Membedah Kegagalan dan Cacat Konstruksi Bangunan di Zona Rawan Gempa: Studi Kasus Kota Padang

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

27 Mei 2025, 12.59

Unsplash.com

Pendahuluan

 

Kualitas konstruksi bangunan di wilayah rawan gempa seperti Kota Padang sangat menentukan keselamatan penghuninya. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak proyek bangunan yang mengalami cacat dan potensi kegagalan struktural. Paper berjudul "Potential Defects & Failures in Building Industry" oleh Akhmad Suraji, Benny Hidayat, dan Afdaluz Zaki (2023), yang dipublikasikan dalam E3S Web of Conferences, mengungkap berbagai jenis cacat dan potensi kegagalan bangunan yang ditemukan dalam tiga proyek konstruksi di Kota Padang. Dengan pendekatan grounded theory dan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini menyoroti aspek teknis, manajerial, dan manusiawi sebagai faktor utama penyebab cacat konstruksi.

 

Latar Belakang dan Urgensi Penelitian

 

Padang merupakan kawasan dengan aktivitas seismik tinggi yang berisiko mengalami gempa besar. Berdasarkan data PVMBG, intensitas guncangan dapat mencapai > VIII MMI, yang berarti sangat merusak. Dalam konteks ini, bangunan harus dirancang dan dikerjakan secara tahan gempa. Namun, penelitian ini menemukan bahwa kualitas konstruksi belum mencerminkan kesiapan tersebut. Tujuan utama studi ini adalah mengidentifikasi jenis cacat dan kegagalan, menganalisis penyebabnya, serta merekomendasikan strategi mitigasi.

 

Metode Penelitian

 

Penelitian dilakukan melalui survei lapangan di tiga proyek bangunan (kantor, perpustakaan, dan laboratorium) dengan teknik observasi, wawancara terhadap kontraktor pelaksana dan konsultan pengawas, serta dokumentasi kerusakan. Analisis menggunakan metode grounded theory dengan tiga tahap:

 

  • Open Coding: mengidentifikasi kategori cacat dan kegagalan.
  • Axial Coding: menghubungkan kategori untuk membentuk konsep.
  • Selective Coding: menyusun tema sentral dari hubungan antar kategori.

 

Hasil dan Temuan Utama

 

1. Cacat Teknis

 

  • Cacat teknis berhubungan dengan penggunaan material dan metode pelaksanaan:
  • Kolom dan balok berpori akibat adukan beton yang tidak sempurna.
  • Defleksi balok karena beban berlebih dan perancah yang lemah.
  • Rongga udara dan beton tidak padat menyebabkan penurunan daya dukung struktural.

 

Studi relevan: Kasus serupa terjadi di Semarang (Maharani & Priyanto, 2023), di mana mutu beton menurun karena kesalahan peracikan dan perawatan.

 

2. Cacat Manajerial

 

Kesalahan dalam perencanaan dan pengawasan konstruksi:

  • Perubahan desain fondasi pada proyek perpustakaan karena lapisan tanah lunak sedalam 5 meter. Solusinya adalah mengganti ke tipe fondasi KJRB (jaringan rusuk beton).
  • Kesalahan urutan kerja, misalnya pemasangan keramik sebelum atap, mengakibatkan kerusakan akibat jatuhnya bahan.
  • Minimnya koordinasi antara tim lapangan dan manajemen proyek.

 

3. Cacat Akibat Faktor Manusia

 

  • Kesalahan perhitungan daya listrik menyebabkan operasional proyek terganggu.
  • Kurangnya keterampilan tenaga kerja, pelaksanaan tidak sesuai prosedur.
  • Pekerjaan tergesa-gesa demi mengejar waktu berujung pada kerusakan akhir.

 

4. Faktor Lingkungan

 

  • Iklim ekstrem dan kelembapan tinggi mempercepat korosi.
  • Aktivitas seismik tinggi di Padang menyebabkan fondasi retak jika tidak didesain dengan benar.

 

Studi Kasus Ilustratif

 

Dalam proyek kantor, ditemukan cacat pada sambungan balok dan kolom yang membentuk rongga. Jika tidak diperbaiki, berisiko menurunkan stabilitas bangunan. Solusinya adalah inspeksi menyeluruh dan perbaikan menggunakan perekat serta curing yang tepat.

 

Pada proyek laboratorium, cacat berupa defleksi balok di ujung-ujung karena beban tidak merata dan perancah lemah. Solusi: perkuatan dengan penyangga tambahan dan evaluasi ulang beban.

 

Analisis dan Opini

 

Penelitian ini memperkuat pentingnya pengawasan ketat dan pengetahuan teknis dalam proyek konstruksi, terutama di zona rawan gempa. Salah satu kekuatan studi ini adalah pendekatannya yang holistik, melibatkan aspek teknis, manajerial, hingga psikologis (perilaku pekerja). Namun, studi masih terbatas pada tiga proyek dan belum mencakup bangunan bertingkat tinggi atau proyek infrastruktur besar.

 

Perbandingan dengan penelitian internasional, seperti Atkinson (1999) di Inggris, menunjukkan bahwa kesalahan manusia dan lemahnya pengawasan juga menjadi penyebab dominan cacat konstruksi secara global. Namun, di Indonesia, faktor lingkungan dan gempa menjadi pembeda penting.

 

Rekomendasi Praktis dan Strategi Mitigasi

 

1. Teknis: Pastikan mutu bahan, sistem pencampuran beton, dan teknik perakitan sesuai standar SNI.

2. Manajerial: Terapkan perencanaan dinamis dan pengawasan lapangan yang aktif.

3. Sumber Daya Manusia: Latih tenaga kerja secara berkala, khususnya terkait konstruksi tahan gempa.

4. Desain: Gunakan sistem fondasi yang adaptif seperti KJRB untuk tanah lunak di wilayah gempa.

5. Pemantauan: Gunakan teknologi digital seperti drone dan sensor untuk inspeksi awal kerusakan.

 

Kesimpulan

 

Kualitas konstruksi di daerah rawan gempa seperti Padang harus diawasi dengan ketat. Penelitian ini membuktikan bahwa cacat bangunan disebabkan oleh kombinasi faktor teknis, manajerial, manusia, dan lingkungan. Ke depan, mitigasi harus bersifat menyeluruh dari hulu ke hilir, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan bangunan.

 

Sumber:

 

Suraji, A., Hidayat, B., & Zaki, A. (2023). Potential Defects & Failures in Building Industry. E3S Web of Conferences 464, 07007. https://doi.org/10.1051/e3sconf/202346407007