Latar Belakang Krisis Demografis dan Ketenagakerjaan
Paper ini secara eksplisit mengidentifikasi dua isu makroekonomi yang mendasari urgensi penelitian ini: fenomena penuaan populasi Jepang dan kebutuhan ekspansi bisnis industri konstruksi ke luar negeri.1 Isu demografi digambarkan sebagai krisis yang semakin parah. Data menunjukkan bahwa populasi Jepang telah menurun sejak puncaknya pada tahun 2008 dan diprediksi akan anjlok menjadi 88.080 ribu pada tahun 2065 dari 128.617 ribu pada tahun 2029, sebuah penurunan populasi yang signifikan dalam waktu kurang dari empat dekade.1 Lebih lanjut, rasio penduduk berusia di atas 65 tahun diproyeksikan akan melonjak dari 28.4% pada tahun 2019 menjadi 38.4% pada tahun 2065, menunjukkan pergeseran struktural yang mendalam.1
Data yang lebih rinci menunjukkan bahwa krisis ini jauh lebih parah di sektor konstruksi. Jumlah karyawan konstruksi turun menjadi 4.920 ribu, yang merupakan penurunan drastis sebesar 28% dari puncaknya sebesar 6.850 ribu pada tahun 1997.1 Penuaan tenaga kerja juga sangat mencolok; pada tahun 2016, rasio karyawan di atas 55 tahun di industri ini adalah 34%, jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 29%.1 Sebaliknya, rasio karyawan di bawah 29 tahun hanya 11%, lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 16%.1 Kondisi ini tidak hanya menunjukkan penurunan jumlah pekerja, tetapi juga kegagalan yang parah dalam menarik generasi muda. Hal ini mempercepat siklus penuaan dan menciptakan urgensi yang ekstrem untuk mencari solusi di luar demografi domestik. Perekrutan insinyur asing bukanlah sekadar pilihan, melainkan keharusan strategis untuk kelangsungan hidup industri.
Analisis Sistem Subkontraktor Multi-Lapis sebagai Penentu Ekonomi
Paper ini menyoroti sistem subkontraktor multi-lapis sebagai karakteristik unik dan esensial dari industri konstruksi Jepang, yang secara langsung memengaruhi kondisi kerja dan jalur karier.1 Sebuah temuan kuantitatif yang menonjol dari penelitian ini, berdasarkan data dari Otoritas Pajak Jepang, adalah adanya disparitas gaji yang signifikan antara perusahaan yang berbeda ukurannya dalam rantai subkontraktor.1 Pada tahun 2022, perusahaan konstruksi dengan lebih dari
5.000 karyawan memiliki gaji tahunan rata-rata sebesar 8.202 ribu JPY, lebih dari dua kali lipat dari perusahaan dengan kurang dari 10 karyawan, yang hanya mencatatkan 3.817 ribu JPY.1 Disparitas ini jauh lebih menonjol di sektor konstruksi dibandingkan dengan sektor manufaktur, di mana perusahaan dengan lebih dari 5.000 karyawan memiliki gaji tahunan rata-rata sebesar 7.153 ribu JPY, yang tidak terlalu jauh berbeda dari gaji sebesar 3.216 ribu JPY pada perusahaan yang lebih kecil.1
Analisis ini membangun hubungan kausal yang kuat: Sistem subkontraktor multi-lapis menentukan posisi perusahaan dalam hierarki industri, yang pada gilirannya memengaruhi kapasitas finansial, reputasi, dan kemampuan untuk merekrut talenta.1 Dengan demikian, struktur industri itu sendiri menciptakan ketidaksetaraan sistemik yang membatasi pilihan karier insinyur asing sejak awal. Insinyur yang dipekerjakan oleh perusahaan di lapisan yang lebih rendah kemungkinan besar akan menerima gaji yang jauh lebih rendah dan memiliki jalur karier yang lebih terbatas, yang berpotensi menyebabkan ketidakpuasan dan tingkat retensi yang rendah.
Misi Ekspansi Global dan Kontradiksi Kebijakan
Pemerintah Jepang telah secara aktif mempromosikan "Strategi Ekspor Sistem Infrastruktur" sejak tahun 2013, dengan target ambisius untuk meningkatkan nilai pesanan luar negeri menjadi 30 triliun JPY pada tahun 2020 dari 10 triliun JPY pada tahun 2010.1 Target ini hampir tercapai, dengan pesanan mencapai 25 triliun JPY pada tahun 2018.1 Namun, data yang disajikan dalam paper menunjukkan adanya kontradiksi antara visi makro pemerintah dan realitas mikro perusahaan. Hanya 6% perusahaan konstruksi yang memprioritaskan globalisasi, dibandingkan dengan 13% perusahaan di seluruh industri.1
Kontradiksi ini menunjukkan adanya ketidakselarasan antara visi pemerintah dan kapasitas implementasi di tingkat perusahaan. Paper ini mencatat bahwa lebih dari 99% perusahaan di Jepang adalah perusahaan kecil dan menengah yang mempekerjakan lebih dari 70% dari total karyawan.1 Perusahaan-perusahaan ini memiliki keterbatasan finansial dan sumber daya manusia yang menghalangi ekspansi ke luar negeri. Meskipun perekrutan insinyur asing dianggap sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan ini, hambatan internal yang mendalam membatasi implementasinya. Ini menunjukkan bahwa solusi "merekrut insinyur asing" harus disesuaikan dengan konteks internal dan kapasitas yang berbeda dari setiap lapisan perusahaan.
Temuan Kunci: Keterkaitan Antar Sistem dan Jalur Karier
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini mengungkap hubungan yang jelas antara struktur industri (lapisan perusahaan), latar belakang insinyur, dan jalur karier mereka. Terdapat hubungan kuat antara lapisan perusahaan tempat insinyur bekerja dan sumber rekrutmen mereka, yang terperinci dalam Table 8.1 Perusahaan besar dan semi-besar (major, semi-major & first layer) cenderung merekrut lulusan universitas Jepang.1 Hal ini dapat dijelaskan oleh koneksi sosial dan profesional yang kuat antara profesor di universitas Jepang dan perusahaan-perusahaan besar, serta persepsi bahwa lulusan ini memiliki modal budaya yang lebih tinggi. Sebaliknya, perusahaan di lapisan yang lebih rendah (rural/small-medium second and/or lower layer) dan agen kepegawaian (staffing agency) sebagian besar merekrut lulusan universitas luar negeri.1 Fenomena ini menciptakan dua jalur karier yang berbeda bagi insinyur asing yang dimulai sejak tahap perekrutan dan memengaruhi seluruh lintasan profesional mereka.
Lebih jauh, Table 9 dan Table 10 1 mengungkapkan paradoks penempatan kerja dan kebutuhan bahasa yang mendalam. Perusahaan besar cenderung menugaskan insinyur asing ke proyek luar negeri, di mana kecakapan bahasa Inggris menjadi prioritas utama. Sebaliknya, perusahaan kecil dan menengah menempatkan mereka di proyek domestik, yang sangat menuntut kemampuan bahasa Jepang tingkat tinggi, tidak hanya untuk komunikasi sehari-hari tetapi juga untuk memperoleh kualifikasi profesional dan menyelesaikan dokumentasi teknis.1 Situasi ini adalah sebuah ketidaksesuaian strategis. Perusahaan di lapisan bawah, yang paling menderita akibat krisis tenaga kerja domestik dan didorong oleh kebutuhan akan insinyur bersertifikat, merekrut talenta yang paling tidak siap untuk memenuhi tuntutan bahasa tersebut. Hal ini mengharuskan insinyur asing di perusahaan kecil untuk menghabiskan waktu yang signifikan untuk belajar bahasa dan mempersiapkan ujian, sebuah tantangan yang tidak dihadapi oleh rekan-rekan mereka di perusahaan besar.
Kontribusi Utama terhadap Bidang
Penelitian ini memberikan beberapa kontribusi signifikan yang membedakannya dari literatur yang ada. Pertama, paper ini adalah yang pertama kali secara eksplisit mengkaji hubungan antara sistem subkontraktor multi-lapis di Jepang dengan karakteristik dan jalur karier insinyur sipil asing.1 Penelitian ini tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga menyusun hubungan kausal yang kuat, menunjukkan bagaimana struktur industri itu sendiri membentuk pengalaman ketenagakerjaan.1
Kedua, penelitian ini memperluas kerangka teoretis dengan menerapkan teori motivasi intrinsik Edward L. Deci untuk menganalisis faktor-faktor non-moneter yang memengaruhi retensi insinyur asing jangka panjang.1 Pendekatan ini adalah lompatan dari studi sebelumnya yang cenderung berfokus pada isu-isu pragmatis seperti gaji atau kondisi kerja. Dengan mengidentifikasi pentingnya faktor-faktor seperti otonomi, kompetensi, dan hubungan, penelitian ini membuka jalan untuk pengembangan program manajemen sumber daya manusia yang lebih holistik.1
Ketiga, penggunaan metodologi kualitatif yang mendalam, yaitu metode "life history," memungkinkan penelitian ini untuk menangkap nuansa motivasi, tantangan, dan transisi karier yang tidak dapat diukur oleh data statistik semata.1 Metode ini memberikan pemahaman yang kaya dan kontekstual tentang pengalaman individu, menjembatani kesenjangan antara analisis makro dan realitas mikro.
Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka
Meskipun memberikan kerangka kerja yang solid, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang menciptakan pertanyaan terbuka bagi penelitian masa depan. Keterbatasan utama terletak pada ukuran sampel wawancara yang terbatas, yaitu delapan insinyur asing dan tujuh manajer/eksekutif.1 Meskipun metode "life history" efektif untuk studi kasus, ukuran sampel ini membatasi generalisasi temuan ke seluruh industri konstruksi Jepang. Terdapat pertanyaan terbuka apakah temuan ini valid secara statistik di seluruh spektrum perusahaan dan insinyur, atau hanya merepresentasikan pengalaman dari kelompok yang diwawancarai.
Selanjutnya, penelitian ini tidak secara eksplisit membahas dampak faktor-faktor eksternal lain yang mungkin memengaruhi pengalaman insinyur asing, seperti perubahan kebijakan imigrasi, fluktuasi ekonomi global, atau preferensi migrasi yang berubah dari negara asal insinyur.1 Selain itu, meskipun paper mengusulkan solusi, ada pertanyaan terbuka tentang kelayakan implementasi praktisnya.1 Misalnya, bagaimana perusahaan kecil dengan sumber daya terbatas dapat menyediakan program pelatihan bahasa dan bimbingan yang memadai seperti yang diusulkan? Apakah ada model kolaborasi yang dapat memfasilitasi ini secara efisien? Pertanyaan-pertanyaan ini memerlukan penelitian tambahan untuk dapat memberikan solusi yang benar-benar berkelanjutan dan dapat diterapkan.
5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan
- Studi Komparatif Jangka Panjang tentang Jalur Karier
Dasar Temuan: Paper ini menunjukkan bahwa insinyur sipil asing yang bekerja di perusahaan Jepang memiliki dua jalur karier yang berbeda: proyek domestik (yang sangat membutuhkan kualifikasi dan bahasa Jepang) dan proyek luar negeri (yang menuntut pengalaman dan kecakapan bahasa Inggris).1
Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Lakukan studi longitudinal selama 5 hingga 10 tahun untuk melacak kohort insinyur asing dari kedua jalur ini. Variabel yang akan diukur meliputi tingkat retensi, kenaikan gaji, tingkat kepuasan kerja, dan pencapaian karier (misalnya, jumlah sertifikasi yang diperoleh atau promosi ke posisi manajerial).
Justifikasi Ilmiah: Penelitian ini diperlukan untuk secara kuantitatif memvalidasi hipotesis awal paper. Temuan ini akan menunjukkan hubungan kuat antara jalur karier yang dipilih dan hasil jangka panjang, memberikan panduan strategis yang konkret bagi insinyur dan perusahaan. Data deskriptif menunjukkan hubungan kuat antara ukuran perusahaan dan gaji, tetapi penelitian ini akan menunjukkan hubungan kausal antara jalur karier spesifik dan hasil profesional yang terukur. - Analisis Mendalam tentang Hambatan Bahasa dan Kualifikasi
Dasar Temuan: Paper ini menyoroti bahwa ujian kualifikasi dan dokumentasi di lokasi konstruksi Jepang sangat menuntut kemampuan bahasa Jepang tingkat tinggi, termasuk pemahaman Kanji.1
Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Lakukan studi campuran (mixed-methods) yang mencakup survei berskala besar dan wawancara mendalam. Variabel kunci yang akan diteliti adalah "skor hambatan bahasa" yang diukur melalui tes komunikasi fungsional di tempat kerja. Konteks baru adalah menganalisis dampak dari penggunaan alat terjemahan digital atau format dokumentasi dwibahasa (Jepang-Inggris) pada efisiensi kerja dan keselamatan proyek.
Justifikasi Ilmiah: Meskipun paper mengidentifikasi masalah, penelitian lanjutan harus mengukur dampak sebenarnya dari hambatan ini dan menguji kelayakan solusi teknologi atau administratif. Temuan dari penelitian ini dapat membantu menginformasikan kebijakan yang lebih inklusif dan efisien, berpotensi menunjukkan potensi kuat untuk perbaikan produktivitas dengan koefisien yang signifikan. - Eksplorasi Faktor Non-Moneter dan Motivasi Intrinsik pada Berbagai Lapisan
Dasar Temuan: Paper ini mengidentifikasi bahwa faktor-faktor non-moneter seperti "counseling" dan "jaringan dengan kolega dari negara yang sama" adalah faktor kepuasan yang penting bagi insinyur asing.1 Temuan ini menunjukkan hubungan kuat antara faktor-faktor ini dan retensi.
Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Lakukan studi kualitatif komparatif yang membandingkan pengalaman insinyur di berbagai lapisan industri (perusahaan besar vs. kecil). Variabel baru yang akan diteliti adalah "tingkat dukungan sosial dan mental," "persepsi kesetaraan perlakuan," dan "kesempatan untuk membangun jaringan profesional."
Justifikasi Ilmiah: Paper ini mengidentifikasi faktor-faktor ini secara umum, tetapi penelitian lanjutan diperlukan untuk memahami bagaimana kebutuhan dan ketersediaan faktor-faktor ini bervariasi secara signifikan di seluruh hierarki industri. Hal ini akan memperdalam pemahaman tentang bagaimana motivasi intrinsik dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang berbeda. - Pengembangan dan Evaluasi Model Dukungan Bersama untuk Perusahaan Kecil
Dasar Temuan: Penelitian ini menyebutkan bahwa perusahaan kecil kekurangan sumber daya internal untuk program pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang komprehensif.1
Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Lakukan studi kasus dan penelitian tindakan (action research) dengan memfasilitasi program percontohan kolaboratif. Program ini akan melibatkan asosiasi industri, lembaga pemerintah (seperti JETRO), dan universitas untuk menyediakan program OFFJT (Off the Job Training) yang berfokus pada pelatihan bahasa, sertifikasi, dan keterampilan manajemen lintas budaya. Variabel yang akan dievaluasi adalah tingkat adopsi program, tingkat retensi, dan peningkatan produktivitas yang terukur.
Justifikasi Ilmiah: Ini adalah langkah logis berikutnya untuk menerjemahkan temuan akademis menjadi solusi praktis. Penelitian ini akan menyediakan model yang dapat direplikasi dan dievaluasi untuk membantu perusahaan kecil mengatasi hambatan struktural yang menghalangi mereka untuk mempekerjakan dan mempertahankan insinyur asing. - Penelitian Kualitatif tentang Transisi Antar-Lapisan
Dasar Temuan: Paper ini menunjukkan jalur karier yang rigid dan terfragmentasi berdasarkan lapisan perusahaan.1 Meskipun ada kebutuhan akan mobilitas tenaga kerja, paper tidak menganalisis fenomena ini secara eksplisit.
Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Lakukan studi kualitatif mendalam pada insinyur asing yang berhasil atau gagal berpindah dari perusahaan lapisan bawah ke perusahaan lapisan atas. Variabel yang akan dianalisis meliputi "hambatan mobilitas," "strategi adaptasi," dan "peran sertifikasi atau pengalaman ODA."
Justifikasi Ilmiah: Penelitian ini akan mengisi kesenjangan krusial dalam pemahaman tentang mobilitas karier. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memungkinkan mobilitas vertikal akan memberikan wawasan berharga bagi insinyur dan pembuat kebijakan. Temuan ini dapat menunjukkan hubungan kuat antara mobilitas dan kepuasan karier, membuka potensi untuk perbaikan sistemik yang belum terealisasi.
Ajakan Kolaborasi dan Kesimpulan
Paper ini telah berhasil membangun kerangka konseptual yang kuat, menghubungkan isu demografis, struktur industri, dan motivasi individu. Namun, untuk menindaklanjuti temuan yang ada dan mengembangkan solusi yang dapat diterapkan secara praktis, penelitian lebih lanjut harus bersifat kolaboratif dan multidisiplin.
Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi utama yang berperan dalam ekosistem ini untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil. Kolaborasi harus terjalin antara Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata (sebagai pembuat kebijakan dan regulator), Universitas Tokyo City dan institusi akademik lainnya (untuk penelitian dan pengembangan program), serta asosiasi industri konstruksi Jepang dan JETRO (sebagai fasilitator dan perwakilan perusahaan) untuk meneliti, menguji, dan menerapkan solusi yang diusulkan.1
Baca Selengkapnya di https://doi.org/10.4186/ej.2025.29.4.65