dengan menggunakan kerangka TAM, tesis ini menunjukkan bahwa persepsi kemanfaatan, kemudahan, dan demonstrasi hasil nyata merupakan pendorong utama keberhasilan implementasi teknologi hijau dalam proyek konstruksi.

 

Penerapan model ini tidak hanya relevan untuk proyek Grand Sungkono Lagoon, tetapi juga untuk semua proyek yang ingin mentransformasi prosesnya menjadi lebih berkelanjutan. Kuncinya adalah menciptakan lingkungan adopsi teknologi yang dipahami, dirasakan manfaatnya, dan didukung secara sosial.

 

 

Sumber:

Fahmi Firdaus Alrizal. (2016). Analisis Model Penerimaan Teknologi terhadap Implementasi Green Construction pada Proyek Grand Sungkono Lagoon Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.