Membangun Masa Depan Air Berkelanjutan di Komunitas

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

17 Juni 2025, 06.34

pixabay.com

Tantangan Air Komunitas di Era Urbanisasi dan Perubahan Iklim

Kebutuhan akan air bersih dan aman semakin mendesak di tengah pertumbuhan penduduk, urbanisasi pesat, dan dampak perubahan iklim. Banyak komunitas di dunia, terutama di negara berkembang, menghadapi kegagalan sistem penyediaan air akibat tekanan populasi, polusi, dan lemahnya tata kelola. Paper “Assessment and enhancement of community water supply system sustainability: A dual framework approach” karya Ranju Bhatta, Ho Huu Loc, Mukand S. Babel, dan Kaushal Chapagain menawarkan solusi inovatif melalui pengembangan dua kerangka kerja (framework) untuk menilai sekaligus meningkatkan keberlanjutan sistem air komunitas.

Artikel ini tidak hanya relevan secara akademis, tetapi juga sangat praktis untuk diterapkan oleh pemerintah daerah, pengelola air, dan komunitas yang ingin memperbaiki sistem air mereka secara berkelanjutan.

Mengapa Penilaian dan Peningkatan Keberlanjutan Air Komunitas Penting?

Permintaan air global meningkat sekitar 1% per tahun dan diperkirakan akan terus melonjak dalam dua dekade ke depan. Di sisi lain, banyak komunitas, meski tinggal di negara dengan sumber air melimpah, tetap kesulitan mengakses air berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan air bukan sekadar masalah ketersediaan, tetapi juga pengelolaan, distribusi, dan keterlibatan masyarakat.

Keberlanjutan air komunitas didefinisikan sebagai upaya menjaga agar layanan air tetap bernilai, memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan generasi mendatang. Untuk itu, diperlukan alat ukur dan strategi peningkatan yang terstruktur dan mudah diadaptasi ke berbagai konteks lokal.

Metodologi: Dual Framework – SAFE-Comm dan SENSE-Comm

1. SAFE-Comm (Sustainability Assessment Framework for Community Water Supply)

Framework ini dikembangkan untuk menilai keberlanjutan sistem air komunitas secara komprehensif. SAFE-Comm terdiri dari tiga dimensi utama:

  • Efisiensi: Menilai operasional dan keuangan, seperti metering, tingkat layanan, cost recovery, aksesibilitas, dan kehilangan air.
  • Resiliensi: Mengukur kemampuan sistem bertahan dan pulih dari gangguan, melalui indikator ketersediaan air, kualitas air, stres lingkungan, dan redundansi (cadangan).
  • Dukungan Komunitas: Menggambarkan keterlibatan, kontribusi finansial, dan kesadaran masyarakat terhadap keberlanjutan air.

Setiap dimensi diukur dengan indikator dan variabel spesifik, yang dinormalisasi dalam rentang skor 1–4. Skor di bawah 1,5 menandakan keberlanjutan buruk, 1,5–2,5 cukup, 2,5–3,5 baik, dan di atas 3,5 sangat baik.

2. SENSE-Comm (Sustainability Enhancement Framework for Community Water Supply)

Framework kedua ini berfungsi sebagai panduan strategis untuk meningkatkan keberlanjutan berdasarkan hasil penilaian SAFE-Comm. SENSE-Comm menyusun tujuan dan strategi spesifik pada tiga dimensi yang sama: efisiensi, resiliensi, dan dukungan komunitas. Kerangka ini menekankan aksi nyata dan kolaborasi, bukan sekadar penilaian.

Studi Kasus: Sistem Air Komunitas Asian Institute of Technology (AIT), Thailand

Profil Lokasi

AIT di Pathum Thani, Thailand, adalah komunitas kampus dengan 3.327 penduduk (1.230 tinggal di dalam kampus). Sumber air utama berasal dari Provincial Water Authorities (PWA), disimpan di tiga reservoir berkapasitas total 1.450 m³. Sistem pengelolaan air limbah juga sudah ada, dengan kapasitas pengolahan 45.000 m³ per bulan.

Penerapan SAFE-Comm

Penilaian dilakukan dengan mengumpulkan data objektif (dari pengelola aset kampus) dan subjektif (melalui survei pengguna). Hasil penilaian:

  • Efisiensi: Skor rata-rata 2,06. Beberapa indikator sangat rendah, seperti metering level (24,22%), cost recovery (3,3%), dan non-revenue water (5%). Namun, aksesibilitas sangat baik (24 jam/hari).
  • Resiliensi: Skor rata-rata 2,5. Ketersediaan air per kapita sangat tinggi (325 lpcd, namun justru dinilai boros), kualitas air memuaskan (71% responden puas), pengolahan air limbah 100%, dan kapasitas cadangan air darurat 2 hari.
  • Dukungan Komunitas: Skor rata-rata 2,2. Partisipasi survei rendah, willingness to pay 2,6 (skala 1–4), dan perilaku hemat air cukup baik.

Kesimpulan: Skor Water Sustainability Index (WSI) AIT adalah 2,25 – masuk kategori “cukup”. Artinya, sistem sudah berjalan, tapi masih banyak ruang perbaikan, terutama pada efisiensi dan partisipasi masyarakat.

Rekomendasi Strategis: Penerapan SENSE-Comm di AIT

Berdasarkan hasil SAFE-Comm, SENSE-Comm mengarahkan pada beberapa aksi prioritas:

Efisiensi

  • Pengurangan Kehilangan Distribusi: Implementasi monitoring jaringan distribusi dengan sensor dan meter untuk deteksi kebocoran serta sistem perbaikan cepat.
  • Pendanaan Berkelanjutan: Menerapkan kebijakan tarif air untuk mendorong penggunaan bijak dan memastikan keberlanjutan finansial. Saat ini, AIT belum mengenakan tarif air, sehingga peluang efisiensi masih sangat besar.
  • Manajemen Aset: Inventarisasi dan penilaian kondisi infrastruktur air secara berkala untuk mendeteksi dan memperbaiki kerusakan sebelum menjadi masalah besar.

Resiliensi

  • Keandalan Infrastruktur: Menambah jalur pipa cadangan dan peralatan backup untuk mengurangi dampak gangguan.
  • Sumber Air Alternatif: Memanfaatkan rainwater harvesting di gedung-gedung kampus sebagai sumber cadangan saat musim kemarau.
  • Kesiapsiagaan Darurat: Menyusun rencana tanggap darurat yang jelas, melibatkan seluruh pemangku kepentingan, dan latihan berkala.
  • Kapasitas Penyimpanan: Membangun fasilitas penyimpanan air baru untuk menghadapi lonjakan permintaan atau gangguan pasokan.

Dukungan Komunitas

  • Konservasi Air: Audit penggunaan air di seluruh fasilitas dan mengadopsi teknologi hemat air seperti low-flow fixtures.
  • Edukasi dan Kesadaran: Kampanye, workshop, dan kompetisi antar unit untuk mendorong perilaku hemat air di kalangan mahasiswa dan staf.
  • Peningkatan Partisipasi: Mendorong inisiatif mahasiswa dalam pengelolaan air, melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan monitoring.

Analisis Kritis: Kelebihan, Kekurangan, dan Relevansi Global

Kelebihan Framework

  • Adaptif dan Fleksibel: Framework dapat diterapkan di berbagai komunitas dengan menyesuaikan variabel sesuai konteks lokal.
  • Mengintegrasikan Dimensi Sosial: Tidak hanya menilai aspek teknis dan ekonomi, tetapi juga menekankan pentingnya dukungan dan partisipasi masyarakat.
  • Berorientasi Aksi: Tidak berhenti pada diagnosis, tetapi menawarkan strategi konkret untuk perbaikan.

Tantangan dan Keterbatasan

  • Keterbatasan Data: Keberhasilan framework sangat bergantung pada ketersediaan data yang akurat dan partisipasi masyarakat.
  • Implementasi Kebijakan: Perubahan perilaku dan penerapan kebijakan baru (misal tarif air) seringkali menghadapi resistensi dari pengguna.
  • Skalabilitas: Framework ini lebih cocok untuk komunitas skala menengah; untuk kota besar atau daerah terpencil, perlu adaptasi lebih lanjut.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Framework ini melengkapi model-model sebelumnya seperti Water Poverty Index (WPI) dan Canadian Water Sustainability Index (CWSI) yang lebih fokus pada aspek makro atau kota. SAFE-Comm dan SENSE-Comm menonjol karena mengintegrasikan dimensi dukungan komunitas dan menawarkan strategi peningkatan, bukan sekadar penilaian.

Studi Kasus Global dan Tren Industri

  • Studi di Kenya dan Ethiopia: Banyak proyek air komunitas gagal bertahan lebih dari 5 tahun karena kurangnya partisipasi masyarakat dan lemahnya pendanaan.
  • Inovasi di Negara Maju: Kota-kota di Eropa dan Amerika mulai menerapkan smart metering dan digitalisasi pengelolaan air, yang dapat diadaptasi ke komunitas berkembang.
  • Tren Industri: Sektor swasta mulai masuk melalui Public-Private Partnership (PPP) untuk memperbaiki sistem air komunitas, namun tetap perlu pengawasan dan keterlibatan warga agar tidak terjadi komersialisasi berlebihan.

Implikasi Kebijakan dan Rekomendasi untuk Indonesia

Framework ini sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia, terutama di desa, kelurahan, atau kawasan pinggiran kota yang sering mengalami krisis air. Pemerintah daerah dapat mengadopsi SAFE-Comm dan SENSE-Comm untuk:

  • Melakukan audit keberlanjutan sistem air secara berkala.
  • Merancang strategi perbaikan berbasis data dan partisipasi warga.
  • Mengintegrasikan edukasi dan inovasi teknologi dalam pengelolaan air komunitas.
  • Menjadikan hasil penilaian sebagai dasar pengajuan dana ke pemerintah pusat atau donor.

Menuju Komunitas Mandiri dan Tangguh Air

Paper ini memberikan kontribusi nyata dalam pengelolaan air komunitas dengan menawarkan alat ukur dan strategi peningkatan yang adaptif, mudah diimplementasikan, dan berorientasi pada aksi nyata. Dengan menyeimbangkan aspek efisiensi, resiliensi, dan dukungan komunitas, framework ini dapat membantu komunitas di seluruh dunia—termasuk Indonesia—untuk membangun sistem air yang berkelanjutan, tangguh, dan inklusif.

Keberhasilan framework ini sangat bergantung pada komitmen bersama, keterbukaan data, dan keberanian untuk berubah. Jika diadopsi secara luas, SAFE-Comm dan SENSE-Comm dapat menjadi standar baru dalam pengelolaan air komunitas yang berkelanjutan.

Sumber Artikel 

Bhatta, R., Loc, H.H., Babel, M.S., & Chapagain, K. (2024). Assessment and enhancement of community water supply system sustainability: A dual framework approach. Environmental and Sustainability Indicators, 24, 100486.