Membangun Kembali Mati dengan Ketahanan: Peran Kritis Perencanaan Spasial dalam Mengurangi Risiko Bencana Pasca Kebakaran Hutan di Yunani
Penelitian berjudul “Disaster Risk Management and Spatial Planning: Evidence from the Fire-Stricken Area of Mati, Greece” secara mendalam membahas peran penting perencanaan spasial sebagai alat panoptik untuk pembangunan berkelanjutan, pengurangan risiko bencana, dan adaptasi perubahan iklim. Perencanaan berbasis risiko mendapatkan perhatian karena meningkatnya kerentanan infrastruktur perkotaan. Integrasi manajemen risiko bencana (DRM) ke dalam perencanaan spasial memerlukan strategi berbasis geografis untuk mengurangi risiko bencana.
Kajian ini berfokus pada kawasan Mati, Attica, yang hancur akibat kebakaran hutan pada Juli 2018. Bencana tersebut merupakan yang paling mematikan di Eropa dan kedua paling mematikan di dunia pada abad terakhir. Penyebab bencana sangat berkaitan dengan kelemahan perencanaan spasial atau ketiadaannya : jalan yang sangat sempit, banyak jalan buntu, blok bangunan yang terlalu panjang tanpa jalur evakuasi lateral, dan kurangnya tempat berkumpul, semuanya menghambat evakuasi yang aman dan cepat. Penelitian ini menyajikan serangkaian proposal urbanistik untuk rekonstruksi Mati berdasarkan kontribusi Urban Planning Research Laboratory (UPRL) dari National Technical University of Athens (NTUA) untuk penyusunan Special Urban Plan (SUP).
Proposal ini bertujuan untuk reorganisasi perkotaan yang berpusat pada prinsip pembangunan berkelanjutan, organisasi tata guna lahan yang rasional, pelestarian sumber daya alam, dan memastikan kondisi aman untuk semua kelompok sosial penduduk dan pengunjung.
Kontribusi Utama terhadap Bidang
Kontribusi penelitian ini adalah menyediakan cetak biru untuk integrasi DRM ke dalam perencanaan spasial, khususnya melalui instrumen SUP Yunani. SUP dapat digunakan untuk pengurangan risiko bencana dan manajemen , dan penggunaannya di Mati menjadi kasus percontohan yang signifikan bagi perencanaan spasial di Yunani.
Jalur logis perjalanan temuan dimulai dari identifikasi kerentanan Mati, diikuti dengan perumusan proposal reorganisasi:
- Analisis Kerentanan Spasial: Kerentanan Mati digarisbawahi oleh data kuantitatif yang menunjukkan ketidakcukupan signifikan dalam ruang publik dan struktur urban.
- Persentase ruang umum (jalan, ruang terbuka) di permukiman Mati hanya 11,0%, jauh tertinggal dari kawasan perumahan pusat (22,3% dan 22,7%) atau permukiman suburban (14,3%). Temuan ini menunjukkan hubungan kuat antara kurangnya ruang publik yang memadai (yang dapat berfungsi sebagai tempat berkumpul dan evakuasi) dan kerentanan permukiman terhadap bencana.
- Perimeter blok bangunan rata-rata di Mati adalah 751,0 m (atau 730 m) , jauh lebih panjang dibandingkan permukiman lain di Attica (272,3 m hingga 533,0 m). Blok yang besar dan jalan buntu yang banyak menghambat rute evakuasi alternatif. Temuan ini menunjukkan potensi kuat untuk objek penelitian baru yang fokus pada batas kritis perimeter blok untuk keamanan evakuasi.
- Lebar jalan tersempit di Mati adalah 3,5 m , yang menghambat akses tim penyelamat dan kendaraan evakuasi.
- Perumusan Pola Organisasi Spasial Baru: Proposal reorganisasi Mati didasarkan pada tiga pilar utama: lingkungan alam, evakuasi aman, dan revitalisasi pantai.
- Lingkungan Alam: Penekanan pada pencegahan kebakaran melalui studi perlindungan api , pengembangan zona pertahanan/perlindungan api dengan membersihkan vegetasi dan menanam spesies non-mudah terbakar , dan pemulihan kemampuan fisik kawasan seperti penyingkapan dasar sungai/aliran air untuk mitigasi banjir.
- Evakuasi Aman dan Aksesibilitas: Memperluas ruang publik , membagi blok bangunan (memperkenalkan jalan transversal) , dan menciptakan jaringan evakuasi yang aman menuju tempat berkumpul publik.
- Revitalisasi Pantai: Meningkatkan sifat publik dari zona pantai dengan menghilangkan pagar , dan menciptakan jalur pantai tunggal (sekitar ) untuk akses publik dan evakuasi.
Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bagaimana kegagalan perencanaan (misalnya, bangunan informal, blok panjang, akses pantai terhalang) di masa lalu secara langsung berkontribusi pada kerentanan struktural, dan menawarkan kerangka kerja terpadu untuk membangun kembali ketahanan secara fisik dan prosedural.
Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka
Meskipun menyajikan kerangka kerja yang komprehensif, penelitian ini menyoroti keterbatasan mendasar dalam sistem perencanaan Yunani yang dapat menghambat implementasi:
- Pelaksanaan yang Lemah: Perencanaan spasial di Yunani seringkali ditantang oleh implementasi rencana yang terlalu lama, penegakan yang lemah, dan prosedur hukum serta administrasi yang berat.
- Pemulihan yang Reaktif: Skema pemulihan bencana yang ada di Yunani cenderung berpusat pada bangunan individu dan mereproduksi kondisi spasial pra-bencana, alih-alih mempromosikan 'Build Back Better' dan keberlanjutan.
- Pemisahan Disiplin: Perencana spasial cenderung memandang pengurangan risiko bencana sebagai area keahlian geosciences dan teknik , dan manajemen bencana sebagai masalah organisasi perlindungan sipil. Hal ini mencerminkan segregasi antara disiplin ilmu yang harus diatasi.
Pertanyaan terbuka yang muncul adalah: Seberapa efektif SUP dalam jangka panjang akan menahan tekanan pembangunan kembali oleh sektor swasta yang sering tidak mematuhi peraturan urban?. Lebih lanjut, bagaimana memastikan partisipasi multi-pemangku kepentingan yang memadai yang diperlukan untuk mengimplementasikan legislasi perencanaan yang kurang preskriptif, namun lebih fleksibel?
5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan Justifikasi Ilmiah)
1. Model Simulasi Evakuasi Jaringan Urban Mati
- Justifikasi Ilmiah: Temuan menunjukkan rata-rata perimeter blok bangunan Mati sebesar 751,0 meter dan kurangnya jalan transversal secara langsung menghambat evakuasi aman.
- Fokus Riset: Mengembangkan model simulasi evakuasi micro-simulation (pejalan kaki dan kendaraan) yang membandingkan efisiensi waktu evakuasi kawasan Mati (pra-rekonstruksi) dengan skenario pasca-rekonstruksi yang mengintegrasikan jalan transversal baru (yang diusulkan ditunjukkan dalam Gambar 7).
- Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Menggunakan Analisis Jaringan Geografis untuk mengidentifikasi ambang batas kritis (critical threshold) di mana fragmentasi blok (memperkenalkan jalan transversal) secara signifikan mengurangi waktu respons tim penyelamat dan waktu evakuasi warga.
- Perlunya Lanjutan: Untuk memvalidasi desain ex-ante dari jaringan jalan baru dan secara kuantitatif mengukur manfaat pengurangan risiko dari intervensi spasial yang diusulkan Mati.
2. Studi Efikasi Fire Defense Zones Vegetatif-Hibrida
- Justifikasi Ilmiah: Proposal Mati menyarankan penciptaan zona pertahanan/perlindungan api dengan membersihkan vegetasi, menanam spesies non-mudah terbakar, dan kemungkinan pemasangan sistem sprinkler aktif (solusi "aktif").
- Fokus Riset: Melakukan kajian komparatif fire-testing dalam skala laboratorium dan lapangan untuk mengukur efikasi (misalnya, pengurangan intensitas api) dari zona pertahanan pasif (vegetatif) dan zona hibrida (vegetatif + sprinkler).
- Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Memasukkan pemodelan propagasi api tingkat mikro (micro-level fire propagation modeling) dengan variabel kondisi ekstrem (misalnya, angin kencang seperti pada bencana 2018) untuk menghasilkan standar fire-resistance bangunan dan vegetasi yang spesifik untuk zona WUI (Wildland Urban Interface) Yunani.
- Perlunya Lanjutan: Untuk menyediakan bukti ilmiah yang kuat yang dapat digunakan untuk menyusun kode bangunan dan standar penggunaan lahan yang spesifik di kawasan fire-prone.
3. Analisis Longitudinal Tata Kelola dan Penegakan SUP
- Justifikasi Ilmiah: Penegakan rencana spasial yang lemah dan prosedur yang terlalu lama adalah tantangan utama di Yunani. Keberhasilan SUP di Mati tergantung pada mengatasi hambatan kelembagaan ini.
- Fokus Riset: Melakukan analisis tata kelola longitudinal terhadap proses persiapan, persetujuan, dan implementasi SUP Mati (termasuk koordinasi antar Kementerian dan entitas lokal).
- Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Menggunakan kerangka kerja action research dan Wawancara Pemangku Kepentingan untuk mengidentifikasi praktik terbaik dan kegagalan dalam integrasi kebijakan sektoral (transportasi, lingkungan, dsb.) di bawah payung SUP.
- Perlunya Lanjutan: Untuk mengatasi "perilaku silo" dan "fragmentasi tanggung jawab" yang diakui dalam DRM Yunani dan untuk merumuskan pedoman baru untuk implementasi SUP di masa depan.
4. Studi Penilaian Ketahanan Sosial-Spasial Pantai
- Justifikasi Ilmiah: Revitalisasi pantai mengusulkan jalur publik sepanjang 3 km yang menghilangkan pagar dan meningkatkan akses ke laut sebagai jalur evakuasi. Akses yang terhalang berkontribusi pada kematian karena warga terjebak.
- Fokus Riset: Menilai dampak sosiologis dan fungsional dari revitalisasi pantai Mati, khususnya pada keamanan evakuasi.
- Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Melakukan survei Geografi Perilaku terhadap penduduk dan pengunjung untuk mengukur peningkatan yang dirasakan dalam keamanan evakuasi, aksesibilitas, dan place attachment sebagai hasil dari jalur pesisir baru (yang diusulkan ditunjukkan dalam Gambar 8).
- Perlunya Lanjutan: Untuk mendemonstrasikan hubungan antara intervensi spasial fisik (pembukaan ruang publik) dan peningkatan ketahanan sosial dan kesadaran risiko.
5. Pengembangan Pedoman Perencanaan untuk Permukiman Informal Pasca-Bencana
- Justifikasi Ilmiah: Kerentanan di Mati diperparah oleh bangunan informal dan perumahan berkualitas buruk yang merupakan persentase tinggi dari stok bangunan. Pengembangan informal membuat permukiman rentan terhadap bencana.
- Fokus Riset: Merumuskan pedoman perencanaan spasial adaptif yang spesifik untuk kawasan dengan tingkat pengembangan informal yang tinggi, berdasarkan pelajaran dari Mati.
- Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Menganalisis bagaimana relaksasi persyaratan tertentu (misalnya, ukuran plot yang lebih kecil) dan penggunaan strategi pelibatan multi-pemangku kepentingan dapat digunakan untuk mengintegrasikan DRM ke dalam pembaruan infrastruktur dan layanan di permukiman informal yang telah terlanjur ada.
- Perlunya Lanjutan: Untuk menangani realitas bahwa hanya sebagian kecil pembangunan perkotaan yang mengikuti rencana formal , dan bahwa perencanaan harus beradaptasi untuk mengurangi risiko di kawasan informal.
Penelitian ini berfungsi sebagai cetak biru untuk mengubah krisis bencana menjadi kesempatan untuk mencapai pembangunan urban yang lebih aman dan berkelanjutan. Dengan mengidentifikasi secara eksplisit kelemahan spasial yang fatal, proposal Mati menggunakan Special Urban Plan (SUP) untuk secara radikal mereorganisasi jaringan jalan, memecah blok bangunan, dan mereklamasi ruang publik.
Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi perencanaan regional, badan Perlindungan Sipil nasional, dan komunitas ilmiah geoinformatika untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil, terutama pada pemodelan risiko dan implementasi tata kelola.